(Lanjutan dari bagian pertama) Kedua pasukan pun akhirnya saling berhadapan. Fanatisme jahiliah begitu tampak jelas pada diri orang-orang musyrik. Setiap orang ingin memperlihatkan kedudukan dan keberaniannya. Muncullah kemudian Al-Aswad bin ‘Abdul Asad Al-Makhzumi. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat sadis dan biadab. Dengan nada tinggi ia menantang , “Aku berjanji kepada Tuhan bahwa aku akan meminum dari kolam mereka,yaitu kolam yang dibuat oleh orang-orang muslim, atau aku akan menghancurkannya,atau aku akan mati karenanya.” Ia pun menyerang kolam tersebut, Hamzah bin ‘Abdul Muththalib segera bergerak, Ia ayunkan pedangnya hingga menebas setengah dari kaki bagian bawah Al-Aswad bin ‘Abdul Asad Al-Makhzumi sebelum ia sempat sampai ke kolam tersebut. Namun demi keangkuhan sumpahnya ia merayap, Hamzah pun langsung menenggelamkannya di dalam kolam.
Sebelum terjadi saling berhadapan langsung antara pasukan kaum Muslimin dengan kaum musyrikin, Utbah Bin Robi'ah mengajak perang tanding dengan kaum Muslimin , keluarlah Utbah bin Robi'ah bersama saudaranya yang bernama Syaibah bin Robi'ah dan anaknya sediri yang bernama Al-Walid bin Utbah dari barisan kaum Musyrikin seraya menantang agar ada dari kaum muslimin yang menerima tantangan duelnya. ketika kaum Muslimin mendengar tantangan tersebut, keluarlah 3 orang pemuda dari kaum Anshor yang menerima tantangan mereka, ketiga pemuda Anshor itu adalah Auf Bin AlHarits, Mu’awwidz Bin AlHarits dan Abdulloh Bin Rowahah.
Setelah ‘Utbah menegetahui bahwa yang datang untuk duel dengan mereka adalah orang Anshor. Ia pun berteriak ''kami menginginkan orang terpandang, kami tidak membutuhkan kalian/ kami hanya menginginkan kerabat pamanku'' kemudian ada diantara orang-orang Musyrik yang berseru dengan lantang ''Hai Muhammad, keluarkan untuk kami orang-orang dari kaum kami yang sepadan dengan kami''. mendengar hal itu pun Rosululloh SAW memerintahkan Ubaidah Bin AlHarits, Hamzah Bin Abdul Mutholib dan Ali Bin Abi Tholib untuk menghadapi Utbah dan kawan-kawanya, Beliau mengutamakan kemampuan mereka atas dasar keberanian dan pengalaman mereka dalam berperang sudah sangat masyhur,ketiga shahabat itu pun langsung bangkit dan menghampiri orang kafir tersebut. setelah Utbah tahu kalau mereka benar-benar dari kaum Muhajirin terpandang yang berarti satu kaum dengan mereka, terjadilah duel maut antara mereka, 'Ubaidah Bin AlHarits menghadapi Utbah Bin Robi'ah, Hamzah Bin Abdul Mutholib duel melawan Syaibah dan Ali melawan AlWalid bin Utbah. Hamzah dan Ali tak butuh waktu lama untuk langsung membunuh lawannya, akan tetapi Ubaidah dan lawannya cukup seimbang dalam bertanding,akhirnya Hamzah pun langsung membunuh Utbah bin Robi'ah untuk membantu Ubaidah.
akhirnya pada hari Jum'at tanggal 17 Romadlon tahun ke dua Hijrah pecahlah pertempuran antara kaum Muslimin yang memegang haq seraya meminta pertolongan dari Alloh SWT dengan ikhlash dan merendahkan diri di hadapan Alloh, dilain pihak kaum Musyrikin yang sombong dan pongah. sebelum terjadi pertempuran, Rosululloh SAW meluruskan barisan para sahabat dengan menggunakan anak panah yang tumpul, setelah meluruskan barisan para shahabat beliau Shollallohu Alaihi Wasallam kembali ke kemahnya ditemani Abu Bakar dan Rosululloh SAW bermunajat pada Alloh SWT seraya berkata dalam do'anya ''Yaa Alloh.. jika engkau membinasakan kelompok ini -yakni para sahabat- engkau tidak akan disembah'', kemudian Rosululloh SAW keluar dari kemahnya menuju para shahabatnya dan memompa semangat mereka dengan mengatakan ''Demi jiwa Muhammad yang berada dalam genggaman tangan-Nya, pada hari ini tidak ada seorang pun yang memerangi mereka dengan sabar, mengharap ridlo Alloh dan maju tanpa mundur, melainkan Alloh memasukkannya ke dalam Jannah.''.
Di tempat peristirahatannya itu rosululloh saw menghadapkan wajah ke kiblat sambil mengangkat kedua tangannya ke langit. Rosululloh saw pun berdoa memohon kepada Robbnya.
Demikianlah beliau terus bermunajat memohon kepada Alloh swt sambil mengangkat kedua tangannya sampai sorbannya jatuh dari atas pundaknya. Abu Bakar pun mendatanginya dan meletakkan sorban itu pada kedua pundaknya. Lalu ia berkata dari belakangnya, “Wahai Rosululloh, cukuplah apa yang telah kau minta kepada Robbmu karena sesungguhnya Ia akan memberikan apa yang telah dijanjikannya kepada-Mu.” Namun Rosululloh saw tidak berhenti berdoa kecuali setelah Alloh swt menurunkan firman-Nya.
Kemudian Rosululloh saw berkata , “Bergembiralah wahai Abu Bakar ,pasukan itu akan dilumatkan dan lari ke belakang. Bergembiralah karena pertolongan Alloh swt telah datang. Ini Jibril memegang kendali kuda dan menungganginya. Pada giginya terdapat debu.”
Sebelum perang benar-benar pecah, Rosululloh SAW menagmbil segenggam kerikil kemudian dilemparkannya ke arah wajah-wajah orang musyrik seraya berkata '' Syaahatil Wujuuh, hancurlah wajah-wajah mereka'' kemudian meniupkannya ke arah mereka sehingga menimpa semua mata pasukan Musyrik. Alloh SWT mendukung pasukan kaum muslimin dengan mengirim bala bantuan malaikat.
Meskipun Alloh swt telah menjamin kemenangan bagi dirinya, namun Rosululloh saw tidak tinggal diam menunggu pertolongan dari langit. Karena beliau benar-benar sadar bahwa kemenangan tidak akan datang kecuali dengan mengikuti semua perintah dan ketentuan Alloh swt, persiapan yang matang dan kejujuran hati.
Untuk itu, Rosululloh saw pun turun ke tengah-tengah barisan pasukan dan memberikan khutbah atau orasi militer sebelum peperangan dimulai, untuk menumbuhkan optimisme dan menguatkan hati mereka.
Faktor-faktor turunnya kemenangan bagi kaum muslimin pun semakin matang dan sempurna, baik itu persiapan strategis, rohani, maupun militer. Sementara orang-orang musyrikin tidak mengetahui akan hal tersebut. Mereka pun tidak tahu taktik berperang kaum muslimin yang baru. Sementara orang-orang musyrikin masih menggunakan cara konvensional di dalam berperang, yaitu strategi menyerang dan kemudian mundur ke belakang, menyerang ketika dalam kondisi kuat, dan mundur ke belakang ketika kondisi mereka sudah mulai lemah. Mereka berperang tanpa ada pengaturan strategi yang baik. Semuanya berdasarkan atas fanatisme,kebencian, dan serba semerawut. Sementara itu,kaum muslimin tetap diam sambil menembaki mereka dengan anak panah. Mereka tidak melakukan penyerangan,menunggu perintah dari Rosululloh saw, Sehingga banyak pasukan musyrikin yang tewas berjatuhan terkena anak panah kaum muslimin. Hal ini pulalah yang membuat semangat mereka semakin lemah dipenuhi rasa takut. Ketika itulah Rosululloh saw turun di tengah-tengah pasukannya untuk melihat persiapan terakhir mereka sebelum melakukan penyerangan, sekaligus untuk memimpin sendiri peperangan tersebut. Kemudian beliau memerintahkan pasukannya untuk bergerak maju menghadapi pasukan Quroisy. Mulailah hunusan pedang umat Islam menebas satu persatu kepala orang-orang kafir yang selama ini melakukan pembangkangan penuh kesombongan.
Umat Islam benar-benar menunjukkan satu keberanian yang sangat luar biasa. Sikap heroik dan jiwa kepahlawanan di medan perang ternyata bukanlah monopoli sahabat-sahabat senior dan pemimpin pasukan semata. Namun hal tersebut ternyata juga menular kepada sahabat-sahabat yang masih belia yang memang belum memiliki pengalaman perang sebelumnya. Bahkan jiwa heroik mereka setara dengan keberanian pemimpin pasukan Quroisy,seorang yang benar-benar memiliki kedudukan yang tinggi di tengah komunitas masyarakat mereka.
Pada peperangan ini Abu Jahal, seorang yang sudah sangat kaya akan pengalaman berperang. Dialah sang pemimpin pasukan yang ketika Perang Badar berputar mengelilingi pasukannya sambil memprovokasi mereka agar mereka jangan gentar dengan kematian ‘utbah, Syaibah dan Walid dikarenakan ketergesa-gesaan mereka. Dia pun menyerukan kepada pasukannya setelah memuja tuhannya agar mereka tidak kembali sebelum berhasil mencerai-beraikan kaum muslimin di pegunungan.
Abu jahal pun tidak ingin melihat pasukannya salah satu di antara mereka membunuh salah seorang dari kaum muslimin. akan tetapi dia menginginkan agar pasukannya menghabisi sekaligus dalam satu waktu sehingga kaum muslimin merasakan rasa sakit dikarenakan meninggalkan tuhan Latta dan uzza.
Peperangan Badar pun ternyata menyisakan kepahitan bagi para pemuka dan pembesar Quroisy. Umayyah bin Khalaf yang merupakan salah seorang pemuka Quroisy di Kota Makkah. Perang Badar benar-benar telah membuatnya kehilangan akal dan pikiran. Sampai-sampai ia berteriak-teriak meminta pertolongan agar menyelematkan dirinya dari tengah peperangan tersebut.
Selama Perang Badar berlangsung terjadi satu pergolakan antara ikatan emosional dengan akidah yang diperjuangkan selama ini. Tidak sedikit kaum muslimin demikian pula Rosululloh saw yang harus mendapati keluarga mereka berada di tengah barisan kaum musyrikin.
Akhirnya peperangan pun dimengangkan oleh kaum muslimin dengan kemenangan yang besar. Pada peperangan ini, kaum muslimin berhasil membunuh 70 orang dari kalangan orang-orang musyrikin dan menahan sekitar 70 orang, yang kebanyakan dari korban atau pun tawanan itu adalah para pemuka dan pemimpin mereka, sedangkan dari pihak kaum muslimin gugur sebagai syahid mencapai 14 orang, enam orag dari kaum Muhajirin dan delapan orang dari kaum Anshor. Rosululloh saw memerintahkan untuk membunuh 2 orang tawanan karena permusuhan dan kebencian mereka yang sudah di luar batas, selain mereka berdua adalah orang yang paling banyak melakukan kelaliman. Status keduanya lebih sebagai penjahat perang, bukan lagi sebagai tawanan perang. Karena selama ini mereka begitu berambisi untuk berbuat makar kepada umat Islam dan menyiksa orang-orang yang lemah dari kalangan mereka. Keduanya terkenal begitu menantang Alloh swt dan Rasul-Nya, Sehingga jumlah tawanan tersisa 68 orang.
Rosululloh SAW meminta pendapat para shahabat berkaitan dengan tawanan perang, Abu Bakar Rodliyallohu Anhu mengusulkan kepada nabi supaya membebaskannya dengan cara mengambil tebusan dari mereka sehingga harta tebusan itu diharapkan menjadi pemasok kekuatan material bagi kaum muslimin, disertai harapan semoga Alloh menunjuki mereka. sementara itu, Umar bin Khottob mengusulkan supaya mereka dibunuh saja karena mereka adalah gembong dan tokoh kekafiran. nabi SAW cenderung kepada pendapat Abu Bakar yang memberikan belas kasihan kepada mereka dan mengambil tebusan dan akhirnya pendapat inipun dilaksanakan oleh Rosululloh SAW, akan tetapi tak berapa lama kemudian beberapa ayat al-Qur'an yaitu surat al-anfal ayat ke 67 sampai ayat yang ke 69 diturunkan mengenai hal ini dan sebenarnya ayat ini senada dengan usulan Umar Bin KHottob Rodliyallohu 'anhu.
Demikianlah pendengar perseteruan kaum Muslimin dan kaum Musyrikin di lembah Badar yang berakhir dengan kemenangan gemilang yang diraih kaum muslimin berkat keimanan mereka yang mantap dan keyakinan mereka terhadap pertolongan Alloh, perang ini benar-benar perang besar antara haq dengan bathil yang membutuhkan keberanian yang nyata, bagaimana tidak? perang ini pertama kali terjadi berhadapannya langsung antara kaum Muslimin yang tadinya terkesan lemah dan kaum Musyrikin yang terlalu sombong akan tetapi sangat pengecut, diantara kedua belah pihak pun ada diantara mereka yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan pertalian darah yang sangat dekat, sebagai contoh Abu Hudzaifah bin ‘Utbah yang berada di barisan kaum muslimin sementara orang tuanya ‘Utbah bin Rabi’ah berada di pihak orang musyrik. Abu Hudzaifah mengajak ayahnya untuk memenuhi seruan kebenaran, Namun sang ayah yang sudah begitu jauh terjebak di dalam kejahiliyahan tetap kukuh di dalam kesesatan sampai akhirnya kesesatan tersebut mengantarkannya kepada ujung kehidupan yang sangat buruk sekali. Ia tewas di tangan kaum muslimin di tengah peperangan.