Ritual Cuci Kaki Guru Demi Lulus Ujian Nasional

Ujian Nasional rupanya memang menjadi momok menakutkan untuk sebagian besar siswa ajar. Demi menghadapi ujian tersebut, sejumlah persiapan, baik secara mental ataupun spiritual dilakukan.

Seperti dilakukan para siswa Madrasah Aliyah (MA) Ash-Shomadiyah Tuban. Satu persatu siswa MA yang terletak di Jl KH Agus Salim, Kota Tuban tersebut mengikuti ‘ritual’ penghormatan dengan cara membasuh kaki guru menggunakan air dari sebuah bak kecil yang telah disediakan.

Sebelumnya, acara diawali dengan upacara di halaman sekolah. Para guru pun memberi wejangan kepada siswa dalam menghadapi Unas. Selanjutnya, barulah ‘ritual’ itu digelar.

Satu demi satu kaki para guru itu dicuci bersih dengan air oleh siswanya. Demikian khidmat acara itu belangsung. Para siswa terlihat sangat tulus membasuh kaki para pendidik yang telah mengajar mereka selama ini.

Kepala MA As-Shomadiyah, Riza Habibi menuturkan, kegiatan mencuci kaki guru itu merupakan bentuk sungkem dan penghormatan dari para siswa kepada gurunya. “Selain sebagai bentuk penghormatan, ini juga kegiatan siswa untuk mohon doa restu kepada para guru menjelang pelaksanaan ujian,” kata Riza.

Usai menggelar ritual tersebut, para siswa kemudian melanjutkan acara dengan menggelar deklarasi ‘Unas Jujur’. Mereka berjanji akan melakukan Unas dengan sejujur-jujurnya tanpa ada yang nyontek atau bahkan menggunakan bocoran soal.

Tak hanya itu, setelah doa bersama dan berikrar ‘Unas Jujur’, para siswa dan gurupun menandatangani spanduk deklarasi ‘Unas Jujur’ yang telah disediakan pihak sekolah. Bahkan, Wakapolres Tuban Kompol Yandri, perwakilan dari Dinas Pendidikan beserta para guru juga ikut tanda tangan.

Seperti diberitakan sebelumnya, para siswa dan guru melakukan beragam cara guna menghadapi Unas. Di Jakarta, SMAN 13 berencana menggelar istoghotsah semalam suntuk, hingga pagi.

Rencana itu sempat menuai kontroversi karena dikhawatirkan mengganggu psikologi para siswa. Di Probolinggo, siswa Lembaga Pendidikan Raden Fatah Kecamatan Banyuanyar mengikutkan pensil yang akan dipakai ujian dalam istighotsah. Sedangkan di Surabaya, para orangtua siswa diwajibkan mendampingi putra-putrinya mengikuti istighotsah.

Seperti direncanakan SMAN 6 Surabaya, Jumat (15/4/2011). Demi kelulusan anak-anaknya, sebanyak 318 orangtua atau walimurid kelas tiga SMA tersebut dilibatkan dalam istigotsah Unas.

Tidak tanggung-tanggung, istigotsah akan digelar di Masjid Agung Al Akbar mulai pagi ini. “Istighotsah kami barengkan karena tujuan semua, siswa, dan orangtua sama. Sukses Unas,” jelas Nurseno, Kepala SMAN 6 Surabaya.

Dipandu salah satu ulama Surabaya, para siswa dan orangtua akan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar sukses mengerjakan Unas mulai, Senin (18/4/2011).

Selain siswa SMAN 6 yang menyiapkan diri secara psikis dan mental dengan istighotsah, sekolah-sekolah yang lain di Surabaya minggu-minggu ini juga disibukkan dengan serangkaian doa bersama ini.

Bahkan tidak tertutup kemungkinan, banyak di antara siswa juga secara pribadi berusaha menambah kekuatan batin dengan mendatangai orang pintar. Para siswa ini ingin mendapat berkah dan didoakan agar diberi kemudahan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, KH Abdusshomad Buchori berpendapat, para siswa memang harus berikhtiar (berusaha, belajar) dulu dengan sungguh-sungguh bila menginginkan kelulusan.

Namun, dia menyayangkan bila ada siswa kemudian mengisi suatu benda dengan hal yang macam-macam, karena itu justru mengotori doa yang dilakukan. Begitu juga perilaku mencuci kaki guru. Menurutnya, guru memang harus dihormati, tetapi mencuci kaki guru, disebutnya, sudah terlalu jauh dan termasuk mengkultuskan guru. (Redaksi HASMI/Tribunnews)

 

Check Also

Hadirilah..!! TABLIGH AKBAR & LIQO SYAWAL Ahad, 14 Mei 2023

Hadirilah..!! TABLIGH AKBAR & LIQO SYAWAL Dengan Tema : 🌷 “Tarbiyah Romadhon Melahirkan Mujahid Dakwah” …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *