Melindungi Diri dengan Pakaian Sedekah

يَا عَائِشَةَ اسْتَتِرِِى مِنَ النَّارِ وَ لَوْ بِشِقِ تَمْرَةٍ, فَاِنَّهَا تَسُدُّ مِنَ الجَائِعِ مَسَدَّهَا مِنَ الشَّبْعَانِ

“Wahai Aisyah, jagalah dirimu dari api neraka walaupun dengan sepotong biji kurma, karena ia dapat mencegah dari kelaparan dan menggantinya dengan kekenyangan.”
(Hadits hasan riwayat Ahmad dalam musnadnya)

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, ash-Shadaqatu burhanun, “Sedekah adalah bukti.” Bukti yang menunjukkan atas kejujuran seseorang yang mengaku beriman. Beriman kepada siapa? Kepada Alloh subhanahu wata’ala sebagai Robb dan apa-apa yang dijanjikan-Nya.

Oleh karena itu pembaca yang budiman, sesungguhnya kata ash-Shadaqatu masih satu akar kata dengan ash-Shidqu yakni kejujuran. Kejujuran akan keimanan adalah pembenar akan perasaan-perasaan yang amat dalam dan lembut, dan ruh penggerak penyucian diri seseorang.

Orang yang bersedekah adalah orang yang berinteraksi dengan Alloh subhanahu wata’ala Yang Maha Mengetahui hal yang nampak dan ter-sembunyi. Ia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Alloh subhanahu wata’ala akan membalasnya dengan balasan yang berlipat.

Inilah kondisi seorang muslim, ia tidak bersedekah kecuali hanya mengharap ridha Alloh subhanahu wata’ala. Dalam hatinya hanya ada keikhlasan, dan prasangka baik bahwa Alloh subhanahu wata’ala akan menerima sedekahnya. Ia juga memantapkan hatinya dengan menancapkan keyakinan bahwa Alloh subhanahu wata’ala akan memberkahi hartanya dan mencurahkan pahala untuknya.

Inilah pakaian yang sebaik-baiknya, pakaian duniawi yang paling mulia dan paling indah, yakni yang dapat melindungi dan menjaga pemakainya dari celaan dan aib. Pakaian tersebut adalah tabi’at (kebiasaan) dan akhlak mulia, yaitu kepribadian yang dihiasi dengan belas kasih, kedermawanan, dan hati yang dibentuk atas kecintaan akan kebaikan dan berbuat baik.

Dalam bersedekah terdapat suatu ajakan yang jelas dan terang-terangan untuk menjaga diri agar tidak tenggelam dalam kubangan kekikiran. Seseorang yang tak bersegera membebaskan dirinya dari kemudi kekikiran, tak akan pernah merasakan nikmatnya bersedekah. Ia akan menghindari siapa saja yang menyeru untuk segera bersedekah. Ia akan tenggelam dalam kepelitan, keserakahan menumpuk harta dunia.

Alloh subhanahu wata’ala telah menegaskan dalam firman-Nya,
“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”
(QS. al-Hasyr: 9)

Walaupun hanya dengan sepotong kurma, seorang muslim yang merealisasikannya pasti merasakan mulianya amalan yang satu ini. Meyakini akan tercegahnya dari kelaparan dan kekurangan menjadi fakir, justru lebih menguatkan langkahnya untuk lagi dan lagi menambah kemuliaan dan kedermawanannya bersedekah, bersedekah apa saja. Menutupi diri dengan bersedekah, menghalangi dari panasnya api neraka, menjadikannya pakaian nan mulia, mengharapkan balasan tak terhingga dari Alloh subhanahu wata’ala di dunia dan akhirat.

Wallohu a’lam

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *