Irak, ia adalah negara yang terkenal sebagai tempat lahirnya peradaban. Sebut saja ibu kotanya, Baghdad, siapa yang tak kenal kota ini? Sejarah, kebudayaan, tokoh-tokoh yang lahir di dalamnya dari yang nyata sampai yang fiktif, dan lain sebagainya. Lebih dari sepuluh ribu situs arkeologi bernilai tinggi terdapat di negeri ini. Sejarah Irak dimulai pada zaman paleolitik yang hidup di dataran Mesopotamia, sekitar seribu abad yang lalu. Dataran subur ini diapit sungai Tigris dan Eufrat, atau lebih dikenal dengan sebutan “Bulan sabit yang subur”.
Agama Islam dan bangsa Arab masuk ke wilayah Irak pada masa Khilafah Umar bin Khottob tahun 637 M. Merekalah yang menyebut wilayah ini Irak. Kholifah kemudian mendirikan dua kota penting, yaitu Kuffah dan Bashroh.
Silih berganti penguasa dan sistem kenegaraan di Irak, dimulai dari kerajaan-kerajaan paganis, masuknya Islam dengan sistem kekhilafahan yang mendamaikan, penjajahan kolonial Inggris, hingga Revolusi Irak yang dikomandoi oleh Ahmad Hasan Bakar dan Saddam Hussain. Tentu saja, semua itu dapat dipastikan mengharuskan adanya tumpahan darah dan penderitaan yang tak terhenti sebagai penebusnya. Dan kini, tumpahan darah dan penderitaan itu belum berhenti dan bahkan akan terus berlanjut dengan invasi Amerika dan sekutunya sampai waktu yang hanya Alloh saja yang Mengetahui kapan berakhirnya.
Invasi Amerika Serikat (AS)
Pada Maret tahun 2003, AS melakukan invasi ke Irak bersama beberapa negara sekutunya. AS berdalih invasinya ke Irak disebabkan oleh adanya senjata pemusnah massal yang disembunyikan presiden Irak terdahulu, Saddam Hussain. Namun dalih itu bohong sama sekali. Bahkan pejabat yang mengumpulkan dukungan untuk invasi memberi keterangan tentang tidak adanya senjata tersebut.
Dengan modal dalih yang tak jelas seperti itu, AS datang ke Irak dengan slogan Operation Iraq Freedom dan demi melindungi keamanan dunia. Alih-alih pembebasan, yang ada, setelah kurang lebih 7 tahun menginvasi Irak dan tidak dapat membuktikan adanya senjata pemusnah massal di sana, AS kini telah mencatat rekor pembantaian rakyat sipil yang menurut Lembaga Investigasi Project Censored, California telah mencapai lebih dari satu juta jiwa. Dan tentu saja, itu dilakukan dengan senjata-senjata modern super canggih yang mereka bawa dari negaranya sendiri.
Sebenarnya, masuknya Amerika sebagai bagian dari peradaban sejarah Irak tidak dimulai dari tahun 2003 itu saja, tetapi sudah sejak perang teluk terjadi, tepatnya ketika Irak menyerang Kuwait pada tahun 1990 yang akibatnya, melalui tangan PBB, AS mengembargo Irak secara menyeluruh selama kurang lebih 13 tahun. Selama embargo, Amerika dan koalisinya dengan semena-mena mengebom wilayah Irak dengan menggunakan pesawat tempur mereka tanpa ada perlawanan. Belum lagi dampak yang sangat mengerikan karena penggunaan persenjataan dengan kandungan depleted uranium (DU); berupa kontaminasi partikel debu radioaktif yang bisa menyebabkan kanker, cacat lahir dan perubahan genetika lainnya bagi bangsa Irak dan generasi sesudahnya.
Iraq Fight Back
Tidak adanya senjata pemusnah massal, kehidupan yang lebih menderita pasca pemerintahan Saddam Hussain, dan terbunuhnya jutaan rakyat sipil telah memberikan pemahaman dan keyakinan kepada masyarakat dunia atas kebohongan Amerika Serikat yang sebenarnya memiliki agenda tersembunyi di balik invasinya tersebut.
Dan tentu saja, bagi rakyat Irak yang menyadari akan hal itu, mereka bangkit melakukan perlawanan, walaupun pada kenyataannya, mereka sudah bersiap melancarkan perlawanan tersebut jauh hari sebelum Amerika datang menginvasi negeri tersebut. Karena mereka, yaitu rakyat Irak yang sadar itu adalah kaum Muslimin yang telah meyakini betul bahwa kekuatan Amerika adalah kekuatan kekufuran yang datang ke Irak untuk menghancurkan salah satu wilayah kekuatan Islam, membantai penduduknya, dan merampas kekayaannya sebagaimana yang terjadi di Palestina, maka mereka harus melawannya. Mereka adalah kaum beriman yang tak akan rela sejengkal pun tanahnya yang telah diwariskan oleh para pemimpin Islam yang agung seperti Umar bin Khattab diinjak-injak oleh bangsa terlaknat yang najis berlumur kotoran tubuh-tubuh mereka.
Maka, lihatlah Irak telahmembara, seperti yang kita saksikan semenjak tujuh tahun yang lalu. Kota Fallujah bergolak, disusul Najaf, Ramadi, Sadr City, Baghdad. Juga kemudian kota-kota lain seperti Nassiriya, Anbar, Amara, Karbala, Kut, Kirkuk, Baquba, dan lainnya. Pertempuran menggoncang Irak dari utara sampai ke selatan. Kaum MusliminIrak terusbangkitdan tidak pernah menyerah meskipun dibombardir dari atas dan bawahnya. Sejarah emas selalu kan mencatat bahwa, tidak ada satu Muslim pun yang mau menyerah begitu saja kepada kaum kuffar.
Kenyataan bahwa yang melakukan perlawanan bukanlah hanya karena nasionalisme belaka adalah tampak dari banyaknya kaum Muslimin dari belahan bumi yang lain ikut dalam aksi jihad fi sabilillah ini. Mereka bersatu dalam kalimat la ilaha illAlloh dalam mengusir penjajah, sekalipun bahasa dan budaya mereka berbeda.
Melihat kenyataan akan dahsyatnya perlawanan kaum mujahidin, AS dan sekutunya seakan mati kutu, bom-bom mereka luncurkan dari pesawat-pesawat tempur tanpa jelas siapa sasarannya. Tambah mati kutu lagi, ketika muncul para penembak jitu (sniper) yang masyarakat menjulukinya; Juba. Dimana pun tentara AS berada selalu diliputi rasa ketakutan, karena Juba bisa mengincar leher mereka dari jarak 100 meter. Alhasil, setelah AS tidak bisa membuktikan adanya senjata pemusnah massal, AS juga semakin pantas menyemat gelar “The Big Liar” karena telah menyembunyikan fakta atas kematian tentaranya. Dengan memanipulasi data korban di pihak tentara Amerika yang dikubur komandannya dipadang pasir, Amerika memberitakan kepada dunia bahwa tentara-tentaranya itu masih hidup. Namun faktanya, orang tua dari anak-anak mereka yang disembunyikan kematiannya tersebut tidak pernah lagi mendapat kabar tentang nasib anaknya, hingga kemudian para mujahid Irak menemukan korban-korban tentara Amerika yang terkubur dalam jumlah yang cukup banyak, korban demi korban yang ditemukan itu menjadikan semangat jihad fisabilillah berkobar terus-menerus, hingga menghancurkan tentara Amerika dengan mortir dan roket. Tank, truk dan mobil tentara Amerika yang melintaspun jadi sasaran tembaknya. Dan tiba-tiba…BOOM, Hancur seketika. Allohu Akbar…Allohu Akbar…Allohu Akbar. Seraya takbir mereka menggetarkan musuh Alloh.
Tapi tunggu, sejarah ternyata kembali lagi terulang, kaum mujahidin ternyata tidak hanya melawan kaum kuffar, namun juga kaum munafiqin, orang-orang kafir yang berkedok Islam. Mereka adalah Syi’ah, yang semenjak zaman Ali bin Abi Thalib Rahimahulloh telah membuat fitnah dan perpecahan di tubuh umat Islam. Banyak orang yang menganggap bahwa Syi’ah juga melawan AS, padahal sejatinya tidak, mereka justru menjadi musuh dalam selimut. Sementara mujahidin sedang menyerang, tetapi Syi’ah menikam mereka dari belakang, menggorok leher anak-anak dan menodai kehormatan wanita-wanita mereka. Ini adalah ujian besar yang sedang dihadapi, yang sebenarnya sekaligus ladang pencarian syahadah yang bisa digapai oleh kaum Muslimin Irak dan kaum Muslimin pada umumnya. Semoga do’a-do’a kita senantiasa terpanjat atas mereka, sehingga mereka akan senantiasa diberikan oleh Alloh Ta'ala kesabaran, kekuatan, dan kemenangan. Aamiin.