Bulatkan Tekadmu lalu Tawakallah

7 Aug 2014Redaksi Pemuda Juang

Tawakal kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He)  adalah bersandarnya manusia kepada Tuhannya secara lahir maupun batinnya dalam rangka memperoleh manfaat dan menolak mara bahaya yang akan mengancam dirinya setelah  menjalankan usaha yang ditempuh.

Alloh  subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He)  adalah Dzat tempat bergantung bagi manusia untuk menyandarkan segala urusannya. Dialah yang memerintahkan kepada manusia untuk bertawakal kepada-Nya. Siapa saja yang bertawakal kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He), niscaya Dia akan mencintainya. Alloh  subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) berfirman: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron []: 159)

Syaikh as-Sa’di  berkata:“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekadatas suatu perkara yang telah dimusyawarahkanjika perkara tersebut dibutuhkan musyawarah, maka bertawakallah kepada Alloh, yaitu bersandar kepada upaya Alloh dan kekuatan-Nya dan berlepas diri dari kemampuaandan kekuatan dirimu.” (Tafsir as-Sa’di 1/154)

Saudaraku…seorang mukmin dalam mengarungi kehidupannya harus senantiasa mewujudkan sikap tawakal kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) Dzat Maha Hidup yang memiliki kesempurnaan dan tiada memiliki cacat lagi kekurangan.

Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) berfirman: “Dan bertawakkallah kepada Alloh yang hidup (kekal) yang tidak mati…” (QS. al-Furqon: 58)

Manusia tidak akan mampu menyandarkan daya dan kekuatannya kepada dirinya sendiri. Karena manusia merupakan makhluk yang banyak memiliki kelemahan. Terlebih jika manusia menyandarkan hajat kepada benda-benda keramat, jelas ini lebih tidak masuk akal. Karena benda itu sendiri tidak bisa membela dirinya sendiri pada saat dihancurkan dan dibinasakan, bagaimana dia bisa memberikan pertolongan kepada manusia?

Mukmin sejati adalah seorang mukmin yang senantiasa menyandarkan segala urusannya kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) dalam menghadapi problematika kehidupannya. Pada saat menghadapi masalah bisnis yang dikelolanya, ia berusaha memperbagus dan memperbaiki bisnisnya secara profesional, seperti mengelola bisnis dengan cara yang baik dan efektif, perbaikan kualitas komoditi barang daganganya, membuat strategi pemasaran yang jitu dan lain-lain. Setelah itu, ia pasrahkan segala urusan bisnisnya kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) Dzat yang Maha Memberi rezeki. Inilah ciri sejati orang yang beriman berbedahalnya dengan pelaku kesyirikan. Ia sandarkan urusan bisnisnya kepada berbagai jimat penglaris dagangan dengan berbagai modelnya seperti ruwatan usaha, susuk penglarisan, sabuk penglarisan, tasbih penglarisan, uang penglarisan, minyak penglarisan, dan lain-lain.

Mukmin sejati adalah seorang mukmin pada saat tertimpa sakit, baik ringan maupun berat, maka ia berusaha secara maksimalmenempuh pengobatan yang diperbolehkan dalam agama. Kemudian ia tambatkan  hatinya kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) semata sebagai Dzat yang Maha Menyembuhkan penyakit. Keyakinan dan keteguhannya sangat kuat kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) bahwa Dia yang memberi penyakit dan menyembuhkannya, tiada penyembuh kecuali Dia. Apa yang ditakdirkan Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) kepadanya semata-mata mengandung kebaikan. Oleh karena itu, tidak ada keinginan sedikit pun ia berobat ke para normal. Disamping alasan utamanya adalah kesyirikan, paranormal adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan. Jika Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) menimpakan penyakit kepada paranormal, niscaya tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya meskipun seluruh manusia berkumpul untuk mencegah kehendak-Nya. Jika Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) menghendaki para normal itu mati, niscaya ia pun akan mati. Jadi para normal adalah makhluk lemah dan tak berdaya menghadapi kekuasaan Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He).

Saudaraku…siapa saja yang bertawakal kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He), niscaya Dia akan mencukupi keperluannya. Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang akan menolongnya dan tidak akan membiarkannya begitu saja.

Alloh  berfirman: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. ath-Tholaq []: 3)

Ingatlah kisah perjuangan Nabi Ibrahim 'alayhi'l-salām (peace be upon him) dalam menegakkan tauhid dan melenyapkan kesyirikan yang mengakar di masyarakatnya. Nabi Ibrahim 'alayhi'l-salām (peace be upon him) menyeru kepada mereka agar menyembah Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) semata dan meninggalkan peribadahan berhala. Namun mereka tidak menyambut ajakan Nabi Ibrahim 'alayhi'l-salām (peace be upon him) bahkan mereka membakarnya di kobaran api yang menyala-nyala. Dalam keadaan demikian, dia menyandarkan harapan hanya kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He). Ia pun pasrah atas apa yang diperbuat oleh kaumnya kepadanya. Ia memiliki kekuatan dan keteguhan keimanan yang mantap bahwa Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) adalah satu-satunya Dzat yang akan menolongnya. Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) satu-satunya Dzat tempat bersandar dan bergantung. Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) adalah satu-satunya Dzat yang akan melindungi dan menyelamatkan dirinya. Sikap tawakal Nabi Ibrahim 'alayhi'l-salām (peace be upon him)  membuahkan sesuatu yang sangat luar biasa. Api yang panas dijadikan dingin oleh Alloh . Akhirnya beliau pun selamat dari jilatan api yang berkobar menyala-nyala.

Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) berfirman: Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. (QS. al-Anbiya’ : 69)

Ingatlah kisah para sahabat ketika mereka mengalami kekakalahan pada perang Uhud. Mereka ditimpa luka, krisis, dan banyak yang meninggal pada peperangan tersebut. Dalam kondisi demikian lalu dikatakan kepada mereka bahwa Abu Sufyan hendak menyerang mereka dengan membawa banyak pasukan. Namun, justru kabar tersebut menambah keimanan mereka kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) semakin kokoh. Mereka sangat yakin akan ditolong dan dilindungi oleh Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He). Sungguh keimanan yang luar biasa. Sungguh keyakinan yang sangat menakjubkan akan ketergantungan hati mereka kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) semata. Inilah gambaran tawakal yang sebenarnya; menyandarkan kepada Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) dalam rangka menolak bahaya yang akan ditumbulkan oleh serangan musuh.

Alloh subḥānahu wa ta'āla (glorified and exalted be He) berfirman: “(yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Alloh menjadi penolong Kami dan Alloh adalah Sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali Imran : 173)

Mudah-mudahan dari dua kisah teladan tersebut, menjadikan kita semakin memiliki sikap tawakal yang tinggi kepada Alloh  dalam menghadapi seluruh problematika kehidupan kita. Wallohu a’lam.

(Red-HASMI)