Boikot produk kecantikan Ahava Dead Sea dikonfirmasi oleh Managing Director John Lewis, Andy Street, yang mengatakan bahwa perusahaan terkemuka di negara itu adalah "pengecer yang bertanggung jawab kepada masyarakat."
"Kami mengharapkan semua pemasok kami tidak hanya mematuhi hukum, tetapi juga menghormati hak-hak, kepentingan dan kesejahteraan karyawan mereka, masyarakat dan lingkungan," kata Street pada sepucuk surat kepada PSC.
"Sehubungan dengan pertanyaan spesifik anda tentang produk Ahava Dead Sea, saya dapat mengkonfirmasikan bahwa John Lewis telah menghentikan penjualan produk-produk tertentu itu," kata suratnya, berdasarkan salinan yang diperoleh IRNA.
Ahava Dead Sea Laboratories, menurut Colborne, adalah sebuah perusahaan kosmetik Israel, dengan pabrik manufaktur berbasis di permukiman Israel Mitzpe Shalem yang ilegal di Tepi Barat, yang merupakan "tanah Palestina yang mereka curi".
Produk kecantikan itu tak bisa menyembunyikan bahwa Ahava memainkan peran dalam pendudukan Israel.
PSC mengkritik pemerintah Barat, termasuk Inggris, karena tak menghentikan pelanggaran Israel terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia, namun mengatakan bahwa masyarakat justru melakukan tindakan untuk mendukung gerakan BDS demi perdamaian dan keadilan bagi rakyat Palestina.
Boikot itu muncul setelah protes yang sering terjadi diselenggarakan di luar toko Ahava di pusat kota London tersebut.
Toko Bay, department store yang terkemuka di Kanada, juga mengumumkan telah berhenti menjual produk kecantikan asal Israel itu. (Redaksi HASMI/voa islam)