No. 2.133
Nama : FA-079 FAUZAN AMIR
Angkatan 7
Pertanyaan:
Admin mau nanya tentang hadits dari Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bahwa umat islam tidak akan sampai 1500 tahun hijriyah?
Apa hadits ini shohih, lengkapnya gahapal cuma pernah denger ceramah.
Syukron
Jawab:
Tidak ada hadits secara spesifik mengatakan bahwa umur umat islam 1500 tahun. Dan sebaiknya kita tidak masuk ke dalam perkiraan tersebut, akan tetapi fokus pada beberapa prinsip berikut:
Pertama, Prinsip penting yang perlu kita kedepankan terkait kiamat, bahwa kiamat pasti terjadi, meskipun tidak ada satupun yang tahu kapan itu terjadi, selain Alloh Ta’ala.
Prinsip ini berulang kali Allah tegaskan dalam al-Quran dalam bentuk jawaban kepada orang yang suka bertanya tentang kapan kiamat. Diantaranya, firman Alloh subhanahu wata’ala,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Kapankah itu terjadi?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya di sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS. al-A’raf: 187)
Di ayat lain, Alloh juga berfirman,
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّـهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.”
(QS. al-Ahzab: 63)
Kemudian, Alloh juga berfirman,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا . فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا . إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya? Siapakah kamu sehingga dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan ketentuan waktunya.”
(QS. an-Nazi’at: 42 – 44)
Dan kita bisa perhatikan, semua jawaban yang Alloh subhnahau wata’ala berikan di atas, lebih dekat pada konteks celaan. Karena orang yang bertanya tentang itu, terkesan tidak percaya akan adanya kiamat. Andai berusaha mencari tahu waktu kiamat adalah tindakan yang mulia dan bermanfaat, tentu Alloh subhanahu wata’ala akan memuji perbuatan mereka. Namun yang ada justru sebaliknya, Alloh subhanahu wata’ala sebutkan ayat di atas, dalam konteks menjelaskan sifat orang kafir yang mencoba untuk membantah kebenaran kiamat. Sehingga, tentu saja sikap semacam ini bukan sikap terpuji, karena termasuk ciri khas orang kafir.
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas,
“Semata menggali kapan kimat, sudah dekat atau masih jauh, tidak memiliki manfaat sama sekali. Yang lebih penting adalah kondisi manusia di hari kiamat, rugi, untung, celaka, ataukah bahagia. Bagaimana seorang hamba mendapatkan adzab ataukah sebaliknya, mendapatkan pahala..” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, 672).
Kemudian dalam hadis dari Umar tentang kedatangan Jibril, dinyatakan bahwa Jibril bertanya kepada Nabi shollallohu’alaihi wasallam tentang kapan kiamat. Jawaban Nabi shollallohu’alaihi wasallam,
مَا المَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
“Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya.”
(HR. Bukhari 4777 dan Muslim 106)
Kita bisa perhatikan, dua makhluk terbaik, malaikat terbaik (Jibril) dan manusia terbaik (Nabi Muhammad shollallohu’alaihi wasallam), tidak diberi tahu oleh Alloh kapan terjadinya kiamat, mungkinkah ada manusia yang jauh lebih rendah kedudukannya mengetahui kapan kiamat?
Meskipun kita akui, ada beberapa ulama yang berusaha memprediksi terjadinya kiamat. Diantaranya adalah Imam Ibnu Jarir At-Thabari (wafat 310 H) rohimahulloh, beliau menggali berbagai dalil – sekalipun dhaif – dan menyimpulkan bahwa kehancuran dunia setelah 500 tahun setelah kenabian. (Mukadimah Ibnu Khaldun, hlm. 449). Saat ini telah melewati 1400 pasca-kenabian, dan tidak benar apa yang beliau prediksikan.
Menyusul selanjutnya adalah Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H) rohimahulloh. Beliau menulis satu kumpulan riwayat yang berjudul “Al-Kasyaf” yang menyimpulkan bahwa kiamat akan terjadi di awal abad 15 H. (Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyah, 2/66. Dinukil dari Al-Qiyamah Al-Kubro, Dr. Umar Al-Asyqar, hlm. 122).
Mengingat ini hanya prediksi tanpa dasar yang jelas, dan murni ijtihad, terlebih itu bertentangan dengan prinsip yang diajarkan dalam syariat, maka tidak selayaknya kita jadikan sebagai acuan. Persiapkan Bekal untuk akhirat, itu yang penting!
Mencoba menggali waktu kiamat, sama sekali tidak memiliki urgensi bagi kehidupan manusia. Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang berusaha menyiapkan amal baik, yang bisa menjadi bekal di hari kiamat.
Anas bin Malik rodhiyallohu’anhu menceritakan bahwa ada orang arab badui yang bertanya kepada Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam tentang kapan kiamat. Di situ, Nabi shollallohu’alaihi wasallam justru balik bertanya,
وَيْلَكَ، وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا
Celaka kamu, apa yang kamu persiapkan untuk kiamat?
(HR. Bukhari, Muslim, At-Turmudzi dan yang lainnya)
Allahu a’lam.