Rosululloh Menerima Wahyu

Rosululloh Menerima WahyuBerdasarkan pengamatan ulama, peristiwa penerimaan wahyu oleh Rosululloh  terjadi pada hari Senin, tanggal 21 bulan Ramadhan dan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus ta-hun 610 M. Tepatnya usia Beliau  saat itu adalah 40 tahun 6 bulan 12 hari menurut pe-nanggalan qamariyyah (hijriyyah). (Siroh Nabawiyah, Sofiyurrohman al-Mubarakfury, hal. 82)

Peristiwa turunnya wahyu ini sangat jelas terekam dalam sebuah hadits yang di-riwayatkan oleh Imam Bukhori dari salah seorang istri Nabi yakni ‘Aisyah . Mari kita dengar sendiri ‘Aisyah ash-Shiddiqah  menuturkan kisahnya kepada kita mengenai peristiwa yang merupakan titik permulaan kenabian tersebut dan yang mulai membuka tabir-tabir gelapnya kekufuran dan kesesatan sehingga dapat mengubah alur kehidupan dan meluruskan garis sejarah; ‘Aisyah  berkata: “Wahyu yang pertama dialami oleh Rosululloh  adalah berupa ar-ru’ya ash-shahihah (mimpi yang benar) dalam tidur dan ar-ru’ya itu hanya berbentuk fajar subuh yang menyingsing, kemudian Beliau lebih menyenangi penyendirian dan melakukannya di gua Hira’, dalam melakukan hal itu, Beliau mengambil bekal untuk beribadah di dalamnya beberapa malam, kemudian setelah beberapa malam Beliau kembali ke Khadijah mengambil perbekalan yang sama hingga datang kebenaran kepadanya; yaitu saat Beliau berada di gua Hira’ tersebut, seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata: “bacalah!”, lalu aku menjawab “aku tidak bisa membaca!”. beliau  bertutur lagi: “kemudian dia memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu ia melepaskanku sembari berkata: “bacalah!”. Aku tetap menjawab: “aku tidak bisa mem-baca!”. Lalu dia untuk kedua kalinya, memegang dan merengkuhku hingga aku kehabisan te-naga kemudian melepaskanku seraya berkata lagi: “bacalah!”. Lalu aku tetap menjawab: “aku tidak bisa membaca!”. Kemudian dia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, sembari berkata: “Bacalah dengan (menyebut) nama Robbmu Yang menciptakan. Dia telah men-ciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Robbmu lah Yang Paling Pemurah…” dan seterusnya.

Rosululloh  pulang dengan merekam bacaan tersebut dalam kondisi hati yang ber-getar, dan menemui Khadijah binti Khuwailid sembari berucap: “selimuti aku..! selimuti aku..!”. Beliau pun diselimuti hingga rasa ke-takutannya hilang.

Beliau bertanya kepada Khadijah: “apa yang terjadi terhadapku ini?”. Lantas Beliau menceritakan pengalamannya, dan berkata: “aku amat khawatir terhadap diriku!”. Kha-dijah berkata: “sekali-kali tidak akan! Demi Alloh! Dia Ta’ala tidak akan menghinakanmu selamanya! Sungguh engkau adalah penyam-bung tali rahim, pemikul beban orang lain yang mendapatkan kesusahan, pemberi orang yang papa, penjamu tamu serta penolong setiap upaya menegakkan kebenaran”. Kemudian Khadijah berangkat bersama Beliau untuk menemui Waroqoh bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza, anak paman Khadijah (sepupu-nya). Waroqoh bin Naufal adalah seorang yang menganut agama Nashrani pada masa Jahiliyyah, dia bisa menulis dengan tulisan ‘Ibrani dan sempat menulis dari injil beberapa tulisan yang mampu ia tulis –sebanyak apa yang dikehendaki oleh Alloh- dengan tulisan ‘Ibrani. Dia juga, seorang yang sudah tua renta dan buta; ketika itu Khadijah berkata kepada-nya: “wahai anak pamanku! Dengarkanlah (cerita) dari anak saudaramu!”. Waroqoh ber-kata: “wahai keponakanku! Apa yang engkau lihat?”. Lalu Rosululloh  membeberkan pengalaman yang sudah dilihatnya. Waroqoh berkata kepadanya: “sesungguhnya inilah sebagaimana ajaran yang diturunkan kepada Nabi Musa! Andai saja aku masih bugar dan muda ketika itu nanti! Andai saja aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu!”. Rosululloh  berkata kepadanya: “benarkah mereka akan mengusirku?”. Dia menjawab: “ya! Tidak seorang pun yang membawa seperti  apa yang engkau bawa melainkan akan dimu-suhi, dan jika aku masih hidup pada saat itu niscaya aku akan membantumu dengan sekuat tenaga”. Kemudian tak lama setelah itu Waro-qoh meninggal dunia dan wahyu pun terhenti.

Dari sinilah beliau  mulai menyadari bahwa dirinya telah diberi amanah besar untuk menjadi seorang Rosul, dan tugas-tugas berat telah menanti di hadapan Beliau , dan inilah titik awal kebangkitan manusia dari keterpuru-kan ruhani yang sangat dalam.

TERHENTINYA WAHYU

Setelah Rosululloh  menerima wahyu pertamanya berupa surat al-‘Alaq, maka wahyu pun terhenti untuk beberapa waktu, kondisi ini membuat Rosululloh gelisah dan khawatir jika Alloh murka kepadanya. Terjadi perse-lisihan tentang berapa lama wahyu tersebut terhenti. Pendapat yang paling kuat adalah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa terhentinya wahyu tersebut selama 6 bulan (Fathul Baari, 1/21). Setelah sekian lama terhentinya wahyu, Jibril datang untuk kedua kalinya, dan mengenai peristiwa ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdillah , ia berkata: Aku mendengar Ro-sululloh  berbicara tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata padaku: “Di saat aku (Rosululloh) sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala kuangkat, ternyata ada Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’, kulihat ia sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku segera pulang menemui istriku dan kukatakan pada-nya, “selimutilah aku..!! selimutilah aku..!!” Sehubungan dengan itu, turunlah firman Alloh: “Hai orang yang berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Robb-mu, sucikanlah pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa…” (Qs. al-Muddatstsir). Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara kontinyu.

Dari kisah ini, maka kita dapat mengambil faidah, bahwa sebelum menyampaikan dak-wahnya, seorang da’i dituntut untuk memiliki ilmu, sebagaimana wahyu yang pertama kali Alloh turunkan kepada Rosul-Nya adalah pe-rintah membaca, barulah Beliau diperintahkan untuk memberi peringatan. Dan kisah ini juga menunjukan bahwa Al-Qur’an benar-benar berasal dari Alloh. Selain itu, kisah ini pun menunjukan betapa beratnya mengemban amanah dakwah untuk mengembalikan umat ke jalan sirotulmustaqim, bahkan seorang Rosulululloh  pun harus bersiap-siap untuk dimusuhi oleh kaumnya, sebagaimana yang diprediksikan oleh Waroqoh bin Naufal dalam kisah ini.

Check Also

Setangguh Nabi Ayyub

Setangguh Nabi Ayyub Nabi Ayyub ‘alaihissalam adalah salah seorang nabi Alloh subhanahu wata’ala yang diutus ke muka …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *