Minggu (27/2) Puluhan perahu dengan aneka hiasan memadati sungai Bluru. Para penumpang perahu juga membawa aneka macam sesajen berupa tumpeng. Dengan suara gamelan, perahu-perahu itu mulai bergerak perlahan menuju pesisir timur Sidoarjo.
Begitulah kegiatan sedekah laut atau prosesi nyadran yang dilakukan masyarakat Desa Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo. Nyadran menjadi tradisi rutin sebagian besar dari mereka.
Kegiatan nyadran dilakukan rutin setiap tahun. Ritual tersebut mereka anggap sebagai rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas berkah laut yang diberikan kepada masyarakat Bluru Kidul yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Kegiatan nyadran juga mereka lakukan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, perahu-perahu itu bergerak menuju makam Dewi Sekardadu di dusun Kepitingan, Desa Sawohan, Kec. Buduran. Para nelayan berziarah di makam tersebut dan meletakkan tumpeng yang dibawa. Selain berziarah, para nelayan juga berdoa agar diberi kelancaran saat melaut.
Dewi Sekardadu adalah putri dari Prabu Menak Sembuyu, penguasa Kerajaan Blambangan, Banyuwangi pada abad ke-14. Mitosnya, Dewi Sekardadu mencari anaknya yang dihanyutkan oleh petinggi Kerajaan Blambangan.
Setelah berdoa di makam Dewi Sekardadu, para nelayan bergerak ke laut lepas. Mereka melarung sebagian sesajen. Itu dilakukan agar diberi kelancaran saat mencari ikan di laut lepas mengingat mereka menggantungkan hidupnya di laut.
Sungguh menyedikan melihat fenomena kebid'ahan yang dilakukan oleh masyarakat Sidoarjo dimana mereka melakukan ritual-ritual yang mereka anggap untuk ibadah namun hal itu tak pernah dicontohkan oleh Rasululloh Shallallahu Alaihi wa Sallam, malah hal tersebut menjerumuskan mereka kepada kesesatan. (Redaksi HASMI/Surabayapost)