NEGERI TERCINTA YANG TERNODA (Oleh: Supendi, S.Sy.)

NEGERI TERCINTA YANG TERNODA

Oleh: Supendi, S.Sy.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri; tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. an-Nahl [16]: 112-113)

Saudaraku Kaum Muslimin…

Dalam Tafsir Aysar at-Tafasir karya As’ad Humad ﷺ dijelaskan:
“Alloh ﷺ telah menjadikan kondisi Makkah seperti kondisi negeri tersebut. Negeri yang dahulunya tentram sentosa yang tidak merasa takut dengan musuhnya yang manapun, dan perekonomiannya melimpah ruah dari berbagai sudut tempat. Lalu, penduduk negeri itupun kufur dengan berbagai ni’mat Alloh ﷺ dan membangkang terhadap agama-Nya, di saat itulah Alloh ﷺ menimpakan rasa takut mencekam dan rasa lapar yang dahsyat kepada penduduk negeri itu. Demikianlah Kota Makkah yang dahulunya begitu tentram sentosa, saat kufur kepada ni’mat-ni’mat Alloh ﷺ, bahkan kufur kepada ni’mat terbesar yaitu Rosululloh ﷺ, saat itulah dua keadaan yang diterima sebelumnya, yaitu rasa aman dan gemah ripah loh jinawi berubah menjadi rasa takut dan kelaparan yang merajalela.” (No. Tafsir: 112)

Begitulah suatu negeri diciptakan oleh Alloh ﷺ dalam keadaan tentram, damai dan melimpah ekonominya. Tapi semua itu akan berubah menjadi bencana dan kekacauan saat penduduk negeri mengingkari berbagai ni’mat Alloh ﷻ, terutama ni’mat kebenaran agama Islam, menyimpang dari sirotul mustaqim. Inilah yang menimpa negeri kita tercinta, saat berbagai noda telah meliputi negeri ini… Setidaknya kita dapati dua fenomena noda yang menimpa negeri ini menuju keterpurukan:

Pertama, Kejahilan agama.

Alloh ﷻ menjelaskan bahwa sebab terbesar keterpurukan sejati, menyingkirnya manusia dari sirotul mustaqim adalah kejahilan tentang agama Islam. Saat menjelaskan tentang sebab terpuruknya kaum Luth kepada perilaku homoseksual adalah kejahilan. Alloh ﷻ berfirman:

“Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatan kalian).”
(QS. An-Naml [27]: 55)

Kejahilan agama yang benar, yang benar-benar telah diajarkan oleh Rosululloh ﷺ dan para shahabatnya telah merajalela di negeri ini. Perhatian terhadap ilmu-ilmu ekonomi, matematika, kimia, fisika, biologi atau bahasa Inggris telah menyita anak bangsa ini dari ilmu-ilmu Islam. Sehingga lahirlah para tokoh pandir yang hanya pandai adu bicara tanpa ilmu agama yang benar. Rosululloh ﷺ bersabda:

“Di antara tanda-tanda kecil hari kiamat adalah-alah ilmu diambil dari tokoh-tokoh kecil.”
(HR. al-Lalikai dalam Syarh I‘tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah: 185)

Ibnu Mas’ud رضي الله عنه lebih menrinci uraiannya dengan berkata:

“Manusia akan tetap berada dalam kebaikan selama ilmu yang mereka peroleh berasal dari shohabat-shohabat Rosululloh dan dari tokoh-tokoh ilmu mereka. Jika ilmu yang datang kepada mereka dari para tokoh-tokoh kecil (rendah) mereka, maka di saat itulah mereka akan mengalami kehancuran.”
(HR. al-Harawi dalam kitab “Dzanmul Kalam”: 5/77).

Imam Syatibi dan al Harawi mengatakan bahwa yang dimaksud tokoh-tokoh kecil adalah “al-Jahlah” (Orang-orang pandir) yang berpendapat dengan hanya hasil analisa panca inderanya saja tanpa pemahaman yang kuat dari al-Qur’an dan Sunnah, sehingga mereka sesat menyesatkan. Demikian juga ahlul bid’ah adalah tokoh-tokoh rendah atau kecil dalam ilmu”. (Baca al-I’tisom: 446 dan Dzamamul Kalam: 5/76)

Kedua, Keberanian bid’ah dan perilaku bid’ah.

Noda besar yang telah menyebabkan terpuruknya bangsa ini adalah ajaran-ajaran baru agama yang tidak ada di masa Rosululloh dan para Shohabatnya. Inilah yang dikenal bid’ah dalam kamus syari’ah Islam. Alloh ﷻ berfirman:

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kalian dari jalan-Ku. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepada kalian agar kalian bertakwa.” (QS. al-An’am [6]: 153)

Lawan jalan yang lurus ini menyebar di dunia Islam adalah jalan-jalan syubhat (kebodohan syari’ah), bid’ah dan kesesatan, seperti yang dikatakan oleh Mujahid رحمه الله.

Negeri ini telah penuh dengan berbagai noda hitam ajaran baru yang diklaim atau dibalut kata Islam. Filsafat Islam, demokrasi Islam, tahlilan di kematian adalah budaya Hindu yang diislamkan, maulid adalah tanda cinta para penganut setia Rosululloh ﷺ dan lainnya telah menjadi pengganti ajaran Islam yang sesungguhnya, walau terkadang tidak disadari.

Pantas kalau Abdullah bin ‘Umar رضي الله عنه berkata:

“Setiap bid’ah adalah sesat, sekalipun ma-nusia memandangnya baik”.

Abdulloh bin ‘Abbas رضي الله عنه berkata:

“Sesungguhnya masalah yang amat dimurkai Alloh adalah bida’ah-bid’ah”. (Kedua riwayat ini disampaikan oleh Imam al-Mirwazi dalam Kitab As-Sunnah: 95)

Demikian noda besar yang telah menyelimuti bangsa ini. Ini merupakan salah satu gambaran dari banyaknya noda-noda yang membuat bangsa ini berada pada kehancuran yang besar. Alloh ﷻ berfirman bahwa bangsa ini akan diselimuti oleh pakaian takut dan lapar.

Seandainya kita setiap hari memakai pakaian yang jika dipakai selalu menjadikan kita lapar dan takut, tentu kita tak mau lagi memakainya karena benar-benar menyakitkan. Lalu bagaimana seandainya yang dipakaikan adalah bangsa ini untuk semua penduduk negerinya? Oh…, mengerikan dan menyakitkan.

Bencana kemiskinan di tengah hiruk-pikuknya kekayaan yang dipamerkan, bencana penyakit-penyakit aneh di tengah semakin canggihnya berbagai pengobatan modern yang tersedia dan dikembangkan, bencana ketersinggungan dan tercekamnya jiwa-jiwa manusia di tengah keramaian dan tertawa terbahak-bahaknya mereka, bencana alam di tengah-tengah canggihnya pencegahan goncangan alam semesta di mana-mana dan lain-lain adalah daftar pakaian rasa takut dan kelaparan yang melanda negeri pembangkang.

Hanya ada satu dari rahmat Alloh ﷻ yang bisa menyelamatkan negeri ini, yaitu eksistensi ulu baqiyyah.

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian (ulu baqiyyah) yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamat-kan di antara mereka; dan orang-orang yang zholim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Huud [11]: 116)

Ulu baqiyyah dalam tafsir berarti “Orang-orang yang mempertahankan kebaikan dan agama yang benar” (Tafsir al-Jalalain: 4/96)

Jadilah manusia-manusia yang siap bertahan dalam kebaikan dan agama yang murni, ahlus sunnah wal jama’ah.?

Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0006 Rubrik Manhaj Kemurnian

Check Also

KHALID BIN AL-WALID / Ia Tidak Pernah Tidur dan Tidak Membiarkan Seorang pun Tidur

KHALID BIN AL-WALID Ia Tidak Pernah Tidur dan Tidak Membiarkan Seorang pun Tidur Jalan hidup …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot
situs slot