MENINGGALKAN MEDAN JIHAD
Oleh: Dr. Sholahudin, Lc., MA.Hum.
“Barangsiapa yang mati dan tidak pernah berjihad dan tidak pernah terbesit dalam hatinya untuk berjihad maka dia mati dalam cabang kemunafikan.”(HR. Muslim)
Sejarah kaum Munafiqin ketika berpaling dari medan jihad, sudah tidak terhitung, dan hampir bisa dipastikan ini adalah ciri utama dari mereka, sebagaimana yang diceritakan ka’ab bin malik ketika tertinggal dari perang tabuk, ia berkata, “Maka saya berkeliling diantara orang-orang yang tertinggal dari medan jihad, dan bersedih, karena saya tahu tidak ada orang yang tertinggal dari medan jihad kecuali orang yang dituduh munafiq atau orang yang diberi udzur oleh Alloh dari kaum lemah.” (Bukhori-Muslim). Bahkan mereka mengolok-olok para mujahidin yang berjihad dengan hartanya dan jiwanya. Lebih keji dari itu, diantara mereka pun ada yang membela orang-orang kafir dan membantu dalam rangka memerangi kaum muslimin.
Tentunya menjadi keharusan bagi kita, untuk mengetahui bagaimana sepak terjang kaum munafiqin ketika terjun ke medan jihad. Hal itu telah digambarkan secara gamblang oleh al-Qur’an dan buku-buku siroh:
1. Perang Uhud. Ketika Rosululloh ﷺ bersama sahabatnya pergi ke medan jihad, sampailah mereka di Syauth, suatu tempat yang mana mereka dapat melihat musuh, begitu juga sebaliknya, maka Abdullah bin Ubay bin Sa-lul tampil dengan perannya yang busuk seraya berkata, “Wahai manusia, kami tidak tahu atas dasar apa kita membunuh diri kita sendiri?” upayanya itu berhasil memperdaya sepertiga dari pasukan sehingga membelot dari medan jihad.
2. Perang Ahzab (Khondaq). Dalam perang ini langkah-langkah mereka untuk kabur dari medan jihad benar-benar strategis dan terorganisir, yang terbagi kepada empat kelompok:
- Kelompok pertama, bertugas menyebarkan keraguan di tubuh pasukan Islam.
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Alloh dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya’.” (QS. Al-Ahzab [33]: 12)
- Kelompok kedua, bertugas mengajak penduduk Madinah kembali ke rumahnya masing-masing.
“Dan (ingatlah) ketika segolongan mereka (kaum munafiqin) berkata: ‘Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagi kalian, maka kembalilah kalian’.” (QS. Al-Ahzab [33]: 13)
- Kelompok ketiga, bertugas menemui Nabi untuk meminta izin.
“Dan sebahagian dari mereka (orang munafiqin) minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) seraya berkata, ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (khawatir diserang musuh)’. Dan rumah-rumah itu sama sekali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari.” (QS. Al-Ahzab [33]: 13)
- Kelompok keempat, menghalang-halangi kaum muslimin dari medan jihad.
“Sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kalian (dari medan jihad) dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, ‘Marilah kepada kami’. Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar” (QS. Al-Ahzab [33]: 18)
3. Perang Tabuk. Dalam peperangan ini, Al-Qur’an menyebutkan berbagai ragam alasan orang kafir dan kepandiran mereka dalam bersilat lidah untuk meninggalkan medan jihad, diantaranya adalah:
- Takut tergoda dengan wanita-wanita cantik.
“Di antara (orang munafiq) ada yang berkata, ‘Berilah saya izin (untuk meninggalkan jihad) dan janganlah menjatuhkan ke dalam fitnah (wanita cantik)’.” (QS. At-Taubah [9]: 49)
- Panasnya terik matahari.
“Dan mereka berkata, ‘Janganlah kalian berangkat jihad dalam panas terik ini’.” (QS. At-Taubah [9]: 81)
- Bersumpah dusta dengan alasan tidak sanggup.
“Mereka (orang munafiq) akan bersumpah dengan (nama) Alloh: ‘Jikalau kami mampu, tentulah Kami berangkat bersama kalian’.” (QS. At-Taubah [9]: 42)
Orang yang mau memperhatikan keadaan manusia saat ini, kebanyakan mereka telah disibukkan dengan perkara dunia dan tidak mau berjihad baik dengan hartanya atau jiwanya, dia tidak menyadari bahwa dirinya sedang jatuh dalam kebinasaan, ketika jauh dari medan jihad.
“Dan berinfaklah di jalan Alloh dan janganlah kalian menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqoroh: 195). Abu Ayyub رضي الله عنه berkata, “Kebinasaan (dalam ayat ini) adalah berdiam diri mengurusi keluarga dan harta serta meninggalkan jihad.” Maka Abu Ayyub رضي الله عنه tak pernah tertinggal jihad sampai umurnya 80 tahun.
Dari pemaparan siroh di atas bisa kita ambil beberapa pelajaran penting:
- Orang-orang Munafiq akan senantiasa berpaling dari jihad dan keta’atan dengan beragam alasan: Takut terfitnah wanita, khawatir terhadap keluarga, sibuk dengan perniagaan, belum sanggup berjihad, panasnya terik matahari, dan alasan-alasan lain yang dibuat.
- Orang-orang Munafiq adalah orang yang pintar beralasan dan bersilat lidah ketika mundur dari medan jihad dan keta’atan.
- Perintah jihad adalah perkara yang paling dibenci oleh orang Munafiq.
“Dan mereka membenci jihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa mereka.” (QS. At-Taubah [9]: 81) - Ummat Islam akan ditimpa kehinaan dan dikuasai musuh ketika sibuk dengan dunia dan meninggalkan medan jihad.
- Agama Islam akan mulia dan jaya di muka bumi ini dengan menegakkan jihad baik dengan harta, jiwa, lisan, dan pena. “Perangilah orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.” (Shohih Ibnu Hibban dan Shohih jami’: 3950).
Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0006 Rubrik Munafiqun Sepanjang Zaman