Manhaj Dalam Mentafsirkan AL Qur’an

24 Oct 2013Redaksi Khutbah Jumat

Manhaj-Tafsir-Alquran

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin rahimakumullah…..

Tafsir adalah ilmu syari’at yang paling agung dan paling tinggi kedudukannya. Ia merupakan ilmu yang paling mulia dari segi obyek pembahasan dan tujuannya. Obyek pembahasannya adalah kalamulloh yang merupakan sumber segala hikmah dan samudra luas segala keutamaan. Tujuan utamanya agar umat dapat berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai kebahagiaan hakiki. Dan kebutuhan umat terhadap ilmu ini pun sangat mendesak karena segala kesempurnaan agamawi dan duniawi haruslah seiring dengan syariat Islam, hal ini tidak akan dapat diraih kecuali bersumber pada pengetahuan tentang kitab Alloh  . Berikut ini beberapa panduan dari para ulama yang menjadi aturan dalam metode penafsiran Al qur’an:

  1. 1.  Mentafsirkan Al Qur’an dengan Al Qur’an sendiri

Maksudnya Al Qur’an ditafsirkan dengan Al Qur’an karena Alloh  Dialah Dzat yang menurunkan Al Qur’an dan Dialah yang paling mengetahui maksud yang terkandung dalam Al Qur’an itu. Contohnya adalah seperti Firman Alloh :

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus [10]: 62)

Makna dari kata awliyaa‘allah (wali-wali Alloh) ditafsirkan oleh firman Alloh  pada ayat berikutnya, yaitu:

 “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus [10]: 63)

  1. 2.  Sunnah Rosululloh .

Artinya, al-Qur’an ditafsirkan dengan as-Sunnah, karena Rosululloh   adalah muballigh (penyampai risalah) dari Alloh  , maka beliau merupakan orang yang paling mengetahui maksud-maksud yang terkandung dalam firman-Nya tersebut. Contohnya:

Firman Alloh :

“Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (QS. Yunus [10]: 26)

Nabi  menafsirkan makna kata ziyadah (tambahan) dengan “melihat wajah Alloh  , sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir  dan Ibnu Abi Hatim, yang berasal dari hadits Abu Musa  dan Ubai bin Ka’ab, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir  dari hadits Ka’ab bin ‘Ujrah, dan dalam Shahih Muslim dari Shuhaib bin Sinan  dari Nabi  , bahwa beliau berkata:

(( فَيُكْشَفُ الْحِجَابُ فَمَا أُعْطُوْا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ ))

“Ketika hijab penutup disingkap, maka tidaklah mereka diberi sesuatu yang lebih mereka cintai, selain dari melihat Robb mereka!,” kemudian beliau membaca ayat:

﴿ tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZ|¡ômr& 4Óo_ó¡çtø:$# ×oyŠ$tƒÎ—ur ﴾

 “Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (QS. Yunus [10]: 26)

1. 3. Kalam Para Sahabat

Artinya, al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan para sahabat, terutama para sahabat yang piawai dalam tafsir, karena Alloh  menurunkan al-Qur’an dengan menggunakan bahasa mereka dan pada zaman mereka, juga karena mereka adalah generasi –setelah para Nabi– yang paling jujur dalam meniti al-haqq (kebenaran), paling selamat dari hawa nafsu dan paling bersih dari penyimpangan yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan taufik dari Alloh.

Di antara contoh penafsiran al-Qur’an dengan ucapan sahabat adalah:

“Dan jika kalian sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan.” (QS. al-Ma’idah [5]: 6)

Dalam riwayat yang shahih dari Ibnu ‘Abbas  disebutkan bahwa beliau menafsirkan makna kata al-mulamasah (menyentuh wanita) dengan al-jima’ (bersetubuh atau bersenggama).

  1. 4.  Ucapan Pemuka Tabi’in.

Artinya, al-Qur’an ditafsirkan dengan ucapan para tabi’in, terutama para tabi’in yang mempelajari tafsir dari para sahabat, karena mereka (para tabi’in) adalah sebaik-baik generasi setelah para sahabat dan yang paling selamat dari hawa nafsu dibandingkan dengan generasi sesudahnya, serta bahasa ‘Arab merekapun belum banyak mengalami perubahan, maka mereka adalah orang-orang yang lebih dekat kepada kebenaran dalam memahami al-Qur’an, daripada generasi sesudahnya. Rosululloh  bersabda:

(( خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ))

“Sebaik-baik umatku adalah kurunku, kemudian zaman sesudahnya, kemudian zaman sesudahnya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Itulah sebabnya, merujuk kepada penjelasan dan tafsir mereka jauh lebih baik dan lebih layak dibanding tafsir lain.

  1. 5.      Berdasarkan makna kata yang sesuai dengan susunan kalimatnya, baik makna syar’i maupun makna lughawiy (bahasa)nya. 

Hal ini berdasarkan firman Alloh :

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya berupa al-Qur’an dengan bahasa ‘Arab, agar kalian memahaminya.” (QS. az-Zukhruf [43]: 3)

Apabila makna syar’i berbeda dengan makna lughawiy (bahasa), maka yang dijadikan landasan adalah makna syar’i, karena al-Qur’an diturunkan untuk menjelaskan syariat, bukan untuk menjelaskan makna bahasa, kecuali bila terdapat dalil yang menguatkan makna lughawiynya, maka yang dipakai adalah makna lughawiy tersebut.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁن الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

KHUTBAH II

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، رَبِّ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَصَحْبِهِ الرَّافِعِيْنَ قَوَاعِدَ الدِّيْنِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:

 

Kaum muslimin rahimakumullah…

Semoga Alloh  menganugerahkan hidayah taufiq-Nya kepada kita semua, sehingga dengannya kita diberi kemauan dan kemampuan untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an, menerima, tunduk dengan aturan Alloh  yang serta ikhlas hingga akhir hayat. Semoga Alloh mengabulkan doa kita semua..

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.