Kerisauan
Bara Penyulut Da’wah
Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam selalu dilanda risau. Beliau tidak pernah berhenti mengkhawatirkan kita, umatnya. Tiap malam beliau selalu mendo’akan kita hingga bengkak kakinya. Sebelum beliau wafat menjelang sakratul maut yang diingatnya adalah umatnya. Ummati…ummati… Kerisauan beliau terangkum singkat dalam sabdanya:
“Sesungguhnya perumpamaanku dengan umatku seperti seorang lelaki yang menyalakan api, lalu datang serangga dan anai-anai mengerumuni api itu. Maka aku berusaha menjauhkan kalian dari api itu, sedangkan kalian senantiasa ingin mendekati api itu.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Semua yang beliau lakukan adalah untuk umatnya. Pikiran, tenaga, harta tercurah total tanpa sisa. Beliau tidak rela seorang pun umatnya terjerumus ke neraka. Imam Muslim rohimahulloh meriwayatkan:
Abdulloh bin ‘Amr bin ‘As rodhiyallohu’anhuma berkata: “Suatu ketika, Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam membaca firman Alloh subhanahu wata’ala mengenai Nabi Ibrahim ‘alaihissalam :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Ibrahim (14) : 36)
Kemudian Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam membaca perkataan Nabi Isa ‘alaihissalam dalam surah al-Ma’idah ayat 118.
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. al-Ma’idah (5): 118)
Setelah itu, Nabi mengangkat kedua tangannya dan berdoa sambil menangis:
“Ya Alloh! Umatku! Umatku!”
Semua sahabat juga merasakan risau. Semisal Abu Bakar rodhiyallohu’anhu, semenjak mengikrarkan keislamannya, beliau tidak tinggal diam, akan tetapi bergegas berda’wah menyebarkan Islam. Tidak tanggung-tanggung, lima sahabat hasil rekrutan beliau dijanjikan masuk surga. Mereka adalah: Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf rodhiyallohu’anhuma.
Demikian halnya Umar bin Khottob rodhiyallohu’anhu, kekuatan risau pada diri beliau mampu mengambil alih Mesopotamia, sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Utsman bin Affan mampu membebaskan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus dan Rodhes.
Semua sahabat Nabi risau. Ada sekitar 124.000 sahabat Nabi, yang tinggal di Madinah sekitar 10.000 orang, sisanya menyebar di seantero penjuru dunia. Ada yang di Iraq, Romawi dan tempat-tempat lainnya. Bahkan Saad Bin Abi Waqqas rodhiyallohu’anhu bahkan dikubur di Cina. Disebabkan perjuangan mereka inilah, hidayah mencapai negeri kita. Kekuatan risau sungguh luar biasa.
Dari setitik risau di hati menyembul menjadi amal besar di bumi. Abu Bakar rela menyumbangkan seluruh hartanya di jalan da’wah. Mushab bin Umair rela meninggalkan segala gemerlap dunia demi da’wah. Ali bin Abi Thalib menghabiskan usia sejak muda, dari usia 10 tahun sudah ikut program da’wah, sampai tua di da’wah.
Kita harus risau sebagaimana risaunya Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam dan para sahabatnya terhadap umat ini. Saat ini, jumlah umat manusia hampir 6,8 milyar, hanya 1,5 milyar yang muslim. Dari 1,5 milyar tersisa sedikit sekali yang benar menjalankan Islamnya. Lalu berapa banyak orang yang mati setiap hari tanpa mengucapkan Laa Ilaha Illalloh. Setiap hari kurang lebih 200.000 orang mati tanpa mengucapkan Laa Ilaha Illalloh. (Nusantara News) Artinya, setiap hari 200.000 orang akan kekal di neraka. Tertimpa siksaan tiada tara. Di antara siksanya akan dimasukkan rantai besi dari mulutnya tembus hingga duburnya. Terpanggang bara api setiap hari tanpa jeda. Setiap kali kulitnya hancur luluh, digantikan dengan kulit yang lain, demikian seterusnya.
Siapa yang peduli?
Dahulu tahun 1980-an jika orang ditanya berapa persen penduduk Indonesia jawabnya 90% penduduk Indonesia adalah orang Islam ( 90% dari 200Jt = 180Jt). Tetapi di tahun 2000, umat Islam tinggal 85 %. Berapa lama lagi, umat Islam di Indonesia di ambang ketiadaan. Jika dalam 20 tahun terjadi penurunan 5% dari 200 juta orang, berarti 10 juta orang murtad dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Artinya satu juta orang tiap 2 tahun keluar dari agama Islam. Ini harus menjadi kerisauan kita. Ini bisa terjadi bila kita kurang sungguh-sungguh dalam kerja da’wah. Hanya dengan da’wah, yang bathil akan hilang dan yang haq akan tegak. Namun hanya dengan da’wah yang dicontohkan oleh Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam yang sukses menumpas kebathilan.
Maka, da’wah harus menaungi masyarakat kita, sebagaimana langit menaungi dunia. da’wah harus tegak, sebagaimana tegaknya gunung memaku bumi agar tidak guncang. Da’wah harus tercurah deras, sebagaimana deras hujan menerpa padang gersang, menumbuhkan pepohonan. Da’wah harus bersinar terang, sebagaimana sinar matahari di tengah siang. Tanpa da’wah, umat dunia penuh sengsara.