Kemuliaan Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam

Kelahiran Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam adalah awal kebangkitan setelah sekian lama Ummat tenggelam dalam gelapnya kejahiliyahan, dan Alloh subhanahu wa ta’ala  telah mempersiapkan Beliau untuk menjadi seorang rasul yang agung, hal ini bisa kita lihat dari perjalanan hidup Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam, mulai dari kelahiran sampai sesaat sebelum diutusnya Beliau menjadi seorang rasul. Di masa-masa tersebut Beliau sholallohu alaihi wa sallam telah menghimpun sekian banyak kelebihan.  Di kalangan kaumnya, Beliau sholallohu alaihi wa sallam

  memiliki keistimewaan dalam tabi’at yang manis, akhlaq yang mulia dan sifat-sifat yang terpuji. Beliau merupakan orang yang paling utama dari sisi muru’ah (penjagaan kesucian dan kehormatan diri), paling menyenangkan dalam bertetangga, paling besar tingkat lemah-lembutnya, paling jujur bicaranya, paling semangat dalam hal kedermawanan, paling menepati janji serta paling amanah sehingga Beliau dijuliki oleh kaumnya dengan al-Amiin (orang yang terpercaya). Hal itu semua lantaran bertemunya kepribadian yang shalih dan pekerti yang disenangi. Disamping itu, Beliau pun tidak pernah meminum khomer, tidak pernah makan daging yang dipersembahkan bagi berhala, tidak pernah menghadiri perayaan-perayaan untuk berhala, bahkan sejak pertumbuhannya Beliau sudah menghindari dan membenci segala sesembahan yang bathil. (Shofiyurrahman Al-Mubarakfuri, Rahiqul Makhtum)

Tidak dapat disangkal lagi bahwa berkat takdir Ilahi-lah Beliau dapat terjaga dari perbuatan tercela, manakala hawa nafsu menggebu-gebu untuk mengintai sebagian kenikmatan duniawi dan rela mengikuti sebagian tradisi tak terpuji, ketika itulah ‘Inaayah rabbaniyyah menghalanginya dari hal-hal tersebut. Inilah hasil dari penjagaan yang Alloh subhanahu wa ta’ala  berikakan kepada seorang manusia yang sudah dipersiapkan untuk menjadi sosok perubah dan pembangkit ummat. Semua kemuliaan yang Beliau dapatkan itu tidak lepas dari bimbingan yang Alloh subhanahu wa ta’ala  berikan sejak Beliau dilahirkan. Diantara bentuk bimbingan Alloh subhanahu wa ta’ala  yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian Beliau adalah sebagai berikut;

  1. Alloh subhanahu wa ta’ala  telah menakdirkan Beliau lahir dari suku terhormat, sehingga Beliau pun menjadi orang yang terhormat, dan beliau sangat menjaga kehormatan dirinya. Sebab masyarakat Arab ketika itu sangat memperhatikan nasab keturunan seseorang, dan mereka sangat menghormati orang yang bernasab mulia.
  2. Alloh subhanahu wa ta’ala  menakdirkan Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Sehingga dengan demikian Beliau lebih respon dengan nilai-nilai kemanusiaan dibandingkan dengan anak-anak lainnya, dan dengan keadaan yatimnya Beliau inilah maka peranan tarbiyah sang ayah langsung diambil alih oleh Alloh subhanahu wa ta’ala. Hal inipun sebagaimana yang dinyatakan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala  kepada Musaalaihi sallam, Alloh subhanahu wa ta’ala  berfirman: “…dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku” (QS. Thaha: 39)

Dengan demikian, Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam sholallohu alaihi wa sallam sama sekali tidak mendapat didikan Jahiliyah dari ayahnya, melainkan langsung ditarbiyah dan dibimbing oleh Dzat yang Maha Bijaksana, yakni Alloh subhanahu wa ta’ala. (Munir al-Ghodban, Fiqhussiroh An-Nabasiyah, hal. 48)

  1. Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam  sejak kecil telah disusui oleh Halimah as-Sa’diyah  di bani Sa’d. Wilayah tersebut sangat jauh dari kota Makkah, sehingga Beliau terhindar dari racun pergaulan kota, terlebih lagi kota Makkah ketika itu kerap didatangi oleh banyak orang dari berbagai penjuru dunia, mereka datang untuk menunaikan haji, berdagang dan lain sebagainya. Kondisi tersebut tentu sangat berpotensi mengotori pergaulan dan moral.(Dr. Zaid bin Abdul Karim, Fikih Siroh, hal. 60)
  2. Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam  telah terbiasa hidup mandiri, sebab Beliau hidup bersama Ibunya hanya sampai berumur 6 tahun, dikarenakan Ibunda Beliau wafat sepulang dari ziarah ke makam suaminya (Abdullah) yang terletak di Madinah. Setelah ditinggal sang Ibu, Beliau kemudian hidup bersama sang kakek (Abdul Muththolib), namun ketika beliau berusia 8 tahun 10 hari, kakek Beliau pun wafat di Makkah, yang akhirnya Beliau hidup bersama sang paman (Abu Tholib) dan ikut berdagang bersamanya.

Itulah rangkaian peristiwa luar biasa yang telah dialami oleh Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam  ketika usianya masih sangat kecil, sehingga dengan hal ini Beliau pun tumbuh menjadi seorang remaja yang memiliki sifat mulia. Maka dari kisah tersebut dapat kita ambil faidah bahwa seseungguhnya pendidikan di usia dini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi jiwa militansi seseorang, bahkan para pahlawan Islam ilmiyah maupun pahlawan jihad yang hingga kini namanya tertulis dalam tinta emas pun mayoritasnya adalah hasil tarbiyah yang diperolehnya sejak kecil dari para orang tua, guru, dan lingkungan mereka. Dan dari kisah ini pula hendaknya seorang da’i dapat mengambil faidah bahwa kemuliaan akhlaq sangatlah penting untuk dimiliki setiap da’i dalam mengusung dakwah kemurnian, sehingga di samping memperbaiki ummat, iapun harus senantiasa memperbaiki dirinya, sebagaimana Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam pun adalah sosok da’i yang paling sempurna akhlaknya.  

Check Also

Setangguh Nabi Ayyub

Setangguh Nabi Ayyub Nabi Ayyub ‘alaihissalam adalah salah seorang nabi Alloh subhanahu wata’ala yang diutus ke muka …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *