KELAHIRAN NABI SHOLLALLOHU’ALAIHIWASALLAM
Oleh : Yusuf Supriadi, S.Pd.I, C.PS.
Kehidupan umat manusia timbul dan tenggelam dalam samudra sejarah. Keterpurukan dan kebangkitan datang silih berganti.
Adam ‘Alaihissalam yang telah bangkit kembali dari sebuah “ketergelinciran kecil” turun daru syurga sebagai “Insan yang bangkit” dengan status sebagai seorang Nabi. Sepuluh gengerasi setelah turunnya Adam ‘Alaihissalam ke bumi, manusia berada dalam kehidupan bertauhid. Sampai datanglah suatu ketika sebuah generasi tergelincir dan terpuruklah generasi sesudahnya.
Kemudian Alloh mengutus Nuh ‘Alaihissalam untuk membangkitkan kaumnya dari keterpurukan total, dimana mereka telah menghinakan diri sendiri dengan menyembah berhala-berhala mati. Nuh ‘Alaihissalam pun menda’wahi kaumnya selama 950 tahun, tetapi yang beriman hanyalah sedikit. Mereka yang tidak berimanpun terbinasakan, sedangkan yang beriman terselamatkan, mulai saat itu kehidupan manusia pun berlanjut dalam kebangkitan, akan tetapi keterpurukan di rentang-rentang generasi selanjutnyapun kembali terulang. Para rosul dan nabi pun diutus untuk mempelopori kebangkitan di negeri masing-masing. Seperti Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam , Musa ‘Alaihissalam , Isa ‘Alaihissalam .
Sampailah datang suatu zaman Jahiliah yang melanda jazirah Arab, yaitu ketika manusia kembali terpuruk dan menjadi hamba-hamba untuk berhala-berhala hina serta mengikuti syari’at pemujaan setan, akal yang Alloh berikan kepada mereka digusur dengan minuman-minuman keras yang sangat merajalela. Manusia pada waktu itu tidak lagi berjalan dengan akalnya, melainkan disetir oleh hawa nafsu kebinatangannya. Yang kuat memeras yang lemah. Wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, melainkan semata simbol seks dan pemuas hawa nafsu. Akidah yang dibawa para Nabi sebelumnyapun telah lenyap ditelan kebodohan. Mereka tidak lagi menyembah Alloh Subhanahuwata’ala, Pencipta alam semesta, melainkan menyembah patung-patung yang mereka ciptakan sendiri. Kitab suci yang dibawa para Nabi, seperti Injil dan lain-lain pun mereka gerogoti kemurniannya. (lihat Al Siroh Nabawiyah, Abul Hasan Al Nadwi, hal. 19-67).
Jazirah Arab pada waktu itu benar-benar dalam puncak kegelapan dan kerendahan moral. Sengsaralah umat manusia ketika itu, sampai tiba waktunya fajar baru menyingsing… fajar yang sinarnya akan segera melenyapkan gelapnya kehidupan Jahiliyah… Itulah fajar kelahiran Nabi Muhammad, fajar Islam terakhir sekaligus sebagai tanda berakhirnya keterpurukan total…
Kelahiran Rasulullah
Nabi Shollallohu’alaihiwasallam dilahirkan dari pasangan Abdulloh bin Abdul Muttholib yang menikah dengan Aminah binti Wahab dari kabilah Zuhrah, dan beliau dilahirkan dalam keadaan yatim, dikarenakan sang ayah meniggal saat beliau masih berada dalam kandungan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah.
Beliau Shollallohu’alaihiwasallam dilahirkan di kota Makkah pada hari senin, berdasarkan sabda beliau tatkala beliau ditanya tentang puasa sunnah pada hari senin, beliau berkata:
“Hari itu adalah hari kelahiranku, dan hari saat aku menerima wahyu”. (HR. Muslim)
Nasab
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththolib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushoi bin Kilab bin Mu’rah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Gholib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. (Fathul Baari, 7/162)
Nasab beliau ini sangatlah mulia, bahkan hal inipun diakui oleh musuh-musuh Islam ketika itu, termasuk oleh Heraklius sang kaisar Romawi. (lihat: Bukhori, Kitab Bad’u al wahyi, no.6)
Bulan Kelahiran
Ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, namun pendapat yang benar adalah pada bulan Rabiul Awwal, namun para ulama kembali berselisih ketika menetapkan tanggal berapakah beliau dilahirkan? Ada yang mengatakan tanggal 2, ada yang berpendapat tanggal 8, 9, 10, 12, 17, dan ada pula yang berpendapat tanggal 22. (Dr. Abdul Karim bin Zaid , Fikih Shiroh, hal. 51).
Tahun Kelahiran
Ibnu Qoyim sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah, 2/276 menjelaskan bahwa kelahiran beliau adalah pada tahun gajah dan bertepatan dengan tahun 571 Masehi.
Setelah beliau Shollallohu’alaihiwasallam dilahirkan dalam keadaan yatim, ibunya mengirim beliau kepada sang kakek (‘Abdul Muththolib). Di hari yang ke tujuh dari kelahirannya, sang kakekpun memotongkan kambing dan mengundang orang-orang Quraisy, setelah mereka selesai makan, Abdul Muththolib memberitahu kepada para tamu undangan bahwa nama cucunya itu adalah Muhammad, dimana nama tersebut adalah nama yang asing di kalangan bangsa Arab saat itu, kecuali bagi beberapa orang tua yang mengetahui nama Nabi akhir zaman adalah Muhammad, sehingga menamakan anaknya dengan nama tersebut dan berharap anaknya nanti akan menjadi nabi akhir zaman.
Dari kisah tersebut, maka kita bisa mengambil pelajaran bahwa sesungguhnya gelombang pengutusan para Nabi dan Rosul pada hakikatnya ialah untuk mengentaskan keterpurukan umat dengan kembali mentauhidkan Alloh, begitu pula yang terjadi pada diri Rosululloh Muhammad Shollallohu’alaihiwasallam, Alloh telah mempersiapkan beliau untuk menjadi pelopor gerakan kebangkitan. Dan kenyataan yang kita hadapi pada saat ini tidaklah jauh berbeda dengan kondisi di zaman Jahiliyah, sementara Alloh Subhanahuwata’ala sudah tidak lagi mengutus rosul-Nya, maka dari itu kita sebagai umat Islamlah yang wajib berusaha membangkitkan umat dengan mengusung da’wah kemurnian, sebagaimana yang telah diterapkan oleh Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam dan para shahabatnya.
Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0003 Rubrik Siroh