Yaman berbeda dengan kedua negara lainnya Tunisia dan Mesir yang sedang gencar-gencarnya demonstrasi. Baik dari segi politik, budaya terlebih segi ekonomi, Yaman bisa dikategorikan sebagai salah satu Negara Miskin di dunia. Unik memang di Negara ini kita masih bisa melihat arab-arab badui baik yang berasal dari padang pasir ataupun pegunungan hidup di ibukota Negara tersebut.
Walaupun yaman tergolong Negara tertinggal ada yang berbeda dengan tabiat penduduknya. Toleransi dan kedermawanan serta serba sederhana membuat rasa fanatisme kesukuan atau dalam istilah arabnya qobily (orang yang fanatic terhadap qobilahnya) meresap dan mendarah daging di jiwa-jiwa mereka. Rasa tawakal yang mereka milikipun luar biasa, sampai disaat berita demo menggulingkan pemerintahan Ali Abdulloh Sholeh tersebar secara gamblang di media, masing-masing dari mereka memiliki wacana tersendiri.
Mereka yang terpancing hanya sebagian kecil dari musuh lama (sang Presiden) yang menginginkan kemerdekaan, ada juga dari lawan politik presiden yang sekarang telah memimpin lebih dari 30 tahun. Dan lainnya dari masyarakat yang kontra dengan pemerintah.
Melihat aksi yang timbul dari golongan kontra pemerintah ini sangat dikhawatirkan memicu masyarakat lainnya. Karena perlu diketahui bahwa masyarakat yaman hamper di setiap pintu rumah mereka bahkan di sabuk-sabuk mereka terdapat senjata dan peralatan perang yang kapan saja siap diaktifkan. Berbeda dengan Mesir tentunya,masyarakat melakukan aksinya hanya dengan tongkat dan pekikan suara. Jika di Yaman terjadi hal demikian mungkin yang ada pekikan peluru dan riuh mortir serta tank-tank qobilah.
Berawal dari keadaan inilah kumpulan Ulama Yaman dan da’i-da’inya berkumpul, guna mengambil keputusan untuk tidak ikut dalam aksi yang dilakukan sebagian orang tersebut. Tidak hanya itu, merekapun menghimbau masyarakat agar tidak terpancing dengan ajakan-ajakan sekelompok orang yang mengklaim dirinya sebagai penyelamat bangsa. Alhamdulillah, 2 hari sebelum aksi besar-besaran digelar tepatnya tanggal 4 februari mereka menyebar ke masjid-masjid setempat sekaligus menyampaikan keputusan Ulama dan Du’atsetelah pelaksanaan sholat-sholat fardlu.
Walhasil aksi tersebut hanya melibatkan parpol tertentu serta orang –orang yang menginginkan kemerdekaan. Aksi demo digelar di lapangan Tahrir Sana’a Yaman. Sehari sebelum aksi berlangsung presiden Yaman telah bicara di depan media untuk siap tanazul (mundur) dari kursi pemerintahan.
Alhamdulillah, saat ini kondisi ricuh berangsur mereda. Aktifitas masyarakat kembali berjalan seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa. Tenda-tenda yang terpasang di lapangan saat aksipun telah dibongkar. Demo di Yaman hanya wacana, hanya saja beberapa media membesarkannya seolah permasalahan sama seperti di Tunisia dan Mesir. "MasyaAlloh 'alaikum ya ulamaaul yaman", semoga apa yang telah engkau berikan kepada ummatmu mendapat ganjaran yang setimpal di hari pembalasan.
Satu hal hampir terlupa, bukan berarti Ulama Yaman pro pemerintah, akan tetapi keburukan yang timbul jika tujuan dari aksi demo yang digelar terjadi akan lebih besar. Darah kan tertumpah, umat kan terpecah. Hal inipun tidak menghalangi Ulama Yaman untuk menasehati pemerintah agar senantiasa bertaqwa kepada Alloh dan kembali kepada syariat Islam yang murni. Nasehat tersebut disampaikan baik melalui mimbar-mimbar mereka, maupun tatap muka langsung dengan Presiden Yaman Ali Abdulloh Sholeh.
Inilah realita "negri iman dan hikmah" Yaman. Saat ini yang dibutuhkan adalah menyatukan barisan dan doa. Agar negri-negri Islam aman sentosa di seluruh penjuru dunia. Mungkin ada yang mengatakan: "Pemimpin Negara harus belajar dari Tunisia dan Mesir…" maka kami katakan bahwa: "Para Pemimpin sudah saatnya belajar dari Ulama Robbani". Dengarlah nasehat-nasehat mereka. Ulama bukanlah teroris. Dialah wasilah penunjuk Shirothul Mustaqim, sebagaimana yang diajarkan Alquran dan Sunah. Musibah besar kalau sampai-sampai Ulama dan Dai Robbani dianggap sebagai sumber masalah….!!!" Wallohua’lam.
(Redaksi Hasmi/ Yaman).