Hubungan Syariah Dengan Akal Di Dalam Islam

gal866337243

إِنَّ اْلحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتـَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Di dalam Al-Qur’an sering sekali Allah  menyeru manusia untuk menggunakan akalnya. Contohnya dalam ayat-ayat :

“…dan Allah memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian mengerti.” (QS. Al-Baqarah [2]:73).

“Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. (QS. Yunus [10]:24).

Islam adalah agama yang memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal-nya maka hukum-pun tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban apapun.

Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu diantara lima hal primer yang diperintahkan oleh syariah untuk dijaga dan dipelihara, dimana kemashlahatan dunia dan akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya kelima unsur tersebut, yaitu; agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Tidak ada agama yang begitu memuliakan dan menghormati akal manusia, selain agama Islam. Juga tidak ada Kitab Suci selain Al-Qur’an yang begitu menghargai nilai akal. Ayat-ayat diatas adalah contoh, betapa Allah  menyeru manusia untuk menunaikan peranan akalnya yang telah Ia ciptakan. Ketika seorang manusia mewujudkan fungsi akalnya dengan benar, maka ia akan mendapatkan kemuliaan kemanusiaannya.

Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu segalanya. Ia tetap memiliki kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Akal tidak mampu menjangkau hal-hal yang ghaib, yang memang berada diluar wilayahnya. Bahkan bukan hanya itu, betapa banyak permasalahan dalam kehidupan manusia di alam zhahir ini yang tidak mampu ditemukan jawaban dan solusinya oleh akal manusia. Banyaknya rahasia di alam semesta yang sampai saat ini belum terungkap, dan berbagai penemuan mutakhir yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kita, menjadi bukti betapa akal manusia memiliki banyak keterbatasan.

Oleh karena itulah, Allah  menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Didalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan wahyu maka ia akan tersesat.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera penglihatan manusia. Tanpa ada cahaya yang menyinari tak akan mungkin manusia mampu melihat benda-benda disekitarnya. Indera penglihatan baru bisa berfungsi setelah ada cahaya. Tanpa ada cahaya, indera penglihatan dianggap tak pernah ada. Manusia bukan hanya tidak dapat melihat apa-apa, bahkan tidak akan pernah mengenal apa-apa.

Begitu pula halnya dengan akal manusia, ia tidak akan bisa berfungsi dengan benar tanpa bimbingan wahyu Allah . Manusia tak akan bisa mengenal baik dan buruk, serta membedakan mana yang bermanfaat dari yang mudharat tanpa bimbingan wahyu. Akal atau logika yang tidak mau mengikuti bimbingan wahyu hanya akan mengantarkan pemiliknya terperosok ke dalam jurang kebinasaan.

Allah  Maha Mengetahui segala sesuatu. Ia berfirman menjelaskan ke-Maha Sempurnaan ilmu-Nya:

“Pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz).” (QS. Al-An’am: 59).

Tidak ada sedikitpun hal yang tersembunyi bagi Allah . Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Begitu pula, semua jalan yang akan mengantarkan pada kebahagiaan manusia maupun kesengsaraannya telah diketahui oleh Allah . Dan Ia telah menjelaskan semua jalan itu melalui wahyu yang telah Ia turunkan kepada Rasul-Nya. Ketika akal manusia menolak bimbingan wahyu-Nya atau bahkan menyelisihinya, maka itu berarti manusia tengah menjerumuskan dirinya sendiri ke jurang kebinasaan.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH II

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Segala hal yang dapat mendatangkan manfaat atau sebaliknya membawa bahaya bagi manusia, telah Allah  jelaskan dalam syariah agama-Nya. Perintah-Nya akan suatu urusan untuk dikerjakan pastilah karena disana ada manfaat bagi manusia. Sebaliknya, larangan-Nya terhadap suatu urusan agar dijauhi dan ditinggalkan pasti karena di balik itu ada mudharat yang membahayakan manusia. Kita diperintahkan untuk berserah diri, tunduk dan ta’at kepada segala perintah dan larangan-Nya, sekalipun mungkin saja akal fikiran kita belum mampu menangkap hikmah dan sebab dibalik penetapan perintah dan larangan itu. Banyak sekali sisi-sisi dalam kehidupan ini, termasuk dalam syariah-Nya yang Ia rahasiakan karena hikmah kebijaksanaan dan sifat kasih sayang kepada hamba-Nya.

Semoga Allah  menuntun kita ke jalan-Nya yang lurus, yang dengannya kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Serta menjaga kita dari jalan-jalan kesesatan yang akan mengantarkan kita pada jurang derita dan kesengsaraan.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *