Mulailah kehidupan manusia, Adam as dan keturunannya di muka bumi ini dengan membawa ajaran tauhid, penyerahan pengabdian diri murni hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta`ala , untuk meraih kembali jannah yang penuh kebahagiaan serta menyelamatkan diri dari jerat-jerat pengabdian kepada Iblis yang akan menjerumuskannya ke neraka Jahannam.
Permusuhan Iblispun semakin kuat dan nyata dengan seluruh pasukan dan bala tentaranya para syaithon, baik dari jenis jin maupun jenis manusia. Iblis dengan keturunan dan bala tentaranya, baik pasukan yang berkuda maupun pejalan kaki mengepung manusia dari segala penjuru kehidupan, sebagaimana yang pernah disumpahkan Iblis di hadapan Alloh Subhanahu wa Ta`ala saat diusir dari surga.
Upaya terbesar yang dilakukan Iblis adalah membentuk agama-agama syirik dan aliran-aliran sesat sebagai tandingan Islam (yang menancapkan tauhid) serta membuka pintu-pintu menuju jahannam. Agama-agama dan aliran-aliran yang beraneka ragam dirancang selaras dengan jalan-jalan hawa nafsu manusia. Ajaran-ajaran sihir yang jelas menempatkan manusia pada jalan kesirikan, penanggalan hukum-hukum Alloh Subhanahu wa Ta`ala dengan berbagai sumber-sumber hukum hawa nafsu yang diabdi membuat semakin lengkap perangkap yang ditebar Iblis dengan bala tentaranya. Selain itu, ada pula agama-agama yang langsung menyembah syaithon tanpa perantara patung-patung atau manusia yang diagungkan ataupun sekulerisma, yaitu penolakan atas seluruh agama termasuk Islam atau berupa ketundukan terhadap syari`ah thoghut yaitu seluruh syariat selain syariat Alloh.
Marilah kita melihat penafsiran para ulama tentang sumpah Iblis yang ingin menjerumuskan manusia dan strateginya. Memang jalur utama manhaj aliran penyembah syaithon ini adalah sihir, yang telah merasuk ke dalam sumsum hampir semua kesyirikan, dari syirik hukum sampai kepada manhaj agama-agama sesat dan sampai ke sel-sel terkecil dari kesesatan termasuk lagu-lagu.
Tafsir (Qs. 7 : 16 – 17)
(saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus) yaitu dengan menghalang-halanginya serta menghiasi kebathilan, sehingga mereka hancur sebagaimana dia telah hancur.
Shirotokall mustaqim (jalan Engkau yang lurus) adalah jalan menuju surga. (Tafsir Al Qurthubi : 7 / 175)
Al Hakm bin `Utaibah berkata : “ (Dari muka) berarti dari dunia mereka (dari belakang) dari akhirat mereka (dari kanan) yaitu dari kebaikan – kebaikan mereka (dan dari kiri) yaitu dari keburukan-keburukan mereka.
An Nihal berkata : ini pandangan yang baik, penjelasannya adalah (Dari muka) yaitu dari dunia mereka sehingga mereka mendustakan ayat-ayat dan berita umat-umat masa lalu yang terjadi di dalamnya. (Dari belakang) dari akhirat mereka, sampai mereka mendustakannya. (Dari kanan) dalam kebaikan-kebaikan dan urusan-urusan agama mereka, hal itu ditunjukkan oleh firman Alloh swt (….). (Dan dari kiri) yaitu keburukan-keburukan mereka yang berarti mengikuti syahwat, karena dia hiasi mereka dengan hal demikian. (Dan tidak engkau dapati kebanyakan mereka bersyukur) yaitu orang-orang yang bertauhid, ta`at dan menonjolkan rasa syukur. (Tafsir Al Qurthubi : 7 /176)
(Jalan Mu yang lurus) yaitu jalan kebenaran dan keselamatan, sesungguhnya aku akan sesatkan mereka darinya agar mereka tidak beribadah kepadaMu dan tidak mentauhidkan Mu disebabkan Engkau sesatkan aku.
Ibnu Abbas berkata : (Kemudian aku datangi mereka dari arah muka) aku ragukan mereka tentang akhirat mereka. (Dari belakang) aku gemarkan mereka kepada dunia mereka. (Dari kanan) aku samarkan bagi mereka urusan agama mereka. (Dan dari kiri) aku senangi mereka dengan berbagai maksiat. (Tafsir Ibnu Katsir : 521)
Tafsir (Qs. 15 : 39)
(pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik) yaitu keturunan Adam as (di muka bumi) yaitu aku berikan rasa cinta kepada maksiat bagi mereka, menggemarinya, mendorongnya dan menyemangatkan untuknya. (Tafsir Ibnu Katsir : 746)
Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata :
“Bahwa agama Alloh swt itu satu yaitu Islam, sedangkan agama syaithon adalah lima : Yahudi, Nashroni, Majusi, Musyrikin…”. (Madarijus Salikin : )
Abdulloh bin Mas`ud rodiyallohu `anhu berkata :
“Rosululloh saw membuat satu garis dengan tangan beliau, kemudian beliau saw bersabda : inilah jalan Alloh yang lurus. Lalu, beliaupun membuat garis-garis di bagian kanan dan kirinya, kemudian beliau saw bersabda : Semua jalan ini, tidak ada satu jalan pun kecuali di atasnya pasti ada syaithon yang menyeru kepadanya”. Kemudia saw membaca ayat (Qs. 6 : 153).
153. Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Hr. Ahmad dan Hakim)
Tafsir (Qs. 17 : 62 & 64)
Ibnu `Abbas berkata : “Sungguh aku akan kuasai keturunannya, kecuali sedikit sekali yang tidak”.
Mujahid berkata : “Sungguh aku akan kepung”.
Ibnu Zaid berkata : “Sungguh aku akan sesatkan mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir : 805)
(Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu) yaitu lagu-lagu
Mujahid berkata : dengan permainan dan lagu-lagu yaitu ….
(Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu) Ibnu Abbas berkata : “Setiap penyeru yang mengajak maksiat kepada Alloh Subhanahu wa Ta`ala ".
(Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki) : Bawalah kepada mereka tentara-tentaramu, baik pasukan berkuda maupun pasukan berjalan kaki.
Ibnu Abbas dan Mujahid berkata : (dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki) yaitu “setiap pengendara dan pejalan kaki yang berada dalam maksiat kepada Alloh”.
Qotadah berkata : “Sesungguhnya Iblis memiliki kuda-kuda dan kader-kadernya dari bangsa jin dan manusia yang menta`atinya”.
Firman Alloh Subhanahu wa Ta`ala (dan berserikatlah dengan mereka pada harta) Ibnu Abbas dan Mujahid berkata : “yaitu apa saja yang diperintahkan Iblis untuk meninfaqkan harta-harta dalam maksiat kepada Alloh Subhanahu wa Ta`ala”.
Atho berkata : “riba”.
Al Hasan berkata : “yaitu mengumpulkan harta dari yang busuk dan menginfaqkannya dalam yang haram”.
Al Aufi berkata dari Ibnu Abbas rodiyallohu `anhuma bahwa “bersekutunya Iblis dengan manusia pada harta-harta mereka adalah dengan sikap mereka yang mengharamkan binatang-binatang ternak (yaitu bahiroh dan saibah)”.
(dan anak-anak) Al Aufi berkata dari Ibnu Abbas, Mujahid dan Adh Dhohhak bahwa artinya “anak-anak zina”
Ali bin Abi Tholhah berkata dari Ibnu Abbas bahwa maksudnya adalah “sikap mereka yang membunuh anak-anak mereka karena kedunguan mereka tanpa ilmu”.
Qotadah berkata dari Al Hasan Al Bashri : “Sungguh demi Alloh iblis bersekutu dengan mereka pada harta dan anak-anak mereka adalah menjadikan mereka Majusi, Yahudi, Nashrani, dan menshibghoh mereka dengan shibghoh yang bukan Islam, dan mempersembahkan satu bagian harta mereka untuk syaithon”.
Abu Sholih berkata dari Ibnu Abbas yaitu “dengan menamakan mereka Abdul Harits, Abd Syams, Abdu Fulan dan lain-lain”.
Ibnu Jarir berkata : “Pendapat yang amat tepat adalah ditujukan kepada setiap anak yang dilahirkan oleh seorang wanita melakukan maksiat kepada Alloh swt seperti menamakannya dengan nama-nama yang dibenci Alloh atau memasukannya ke dalam agama selain agama yang diridhoi Alloh atau hasil zina ibunya atau dengan membunuhnya atau memnguburnya hidup-hidup dan segala hal yang dilakukan dengan dan dalam maksiat kepada Alloh, maka berarti masuk dalam persekutuan Iblis di dalam anak yang dilahirkan.
Karena Alloh Subhanahu wa Ta`ala dalam firmanNya (dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak) tidak mengkhususkan satu makna persekutuan tanpa makna yang lain. Maka, setiap apa saja yang dengan dan dalam maksiat kepada Alloh atau dengan dan dalam menta`ati syatihon, maka berarti bersekutu dengan Iblis”.
(Tafsir Ibnu Katsir : 805-806)
Muhammad Sarbini. M.H.I