Fenomena Ingkar Sunnah

jemaah-ingkarus-sunnah-di-garut-tak-mau-akui-nabi-muhammad-saw

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimim rahimakumullah…

Al-Qur’an adalah sumber hukum dalam syari’at Islam yang wajib kita rujuk. Sedangkan as-Sunnah adalah penjelas dan perinci hukum-hukum al-Qur’an yang bersifat global. Namun ternyata ada di kalangan umat kita yang mengingkari as-Sunnah. Mereka mencukupkan diri dengan petunjuk al-Qur’an dan melempar as-Sunnah ke belakang punggung mereka jauh-jauh. Fenomena ini sudah ada pada masa generasi sahabat, generasi terbaik umat ini sepanjang zaman.

Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah Ibnu Mas’ud , sesungguhnya ia berkata, “Allah melaknat wanita-wanita yang bertato dan yang meminta ditato, yang mencabuti bulu alisnya dan meminta dicabut bulu alisnya, yang merenggangkan gigi-giginya untuk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah.” Perkara ini sampai ketelinga seorang perempuan dari Bani Asad yang bernama Ummu Ya’kub. Ia segera menemui Ibnu Mas’ud seraya berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa engkau melaknat wanita-wanita yang bertato dan yang meminta ditato, yang mencabut bulu alisnya dan meminta dicabut bulu alisnya, yang merenggangkan gigi-giginya untuk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah. Ibnu Mas’ud menjawab, “Mengapa aku tidak melaknat orang yang telah dilaknat oleh Rasulullah dan mereka termaktub di dalam kitabullah. Wanita itu berkata, “Sungguh aku telah membaca apa yang terdapat dalam mushaf, tetapi aku tidak menemukannya. Ibnu Mas’ud berkata, “Jika engkau membaca dengan benar, niscaya engkau akan menjumpainya. Tidakkah engkau membaca firman Allah:

Apa yang didatangkan Rasul kepada kalian, maka ambilah dia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah.  (QS. Al-Hasyr [59]: 7)

Kaum muslimim rahimakumullah…

Pada masa kini, kita jumpai ada orang yang berani menghalalkan daging binatang buas dan mengenakan perhiasan emas dan pakaian sutera bagi laki-laki. Mereka berpendapat demikian sebab berlandaskan al-Qur’an semata. Kelompok seperti mereka menyebut dirinya dengan sebutan “Qur’aniyyun”. Mereka menafsirkan al-Qur’an berdasarkan hawa nafsu dan akal semata tanpa berpedoman kepada as-Sunnah. Sikap demikian sangat menyimpang dari ajaran Islam.

Rasulullah  menyampaikan berita yang akan terjadi sepeninggalnya, sesungguhnya akan ada orang yang menolak hadits dan kebenaran sabdanya. Hal ini telah terbukti ketika beliau telah wafat. Sepeninggal beliau  hingga masa kini banyak muncul aliran Qur’aniyyun bak jamur di musim hujan.

Dari Abu Rafi  diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

(( لاَ أَلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيْكَتِهِ يَأْتِيْهِ اْلأُمْرُ مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ يَقُوْلُ لاَ أَدْرِى مَا وَجَدْنَا فِى كِتَابِ اللهِ اِتَّبَعْنَاهُ ))

“Jangan sekali-kali aku menjumpai salah seorang di antara kalian yang duduk di atas ranjangnya. Lalu datang kepadanya suatu urusan (perintah) dan larangan dariku kemudian ia berkata: Aku tidak tahu dan apa yang kami temukan dalam Kitab Allah, maka kami ikuti.”  (HR. Tirmidzi)

Dari al-Miqdam bin Ma’di Karb  bahwa Rasulullah  bersabda:

(( أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلاَ يُوْشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيْكَتِهِ يَقُوْلُ عَلَيْكُمْ بِهٰذَا الْقُرْآنِ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَلاَلٍ فَأَحِلُّوْهُ وَمَا وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَرَامٍ فَحَرِّمُوْهُ ))

“Ketahuilah, bahwa aku telah diberi Kitab, dan sesuatu yang serupa dengan Kitab itu yang menyertainya. Ketahuilah, ada seorang lelaki yang nyaris kekenyangan duduk di atas kursi panjangnya, lalu dia berkata, “Berpeganglah kalian kepada al-Qur’an ini, maka sesuatu yang kalian dapatkan dalam al-Qur’an dari yang halal maka halalkanlah, dan sesuatu yang kalian dapatkan dalam al-Qur’an dari yang haram, maka haramkanlah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim)

Perhatikanlah! Beliau  memberikan perumpamaan kepada para pengingkar as-Sunnah dengan orang kekenyangan yang duduk di atas dipan. Itu menjadi ciri bagi orang-orang yang hidup bermewah-mewahan, yang tidak mau meninggalkan rumah dan selalu berhadapan dengan berbagai kelezatan. Mereka duduk santai tidak mau menuntut ilmu dan tidak mau mencurahkan sedikitpun kesungguhannya. Oleh karena itu tidak heran kalau mereka mengatakan seperti kata-kata itu. Mereka menyombongkan diri dan tidak mau menerima as-Sunnah sebagai dalil. Kalau saja mereka mau mencurahkan sedikit kemampuannya, mau menuntut ilmu, mau memahami Kitab Allah maka tentu mereka tidak akan mengatakan seperti apa yang dikatakannya itu.

Kaum muslimim rahimakumullah…

Berpijak dari pemahaman mereka yang menolak as-Sunnah, mereka pun terjatuh kepada sekian banyak kesalahan dalam memahami agama. Bahkan tidak sedikit pendapat mereka yang sangat ganjil dan menyelisihi ijma’ (kesepakatan) umat Islam. Di antara pendapat mereka yang ganjil ialah:

  1. Mencukupkan dengan apa saja yang terdapat dalam kandungan al-Qur’an.
  2. Mereka tidak mengumandangkan adzan dan iqamat setiap kali hendak menunaikan shalat, sebab menurut mereka tidak terdapat dalam al-Qur’an.
  3. Tatacara shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua kali dalam sehari dan ada yang hanya eling (ingat) saja.
  4. Kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan dibebankan bagi orang yang melihat bulan. Sehingga, kalau hanya seorang saja yang melihat bulan di suatu negeri, maka hanya dia saja yang wajib puasa. Mereka berpendapat demikian karena salah memahami firman Allah “faman syahida minkumusy syahra falyashumhu” (karena itu barangsiapa di antara kalian hadir di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu.)
  5. Pakaian ihram adalah pakaian adat bangsa Arab oleh sebab itu bagi para jama’ah haji boleh mengenakan celana panjang dan kemeja atau jas.
  6. Orang muslim yang meninggal dunia tidak wajib dishalati karena tidak ada perintah seperti itu dalam al-Qur’an.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁن الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH II

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

 

Kaum muslimim rahimakumullah…

Kewajiban bagi kita sebagai seorang mukmin adalah membenarkan dan menerima apa saja yang datang dari Rasulullah . Sebab apa yang disabdakan beliau merupakan wahyu bukan menurut kemauan hawa nafsunya. Allah  berfirman: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm [53]: 3-4)

Imam asy-Syafi’i  berkata:

( وَلاَ أَعْلَمُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَلاَ مِنَ التَّابِعِيْنَ أَحَدًا أُخْبِرَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ إِلاَّ قَبِلَ خَبَرَهُ، وَانْتَهَى إِلَيْهِ، وَأَثْبَتَ ذَلِكَ سُنَّةً )

“Aku tidak mengetahui seorang sahabat atau seorang tabi’in pun yang diberitahu tentang berita dari Rasulullah  (dan shahih beritanya) kecuali ia terima beritanya serta menetapkannya sebagai sunnah.”

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *