“DEBUS” KAROMAH ATAU SIHIR?” (Oleh : Deden Wahyudin, Lc.)

“DEBUS” KAROMAH ATAU SIHIR?”

Oleh : Deden Wahyudin, Lc.

Pemerintah daerah diminta melestari-kan seni bela diri debus khas budaya Banten, karena saat ini seni bela diri tersebut sudah langka di masyarakat. “Saya sangat prihatin seni bela diri debus yang merupakan warisan nenek moyang nyaris menghilang,” kata Ketua Paguyuban Tjimande Tarik Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH) Kabupaten Lebak Banten.

Itulah sekelumit gambaran pembelaan dari orang-orang yang pro debus, mereka dengan berbagai cara dan upaya terus mempertahankan debus yang mereka anggap sebagai budaya Islam yang harus dilestarikan, dan konon kata mereka tradisi debus ini merupakan peninggalan dari sultan Tirtayasa sebagai bentuk metode da’wah dalam menyebarkan agama Islam khususnya di daerah Banten.

Mungkin di antara pembaca ada yang pernah menyaksikan atraksi-atraksi debus yang mendebarkan, ada orang yang mengiris lidah dengan silet atau pisau, makan api, menusuk jarum ke pipi sampai tembus tanpa mengeluarkan darah, menusuk perut dengan pedang atau atraksi maut lainnya.

Karena lemahnya Aqidah Islamiyah di masyarakat kita dan pandainya agen-agen setan dalam mengemas produk yang mereka tawarkan serta maraknya media-media masa yang mengiklankan mereka, maka sungguh sangat memprihatinkan  banyak sekali masyarakat yang tertipu dan terpedaya. Sihir yang dikemas dalam bentuk “debus” dianggap sebagai karomah dan budaya Islam yang harus dilestarikan, penyimpangan mereka dianggap wajar dan suatu keharusan, sedangkan keanehan mereka dianggap suatu keistimewaan.

Memang Islam adalah agama Rohmah (kasih sayang), Islam menghargai adat kebiasaan di suatu daerah sebagaimana qoidah “al-‘adatu muhakkamah (adat dapat menjadi hukum)”, akan tetapi tidak berarti semua adat tradisi bisa menjadi dan boleh dipakai serta dilestarikan. Disinilah sebenarnya letak nilai keIslaman kita di sisi Alloh Subhanahuwata’ala, karena seorang muslim itu selain diwajibkan untuk ta’at kepada Alloh juga dituntut untuk mengingkari serta menjauhi setiap bentuk pelanggaran-pelanggaran syari’ ah.

Lantas “debus” itu karomah atau sihir?

Kalaulah debus itu karomah, maka berarti tidak ada pelanggaran syariah dan boleh dilestarikan, tetapi jika debus itu sihir berarti telah terjadi suatu pelanggaran terhadap syariat Islam; harus diingkari serta dijauhi.

Untuk lebih jelasnya, marilah kita perhatikan perbedaan antara karomah dan sihir agar tidak tertipu oleh setan dari jin atau setan manusia, tidak mudah tergoda oleh penampilan dan kemasan, tidak mudah tergiur oleh gencarnya iklan dan bujuk rayuan.

  1. Karomah berasal dari Alloh sedangkan sihir dari

Ketika Nabi Zakaria ‘Alaihissalam bertanya kepada Maryam tentang makanan yang selalu tersedia di mihrabnya. Maryam menjawab, ”Makanan itu dari sisi Alloh”. Sedangkan kita mengetahui bahwa Maryam bukanlah seorang Rosul atau Nabi, sehingga hal yang luar biasa itu bukan diketegorikan sebagai mukjizat, tetapi itulah karomah yang diberikan Alloh kepada sosok perempuan yang suci, Ibu dari Nabi Isa ‘Alaihissalam.

Kisah serupa namun berbeda pernah dialami oleh al-Hallaj atau al Husein bin Mansur seorang tokoh Sufi bersama sekelompok pengikutnya, ketika mereka meminta makanan manisan, maka Al-Hallaj bangkit dan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh, dan tidak beberapa lama kemudian ia kembali dengan membawa nampan yang penuh manisan.

Tetapi akhirnya terkuak bahwa nampan yang penuh manisan itu adalah hasil curian Jin (setan) dari sebuah warung permen di Yaman. Begitulah cerita sihir yang diklaim pengikut Al-Hallaj sebagai karomah (Majmu Fatawa permulaan jilid 35, Ibnu Taimiyah).

  1. Karomah tidak dapat dipelajari sedangkan sihir bisa dipelajari.

Dalam lembaran siroh, kehidupan suri tauladan kita Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam, tidaklah kita baca bahwa Rosululloh mempelajari karomah atau mengajarkan kepada para sahabatnya ilmu-ilmu kebatinan dan ilmu kesaktian sehingga para sahabat menjadi sakti mandra-guna mempunyai ilmu kebal, dapat menghilang, terbang dan lain sebagainya sehingga mereka ketika berperang melawan orang-orang kafir selalu menang. Karena karomah bukanlah suatu ajaran, akan tetapi hadiah dan karunia langsung dari Alloh yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman dan sholih.

Ada di antara masyarakat kita yang belajar ilmu karomah (kata mereka) dengan cara-cara yang seakan-akan Islami. Seperti puasa dengan jumlah bilangan hari atau dengan wirid dan doa tertentu dalam hitungan ratusan bahkan ribuan. Bahkan ada yang memburu karomah dengan bermeditasi dan bertapa ditempat-tempat yang dikeramatkan, yang lebih naif lagi, dalam menjalankan ritualitas tersebut mereka melakukan pelanggaran dan pengabaian perintah-perintah Alloh Subhanahuwata’ala yang wajib.

Jika dengan metode pembelajaran tersebut mereka mendapatkan sesuatu yang luar biasa maka bisa dipastikan bahwa itu adalah sihir bukan karomah dan setanlah yang menjadi maha guru mereka. Alloh  Subhanahuwata’ala memberitahukan hal tersebut dengan firman-Nya:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka ‘mengajarkan’ sihir kepada manusia”  (QS. Al-Baqoroh : 102)

  1. Karomah tidak dapat didemonstrasikan sedangkan sihir dapat didemonstrasikan

Kita tidak pernah mendengar riwayat atau membaca siroh kehidupan Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam bahwa Rosululloh dangan para sahabat-nya mempersiapkan diri, latihan jurus tenaga dalam atau berkemas-kemas untuk pertunjukan kesaktian atau kehebatan ilmu kedigdayaan, entah itu untuk penggalangan dana atau hiburan ataupun menjadikan-nya sebagai sarana da’wah.

Memang Khalid bin Walid Rodhiyallohu’anhu pernah melakukan sesuatu yang spektakuler, itu pun terpaksa dan bukan dipersiapkan terlebih dahulu tetapi spontanitas. Selanjutnya Khalid bin Walid Rodhiyallohu’anhu tidak pernah mempertunjukkan kembali kejadian tersebut yaitu meminum racun waktu dia dan pasukannya mengepung benteng musuh. Pimpinan mereka berkata, ”Kami tidak akan menyerah sebelum kamu meminum racun.” Khalid pun lalu meminumnya dan dia tetap segar bugar dengan idzin Alloh.

Maka dari itulah, apabila ada seseorang yang tampak darinya sesuatu yang luar biasa, lalu yang bersangkutan berusaha menampilkan kembali atau memamerkan kepada khalayak ramai, maka bisa dipastikan itu adalah sihir & bukan karomah. Apalagi kalau hal tersebut dijadikan sebagai obyek bisnis atau mesin pencetak uang.

Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0003 Rubrik Budaya-Budaya Munkar Di Indonesia

 

Check Also

REKAM JEJAK PERPECAHAN UMAT (Oleh : Dr. Rahendra Maya, S.Th.I., M.Pd.I.)

REKAM JEJAK PERPECAHAN UMAT Oleh : Dr. Rahendra Maya, S.Th.I., M.Pd.I.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot