Dakwah adalah perkara besar yang agung dan utama, tak sebanding dengan segala perkara lain yang ada di dunia. Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus ribuan nabi dan rosul hanya untuk perkara ini saja. Berdakwah di tengah-tengah umatnya, membacakan ayat-ayat-Nya, membangkitkan jiwa-jiwa, memberi petunjuk kepada manusia, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan menjelaskan kebenaran kepada mereka. “ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. al-Jumu’ah [62] : 2)
Ketika kesyirikan menyebar di tengah umat manusia, batu disembah, kuburan dikeramatkan, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Nuh ‘alaihissalam, untuk berdakwah. Ketika penjajahan dan kekejaman merajalela, ketika semua bayi laki-laki dibunuh, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus Musa ‘alaihissalam. Bukan untuk membuat tentara tandingan, melainkan untuk berdakwah. Ketika penyimpangan seksual merajalela dan kemaksiatan sudah terjadi dimana-mana, Alloh subhanahu wa ta’ala pun mengutus Nabi Luth ‘alaihissalam untuk berdakwah. Ketika seluruh kemaksiatan, kedzoliman, dan seluruh bentuk penentangan terhadap hukum-hukum Alloh subhanahu wa ta’ala terjadi pada kaum kafir Quraisy, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam untuk berdakwah.
Setiap kali kerusakan melanda umat manusia di zaman dulu, semisal kerusakan moral, susila, kebudayaan, tatanan masyarakat, sistim politik, ekonomi dan kerusakan lainnya, Alloh subhanahu wa ta’ala mengutus gelombang para nabi dan rasul. Semua mengemban amanat perbaikan dan kebangkitan, tujuan asasinya adalah penyelamatan massal dari kesempitan dan bencana besar di dunia dan akhirat, dengan amal dakwah.
Dan kini, saat banyak sekali terjadi kesyirikan dan pergeseran keyakinan. Tontonan sihir makin semarak di televisi, dinikmati dari anak-anak sampai orang dewasanya, menyebarkan racun mematikan. Aurat wanita dipajang dan diumbar. Para penantang Alloh subhanahu wa ta’ala bermunculan di kampus-kampus, faham liberal, atheis, sekuler dikembangbiakkan. Kelompok sesat bermunculan merekrut kaum awam. Pergaulan muda-mudi telah melewati batas kesopanan. Korupsi, narkoba dan miras hampir menjadi budaya.
Semua adalah pembangkangan nyata terhadap perintah dan larangan Alloh subhanahu wa ta’ala, mengundang murka dan azab-Nya. Bahkan azab-azab itu pun telah berdatangan. Banjir, gempa, angin topan, tanah longsor, kebakaran, letusan gunung berapi, pesawat jatuh, kapal tenggelam semua terjadi silih berganti.
“Telah muncul kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh subhanahu wa ta’ala menimpakan mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar –Rum [30] : 41)
Adakah jawaban untuk semua keterpurukan dan bencana ini? Dakwah lah solusinya! Semua bencana dan keterpurukan itu akan terus berlangsung sampai kita semua terbinasakan. Bila kita tidak bangkit! Kita semua harus bangkit bersama-sama! Kita harus mewujudkan kebangkitan total! Bukan kebangkitan yang berorientasi kepada keduniaan semata. Kebangkitan sejati adalah kebangkitan ruhani yang kuat dan menyeluruh, yaitu terwujudnya di masyarakat kita ini dominasi penitian Sirotulmustaqim, penitian jejak-jejak Rasululloh dan para sahabatnya.
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 122)
Jalan utama untuk melenyapkan keterpurukan ruhani adalah pencerahan jiwa-jiwa dengan dakwah yang benar. Jiwa-jiwa yang tercerahkan dengan dakwah yang benar akan bangkit dan bergerak meninggalkan semua elemen-elemen keterpurukan tadi serta akan menggantikannya dengan penitian Sirotulmustaqim secara kaffah di seluruh lapangan kehidupan. Tujuan utama melenyapkan keterpurukan ruhani adalah meraih kebahagiaan surga dan keselamatan dari neraka. Sekalipun demikian, terwujudnya kebangkitan ruhani pun pasti akan menghasilkan kecemerlangan dunia.
”Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka”. (QS. al-A’rof [7]: 96)
Kita harus segera memulai suatu gerakan kebangkitan mengikuti jejak para nabi dan rasul, para pembangkit yang mulia. Kita juga harus melibatkan semua orang, keluarga, kerabat maupun teman. Saat kita merenungi kehidupan Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, maka dapat kita temukan bahwa tak ada satu pun dari mereka kecuali mengajak anggota keluarganya, temannya, bahkan semua orang yang dikenalnya, untuk sama-sama berdakwah sesuai kemampuan. Pertama kali wahyu turun pada Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikannya pada istri tercinta, lalu temannya, keponakannya, dan semua orang yang beliau kenal.
Alloh subhanahu wa ta’ala telah menjadikan dakwah sebagai solusi permasalahan umat dari zaman ke zaman. Jika kita mentadabburi al-Qur’an, sebagian besar isinya bercerita kisah-kisah dakwah dan bagaimana cara para nabi dan rasul berdakwah. Oleh karena itu, umat ini wajib mengambil dan memikul tugas dakwah, sebagaimana dulu para sahabat nabi rodhiAlloh subhanahu wa ta’alau anhum tuntas menunaikannya.
Sekarang waktunya membuat keputusan! Permasalahan umat sudah ada di depan mata dan tugas-tugas besar menunggu untuk kita tunaikan. Mari berlelah-lelah untuk agama Alloh subhanahu wa ta’ala, mari kita berkorban lagi dan lagi sampai saatnya kelak Alloh subhanahu wa ta’ala menyatakan keridhoan-Nya. Mari saudaraku… alangkah nikmatnya ketika kita berlelah-lelah untuk dakwah dan tidur dalam kelelahan setelah berdakwah, sehingga kelak Alloh subhanahu wa ta’ala pertemukan kita dengan Rosululloh shalAlloh subhanahu wa ta’alau ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.