Bingkisan Istimewa Bagi Orang Yang Sakit

29 Dec 2018Redaksi Aqidah

Manusia tidak lepas dari ujian dan cobaan dalam mengarungi kehidupan. Alloh subhanahu wata’ala menguji kepada hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.”
(QS. al-Anbiya’ [21]: 35)

Ibnu Abbas rodhiyallohu’anhu berkata, “Kami uji kalian dengan kesusahan dan kesenangan, sehat dan sakit, kaya dan miskin, halal dan haram, taat dan maksiat, hidayah dan kesesatan.”  (Tafsir ath-Thobari 18/440)

Agar kita memiliki sikap yang benar dalam menghadapi sakit yang kita derita, maka hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:

  1. Siapa saja yang sakit hendaknya ia bersabar atas apa yang ditakdirkan oleh Alloh subhanahu wata’ala.

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

“Sungguh mengagumkan perkara orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik, dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali orang Mukmin. Jika ia ditimpa kebaikan, niscaya bersyukur, maka itu kebaikan untuknya. Jika ditimpa keburukan, niscaya bersabar, maka itupun kebaikan baginya.”
(HR. Muslim)

  1. Agar orang yang sakit tetap tabah, tegar, dan bersabar, maka hendaknya ia mencoba mengetahui dan memahami akan keutamaan orang yang sakit.

Betapa banyak kenikmatan yang diberikan kepada seorang hamba justru menjadi buruk baginya. Dan betapa banyak orang yang mendapatkan keburukan justru menjadi baik baginya.

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Dan boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian; Alloh mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.”
(QS. al-Baqoroh [2]: 216)

Tahukah engkau, bahwa orang yang sedang menderita sakit disayang oleh Alloh subhanahu wata’ala?

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar. Jika Alloh mencintai suatu kaum, pasti Alloh memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang ridho menerima cobaan-Nya, niscaya ia memperoleh ridho-Nya. Barangsiapa yang membenci terhadap taqdir yang ditetapkan kepada-nya, niscaya ia menerima kemurkaan Alloh.”
(HR. at-Tirmidzi)

Tahukah engkau, bahwa penyakit akan menghapus dosa-dosa. Sungguh menakjubkan dan menggembirakan bukan?

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda;

“Cobaan itu akan selalu menimpa seorang Mukmin dan Mukminah, baik pada dirinya, anaknya ataupun hartanya, sehingga bertemu dengan Alloh tanpa dosa.”
(HR. at-Tirmidzi)

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah seorang Muslim menderita penyakit atau sesuatu selainnya, pasti Alloh hapuskan berbagai kesalahannya, seperti sebuah pohon yang meruntuhkan daun-daunannya.”
(HR. Muslim)

Tahukah engkau, bahwa ketika seseorang menerima cobaan berupa penyakit merupakan jalan menuju jannah.

 ‘Atho bin Abi Robbah rodhiyallohu’anhu dia berkata, ‘Ibnu Abbas rodhiyallohu’anhu berkata kepadaku:

“Ketahuilah, aku akan kabarkan kepadamu seorang perempuan penghuni surga. Aku jawab “Ya”. Ibnu Abbas berkata, ‘Perempuan ini datang kepada Nabi Muhammad  seraya berkata, ‘Sesungguhnya saya seorang pengidap epilepsi dan apabila penyakitku kambuh pakaianku tersingkap. Berdo’alah kepada Alloh untukku. Beliau jawab, ‘Jika engkau mau bersabar, engkau mendapatkan surga. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendo’akan kepada Alloh agar engkau sembuh. Perempuaan itu menjawab, ‘Aku bersabar. Akan tetapi ketika penyakitku kambuh tersingkap-lah pakaianku. Berdo’alah kepada Alloh agar pakaianku tidak tersingkap.’ Kemudian Beliau men-do’akannya.”
(HR. al-Bukhori dan Muslim)

  1. Berbaik sangka kepada Alloh subhanahu wata’ala.

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda bersabda:

Janganlah salah seorang di antara kalian mati kecuali berbaik sangka kepada Alloh .”
(HR. Muslim dan Abu Dawud)

Imam Nawawi rohimahulloh dalam kitab Syarh al-Muhadzdzab berkata, “Yang dimaksud berbaik sangka kepada Alloh subhanahu wata’ala adalah ia berpraduga bahwa Alloh subhanahu wata’ala merahmatinya dan ia berharap atas rahmat-Nya melalui tadabbur ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang mengungkap tentang kedermawanan Alloh subhanahu wata’ala, sifat memafkan-Nya, apa yang Dia janjikan kepada ahli tauhid, dan curahan rahmat Alloh subhanahu wata’ala yang dianugerahkan kepada mereka pada Hari Kiamat. Hal ini sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala dalam hadits shohih, ‘Aku tergantung kepada prasangka hamba-Ku kepada-Ku.’ Inilah makna hadis yang benar sebagaimana yang dikatakan oleh mayoritas ulama.” (‘Aunu al-Ma’bud 8/265)

  1. Orang yang sedang sakit hendaknya selalu berada dalam kondisi di antara takut dan berharap. Merasa takut akan adzab Alloh subhanahu wata’ala akibat dosa yang diperbuatnya dan mengharap akan rahmat-Nya.

Dari Anas bahwa:

“Suatu ketika Nabi shollallohu’alaihi wasallam datang menengok seorang pemuda yang tengah menghadapi kematian, maka Beliau bertanya, ‘Bagaimana engkau dapati dirimu?’ Pemuda itu menjawab, ‘Wahai Rosululloh, aku berharap kepada Alloh dan takut kepada dosa-dosku. Beliau bersabda, ‘Tidaklah kedua perasaan demikian menyatu pada diri seorang hamba dalam keadaan demikian kecuali Alloh menganugerahkan kepadanya apa yang diharapkan dan menentramkan dirinya terhadap apa yang ditakuti’.”
(HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

  1. Bagaimanapun parah sakitnya, seseorang dilarang untuk mengharapkan kematian.

Ummu Fadl berkata, suatu ketika Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam datang menjenguk, lalu mendapatkan Abbas, paman beliau tengah mengeluh mengharapkan kematian, maka Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bertanya kepadanya:

“Wahai paman, janganlah engkau sekali-kali menginginkan kematian. Karena jika engkau yang berbuat banyak kebaikan, lalu ditangguhkan kematian-mu, niscaya semakin menambah kebaikan, dan lebih baik bagimu. Jika engkau banyak berbuat keburukan kemudian ditangguhkan ajalmu dan engkau bertaubat dari dosa-dosamu, maka yang demikian lebih baik bagimu. Oleh karena itu, janganlah engkau menginginkan kematian”.”
(HR. al-Hakim)

  1. Apabila ada kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan hendaklah ditunaikan kepada pemilik-pemiliknya bila mudah dilakukan. Namun bila tidak, hendaklah ia berwasiat mengenai hal itu kepada kerabatnya.

Di antara kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang, tidak hanya orang yang sedang sakit saja -perkara ini kurang mendapat perhatian- adalah melunasi utang.

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa yang rohnya berpisah dari jasadnya dalam keadaan terbebas dari tiga hal, niscaya masuk surga: (1) bebas dari sombong; (2) dari khianat, dan (3) dari tanggungan hutang.”
(HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi. Hadis ini dishohihkan oleh syaikh al-Albani)

Disamping melunasi hutang-hutangnya, orang yang sakit hendaknya memohon maaf terhadap pihak-pihak yang telah ia dzolimi.

Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

Tahukah kalian, siapakah orang yang pailit (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, ‘Orang pailit adalah orang yang tidak memiliki uang ataupun benda di antara kita. Rosululloh  bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang pailit dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala sholat, puasa, dan zakat. Namun ia telah mencaci (si A), menuduh (si B), memakan harta (si C), menumpahkan darah (si D), dan memukul (si E). Maka orang ini diberi kebaikan-kebaikannya, orang itu diberi kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis, maka diambillah keburukan-keburukan mereka lalu dibeban-kan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke dalam api neraka.”
(HR. Muslim)

Oleh: Ust. Arifin, S.H.I.