As-Sunnah Sebagai Penjelasan AL-Qur’an

index 

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Tugas utama dari seorang Rasul adalah menjelaskan ayat-ayat yang diturunkan Allah  dalam kitab suci-Nya. Berdasarkan hal ini tidak diragukan lagi bahwa sunnah Nabi  berperan besar dalam memberikan pemahaman terhadap al-Qur’an. Barangsiapa yang hendak menggali samudra ilmu al-Qur’an, maka ia harus mengkaji dan mempelajari as-Sunnah sehingga ia mampu menyingkap makna rahasia ayat  secara benar. Allah  berfirman,

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” (QS. an-Nahl [16]: 44)

Marilah kita perhatikan satu contoh dalam hal ini adalah ibadah fardhu yang diperintahkan Allah dalam kitab suci-Nya, khususnya dalam masalah shalat. Sejarah telah menyaksikan ada orang-orang yang berpendapat bahwa kewajiban shalat cukup ditunaikan dengan hatinya semata. Mereka tidak melaksanakan shalat sebagaimana yang dilaksanakan umat Islam. Mereka menafsirkan ruku’ dan sujud dalam al-Qur’an dengan pengertian khusyu dan renungan hati. Hal demikian disebabkan mereka memperturuti hawa nafsu dan mengedepan logika akal.

Kaum muslimin rahimakumullah …

Sekarang kita lihat ibadah ini, bagaimana perintah shalat dalam al-Qur’an dan bagaimana penjelasan shalat dalam sunnah Rasulullah . Allah  berfirman

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” [QS. al-Baqarah (2): 43]

Lantas bagaimana cara mengerjakan shalat, sementara shalat menurut bahasa adalah do’a? Berapa jumlah raka’at dalam shalat? Kapan waktu melaksanakan shalat? Semua hal tersebut tidak diterangkan dalam al-Qur’an, tetapi kita akan memperoleh penjelasannya dalam as-Sunnah.

Rasulullah  memerintahkan kepada umatnya untuk menegakkan shalat sebagaimana yang beliau kerjakan. Beliau  bersabda,

(( صَلُّوْا كَماَ رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي ))

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari)

Beliau  pernah mengajarkan tata cara shalat yang benar kepada salah seorang sahabat yang kurang baik shalatnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah  bahwa seorang laki-laki masuk ke masjid, sementara Rasulullah  sedang duduk di pojok masjid, lalu ia shalat. Kemudian ia datang dan mengucapkan salam kepada beliau, maka beliau  menjawab salamnya, “Wa’alaikas salam.” Beliau berkata kepadanya, “Shalatlah karena engkau belum shalat.” Setelah tiga kali shalat tapi tetap ditolak oleh Rasulullah , orang tersebut bertanya kepada beliau, “Wahai Rasul, ajarkanlah kepadaku, sebab aku tidak bisa shalat lebih baik dari itu.” Akhirnya Rasulullah  bersabda,

(( إِذاَ قُمْتَ إِلىَ الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ اْلقِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْﺁن، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَع حَتىَّ تَطْمَئِنَّ جَالِسًا  ثُمَّ افْعَلْ ذٰلِكَ فِيْ صَلاَتِكَ كُلِّهَا ))

“Apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakan wudhumu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan bertakbirlah. Kemudian bacalah sesuatu yang mudah bagimu dari al-Qur’an. Kemudian ruku’lah hingga engkau benar-benar tuma’ninah. Kemudian bangunlah hingga tegak dalam berdiri. Kemudian sujudlah hingga engkau benar-benar tuma’ninah. Kemudian bangkitlah hingga kamu duduk benar-benar tuma’ninah. Kemudian kerjakanlah semua itu dalam shalatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal di atas adalah sebagian dari sekian banyak keterangan yang ada dalam sunnah Nabi  tentang masalah shalat. Bila kita ingin mengetahui ibadah yang lain seperti zakat, maka harta apa saja yang harus dikeluarkan dan berapa nishobnya (batasan wajib zakat) ? Hal ini tidak terdapat penjelasannya secara terperinci dalam al-Qur’an. Di sini kita memerlukan as-Sunnah untuk mengungkap berbagai hal yang berkaitan dengan zakat. Seandainya tidak ada sunnah, maka kaum muslimin tidak dapat mengetahui kewajiban dan aturan yang harus dilaksanakan terhadap hartanya. Kita tidak dapat mengetahui, berapa harta yang harus dikeluarkan dan kapan dikeluarkan. Bagaimana mungkin orang akan mampu memahami kandungan al-Qur’an bila ia tidak mau tahu apa yang disabdakan Rasulullah  tentang masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁن الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

KHUTBAH II

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Kaum muslimim rahimakumullah…

Para sahabat sebagai generasi yang terbaik pernah mengalami kebingungan dalam memahami ayat al-Qur’an. Padahal, mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, mengetahui gaya bahasa al-Qur’an dan manusia yang paling tahu tentang dimana, kapan, dan kepada siapa ayat itu diturunkan. Pada saat turun firman Allah ,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. al-An’am (6):82]

Sungguh para sahabat  memahami kata-kata kezhaliman dalam ayat di atas mencakup seluruh perbuatan zhalim, meskipun kezhaliman yang bersifat kecil. Oleh sebab itu, tersamar bagi mereka makna ayat ini. Lalu mereka bertanya kepada Rasulullah ,

( يَا رَسُوْلَ اللهِ ! أَيُّنَا لَمْ يَلْبِسْ إِيْمَانُهُ بِظُلْمٍ؟ فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( لَيْسَ بِذٰلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ أَلاَ تَسْمَعُوْنَ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ )): ﴿ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴾؟

“Wahai Rasulullah siapa di antara kita yang keimanannya tidak tercampur dengan kezhaliman? Beliau bersabda, “Bukan hal itu maksudnya, tetapi kezhaliman yang dimaksud adalah perbuatan syirik. Tidaklah kalian mendengar nasihat Lukman kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar?” [QS. Lukman (31): 13]. (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikianlah fungsi as-Sunnah sebagai penjelas bagi ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat global. Barangsiapa yang menjadikan as-Sunnah sebagai pedoman dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an sungguh ia telah meniti jalan yang benar.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *