aya bekerja di kota Sao Paulo, Brazil. Saya tinggal di sebuah hotel dekat dengan Islamic Centre di kota tersebut.
Suatu kali, saya pergi ke masjid Islamic Centre untuk melaksanakan sholat Shubuh. Pada saat itu, udara begitu dingin dan turun hujan. Tetapi… aku terkejut dengan adanya seorang perempuan yang sedang duduk di barisan paling belakang, ia meletakkan sapu tangan di kepalanya dan bajunya kelihatan sangat tidak sopan.
Saya heran dengan hal ini, di kepalaku muncul berbagai pertanyaan, namun saya menunda keinginanku untuk mendapatkan jawabannya hingga selesai sholat. Kami yang melaksanakan sholat berjumlah delapan orang. Seusai sholat, seseorang yang berumur lima puluh tahunan berdiri, ia berbicara bahasa Inggris dengan lancar.
Ia berkata, “Saya berasal dari New Zealand dan saya bekerja sebagai pengacara. Saya dilahirkan dari kedua orang tua yang beragama Islam. Setelah dewasa, saya mengenal Islam dengan sebenarnya, bukan sekedar warisan, dan saya benar-benar telah merasakan keindahannya. Saya mendakwahi orang-orang yang belum beragama Islam, sehingga saya terbebas dari kewajibanku di hadapan Alloh nanti.
Saya berdakwah melalui internet, dan sudah banyak orang yang telah saya ajak bicara. Di antara mereka, perempuan yang sedang duduk di barisan paling belakang itu. Saya memulai pembicaraanku dengannya mengenai pekerjaan melalui layar internet, dan ia juga bekerja sebagai pengacara. Kemudian saya teruskan pembicaraan kami mengenai agama dan keyakinan. Saya jelaskan kepadanya tentang keindahan dan keistimewaan Islam.
Perbincangan kami berlanjut hingga beberapa bulan, kemudian ia memeluk agama Islam dengan kemauan dan keyakinannya. Akan tetapi, ia belum mendapatkan orang yang membantunya untuk itu. Ia telah mencari pusat-pusat Dakwah Islam (Islamic Centre), namun ia tidak mendapatkan satu pun kecuali pusat dakwah tersebut tutup.
Saya khawatir hal ini akan melemahkan kemauannya. Karena itu, saya segera pergi dari New Zealand untuk menyaksikan keislamannya dan mengajarinya beberapa dasar-dasar keislaman, serta mempertemukannya dengan sebagian kaum Muslimin yang ada di sini, supaya mereka saling membantu.
Seandainya bukan karena urusanku yang penting di New Zealand, niscaya saya akan tinggal di sini beberapa hari. Sebenarnya saya tidak ingin segera mendatanginya, kecuali karena saya berfikir masih hidupkah saya nanti atau masih hidupkah dia, sehingga saya pun bersegera dan mendapatkan waktu yang cocok.”
Orang tersebut memanggilnya dan berkata, “Ia sekarang akan mengucapkan syahadat di hadapan kalian.” Kemudian perempuan itu berdiri di hadapan jama’ah masjid dan mengucapkan syahadat.. orang itu berkata, “Sekarang saya merasa tenang, saya akan kembali ke New Zealand dan meninggalkannya sebagai amanat di pundak kalian. Wahai kaum Muslimin Sao Paulo, kalian bertanggung jawab untuk membantunya, bergaul dengannya, dan mengajarkannya, saksikanlah ya Alloh!” pembicaraan orang tersebut kemudian berakhir.
Salah seorang jama’ah sholat berdiri, yakni salah seorang penduduk Sao Paulo. Ia berkata, “Saya akan mengenalkannya dengan istriku yang berasal dari Brazil.” Tubuhku merinding dan tanpa sadar air mataku mengalir. Orang yang ada di sampingku menangis terisak-isak, begitu pula orang yang ada di dekatnya… kami semua mengeluarkan air mata karenanya. Saya pun menjadi tahu, bahwa ternyata masih ada orang yang mau mengorbankan sesuatu yang paling mahal dan paling berharga.. untuk menyelamatkan jiwa seseorang dari neraka. Dan ternyata masih ada orang yang menangis bahagia karenanya, serta masih ada orang yang merasa minder, karena sedikit pun ia belum berkorban demi agama ini.
Perlu anda ketahui, dai Muslim tersebut telah mengitari separuh belahan bumi ini, selama ia sampai ke Sao Paulo untuk menunaikan sholat Shubuh bersama kami dan menuntun wanita tersebut bersyahadat. □