Ali bin Abi Tholib adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi busyroh (kabar gembira) sebagai penghuni surga, tempat kenikmatan dan penuh keamanan sejati. Karena jiwa kedermawanannya, ia senantiasa berlomba-lomba untuk berinfaq meraih Surga-Nya. Sejak muda, ia senantiasa berinfaq untuk kemurnian dan kebangkitan Islam, rela mengorbankan jiwa dan hartanya, rela berlelah-lelah dan berpayah-payah guna merengkuh indahnya Surga, yang belum pernah dilihat dengan mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terbersit sedikit pun dalam sanubari.
Ali bin Abi Tholib mampu mengendalikan keindahan dunia yang fana, ia tak sedikit pun terpesona dan terlena dengan kehidupan dunia yang menggiurkan. Ia tetap memilih tinggal di rumahnya yang sangat sederhana sampai berpisah dengan dunia, meskipun ia diminta untuk tinggal di istana negara yang tinggi, megah, indah, dan mempesona. Hidup baginya adalah untuk beramal dan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Alloh , karena semakin jauh dari dunia, maka ia akan semakin dekat dan bergantung kepada-Nya. Ia menyadari, bahwa Alloh telah memerintahkan kepadanya untuk menafkahkan sebagian harta yang ia miliki untuk dakwah fii Sabilillah sebelum datang al-maut (kematian) kepadanya lalu ia menyesal. Berdakwah membangunkan umat ini agar tersadar dari keterlenaan, menyadarkan mereka dari keterpurukan dan kebinasaan, serta mengajak mereka untuk kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan tatanan kehidupan para Salafush Sholih. Sebagaimana firman-Nya: ”Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu ia berkata: ”Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah (berinfaq), dan aku termasuk orang-orang yang sholih?.” (QS. Al-Munafiqun: 10).
Ketika Ali bin Abi Tholib ditanya tentang sifat dermawan, ia menjawab: ”Sifat dermawan adalah seseorang yang menginfaqkan hartanya sejak awal dari niatnya. Jika dia memberikannya setelah diminta, maka kemungkinan besar ia memberikan harta tadi karena malu (dianggap pelit) atau karena dia memang berhati mulia.” (Taariikh Al-Khulafaa’ hal.17).
Maka, sudah semestinya kita sebagai hamba Alloh yang beriman merasa terpanggil untuk menolong agama-Nya dengan berinfaq, mengeluarkan harta kita demi tegaknya agama Alloh di muka bumi ini, menyelamatkan umat sebelum bencana dan musibah kehancuran datang. Dan tiada janji terindah selain dari janji Alloh kepada kaum Mukminin yang senantiasa berinfaq menegakkan kalimat-Nya. Alloh berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (QS. Muhammad: 7)
Adapun buah keuntungan (faidah) dan janji Alloh yang lain bagi mereka yang berinfaq di jalan-Nya, antara lain;
1. Pahalanya senantiasa mengalir setelah meninggal. (HR. Ibnu Majah)
2. Pahalanya berlipat ganda. (QS. al-Baqarah: 261)
3. Melapangkan jalan ke Surga dan menyumbat jalan ke Neraka. (QS. Ali Imran: 133-134)
4. Membawa keberuntungan dan merupakan pintu gerbang semua kebaikan. (QS. Al-Hasyr: 9)
5. Mendapat naungan di Padang Mahsyar. Rosululloh bersabda: ”Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskan perkara-perkara di antara manusia.” (HR. Ahmad)
”Naungan seorang Mukmin di Hari Kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)