Yogyakarta – Tragis, jalan hidup yang diambil ibu muda asal Gunungkidul di kawasan yang tak jauh dari wilayah perbatasan Bantul. Demi memenuhi kebutuhan air bersih saat kemaru mahal, dia nekat ‘menjual diri’.
Sebut saja namanya Kembang (bukan nama sebenarnya), 30. Dia terpaksa melayani pria hidung belang di kawasan pantai selatan Bantul demi air.
“Itung-itung bisa sedikit membantu untuk membeli air buat keluarga dan orang tua. Di daerah kami sudah beberapa kali warganya harus membeli air dari tangki swasta. Harganya mahal sekali,” katanya, Selasa (13/9),
Ibu dua putra itu mentatakan beban ekonomi di musim kemarau meningkat tajam. Dia sudah dua kali membeli air 10.000 liter seharga hampir Rp300.000 dari seorang sopir truk. Kini stok air dirumahnya konon tinggal tersisa beberapa liter.
“Saya sudah tinggal terpisah dari orang tua, jadi saya harus memikirkan orangtua yang juga mengalami kesulitan air bersih. Lagipula, kedua orangtua saya petani miskin yang tidak memiliki pendapatan cukup untuk membeli air,” paparnya.
Namun Kembang mengaku hasil dari kencan dengan tamunya tak hanya semata-mata untuk mencukupi kebutuhan mendesak air bersih yang menjadi barang berharga tersebut. Uang dari menjual tubuhnya juga digunakan untuk menyumbang acara hajatan kenalannya dan mengangsur sepeda motor kredit.
“Suami sudah beberapa tahun kabur tanpa memberi kabar,” ujarnya.
Koordinator Lembaga Perempuan Penggerak Ekonomi Rakyat (Pukat) Gunungkidul. Rino Caroko menyatakan kemarau dan tingginya kebutuhan warga untuk membeli air membawa dampak sosial bagi perempuan di Gunungkidul. Terlebih, kondisi tidak menguntungkan dalam rumah tangga cenderung menempatkan perempuan sebagai korban yang selalu terbebani menopang hidup keluarga.
“Dampak sosial ini perlu menjadi perhatian seluruh pihak, termasuk pengambil kebijakan agar krisis air tidak berkepanjangan,” pungkas Rino.
Sungguh ummat ini sedang ada dalam keterpurukan yang nyata, yang tidak mungkin bisa kita pungkiri lagi. Apakah kita rela, kertas yang dahulu putih bersih kini buram terkotori noda hitam kehidupan yang kelak akan di mintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wataála kelak. Jika keadaan ummat sudah sedemikian buruknya, PANTASKAH KITA DIAM …!!!??? (Redaksi-HASMI/hrjogja).