KERINCI, JAMBI – Warga Siulak menggelar ritual "tolak bala" yang merupakan upacara tradisi mengusir atau menenangkan makluk halus di areal Bukit Tengah yang akan dijadikan areal komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Kerinci.
"Masyarakat Siulak berinisiatif merancang dan menggelar ritual adat warisan budaya nenek moyang orang Kerinci di lokasi tempat akan dibangunnya komplek perkantoran Pemkab Kerinci," kata Kabag Humas Pemkab Kerinci Amri Swarta di Kerinci, Selasa.
Menurut Amri, upacara ritual tolak bala yang dilaksanakan Minggu (12/12) itu sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat setempat. Ritual itu esensinya untuk mendoakan ketenangan dalam sebua hajat untuk orang banyak.
Ibukota Kabupaten Kerinci yang sebelumnya berada di Sungaipenuh kini harus pindah ke lokasi baru, sebab Sungaipenuh telah menjadi daerah otonomi sendiri dengan status Kota Sungaipenuh sejak 8 Nopember 2008.
Ritual itu bertujuan agar makluk halus penghuni komplek perbukitan tersebut tidak menganggu proses pembangunan infrastruktur pusat pemerintahan Kabupaten Kerinci itu.
Wujud upacara yang digelar berupa penyembelihan hewan kurban seekor kambing. Keempat kaki kambing tersebut dipotong, sementara darahnya disiram ke seantero bukit oleh pemimpin dan masyarakat peserta upacara.
Selain diisi ritual persembahan hewan kurban disertai mantera dan doa-doa, upacara juga diawali dengan "Penno Adat", yakni semacam seloko petitah-petitih perihal ritual yang digelar. Penno disampaikan oleh dua orang tokoh adat daerah setempat yakni Arisman gelar Depati Marajo Tuo dan Eridahni gelar depati Paduko Rajo.
Ritual kesyirikan tersebut merupakan wujud dari penyembahan kepada syaiton dan Iblis yang terlaknat dan sungguh merupakan keterpurukan besar yang melanda masyarakat khususnya pemerintah sekitar. (Redaksi HASMI)