Solo, Jawa Tengah – Ribuan masyarakat yang berasal dari daerah Solo, Wonogiri, Jombang dan bahkan Jakarta, kemarin malam memadati beberapa tempat di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya untuk mengikuti ritual atau upacara untuk menyambut malam 1 Suro. Ritual tersebut dimulai dari pukul 19.00 hingga pukul 1 dini hari. Panitia atau abdi dalem keraton yang ikut dalam ritual tersebut kurang lebih berkisar 400 orang.
Ritual kesyirikan tersebut dimulai dengan ritual penyucian barang-barang pusaka atau dalam bahasa jawa disebut kirap benda – benda pusaka kraton. Benda-benda pusaka yang dikeluarkan yaitu tombak, keris, dan mahkota. Kemudian alat yang digunakan untuk pencucian benda pusaka tersebut adalah 3 drum air dan 1 bejana yg terbuat dari kuningan yg ditaburi kembang setaman serta mereka menyakini bahwa benda yang digunakan untuk pencucian tersebut harus dalam jumlah ganjil. Setelah selesai prosesi penyucian benda-benda pusaka kraton tersebut, masyarakat yang hadir langsung berdesakan untuk mengambil air dan bunga bekas sisa cucian barang-barang yang dianggap pusaka tersebut. Mereka meyakini bahwa air tersebut dapat mempermudah rezeki, jodoh, menyembuhkan penyakit, dan sebagainya.
Acara berikutnya yaitu pembagian nasi bungkus yang berisi nasi telur dan sayur plus sebungkus plastik kecil transparan yang berisi kembang setaman dan koin. Namun dari makanan tersebut hanya telurnya saja yangg dimakan tetapi nasinya di keringkan kembali untuk dijadikan nasi biang yang dipercaya dapat membuat subur pertanian mereka. Dan koinnya disimpan di dalam dompet agar rezeki selalu lancar.
Acara diakhiri dengan pergantian tahun yaitu diadakanya ritual semedi dengan mematikan lampu serta alat komunikasi.
Ritual yang mengandung kesyirikan akbar ini kerap dilaksakan setiap tahun, sungguh hal ini merupakan keterpurukan yang amat besar karena ritual-ritual ini yang dapat memasukan pengikutnya ke Jahannam. Hanya dengan jalan dakwah, kesyirikan dan kejahilan dapat diberantas agar tercipta masyarakat yang memegang teguh ajaran Islam yang murni. (Redaksi HASMI/Saleh Nurhadi & Ida wahyuningsih)