DKI Jakarta saat ini menempati urutan ketiga dalam jumlah penderita HIV/AIDS se-Indonesia, setelah Provinsi Papua dan Bali. Sejak pertama ditemukan pada 1987 hingga Desember 2010, jumlah penderita HIV/AIDS di Jakarta tercatat 3.995 orang.
Pelaksana Harian (PLH) Komisi Perlindungan AIDS (KPA) Jakarta Timur HR Krisdianto mengatakan, pada periode 2010 lalu, tercatat ada 1.121 kasus HIV dan 182 kasus AIDS terjadi di wilayahnya.
Berdasarkan hasil pemetaan pada kelompok populasi kunci pada 2009, diketahui hampir seluruh kecamatan di Jakarta Timur, terdapat kasus HIV/AIDS. Bahkan, penularan penyakit itu tidak hanya terjadi pada kelompok risiko tinggi, tetapi sudah merambah pada lapisan masyarakat biasa.
Bahkan kasus tersebut tak lagi melihat pada kelompok usia. Karena kalangan remaja pun sudah mulai rentan terserang penyakit tersebut. Mengingat tingginya kasus HIV/AIDS, Krisdianto menyatakan Jumat (26/3), timnya terus memberikan penyuluhan dan pemahaman kepada remaja akan bahayanya HIV/AIDS.
Dia berharap, agar perilaku hidup bersih dan sehat baik di lingkungan sekolah atau di mana pun bisa terus ditingkatkan. Pergaulan remaja yang sudah demikian bebas, katanya, patut menjadi perhatian tersendiri bagi para orangtua.
“Kita terus memberikan pemahaman dan penyadaran tentang bahaya HIV/AIDS di kalangan pelajar,” ucap Krisdianto.
Kepala Sub Bagian (Kasubag) Sosial Kantor Kesejahteraan Sosial Jakarta Timur Teguh Arifiyanto menyatakan, peran masyarakat, orangtua, guru dan keluarga sangat dibutuhkan dalam perkembangan remaja. Sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS, lanjutnya, juga harus terus dilakukan oleh semua kalangan, terutama di kalangan pelajar. Sehingga masyarakat dapat memahami dan mampu mencegah maupun menghindari.
“Pengawasan masyarakat sangat diperlukan untuk memberikan laporan yang informatif pada aparat penegak hukum,” ujar Teguh.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta Rohana Manggala menjelaskan, dari data 2010, berdasarkan jenis kelamin, 78 persen pengidap HIV/AIDS adalah laki-laki dan 22 persen perempuan. Sedangkan berdasarkan faktor risiko, 50 persen adalah pengguna narkoba dengan jarum suntik dan 44 persen adalah heteroseksual.
Berdasarkan rentang golongan umur, sebesar 4 persen usia 15-24 tahun, 86 persen usia 25-44 tahun, dan 6 persen usia lebih dari 44 tahun. (Redaksi HASMI/Hidayatullah)