YOGYAKARTA – Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar "jamasan" atau penyiraman pusaka berupa tombak yang bernama Kyai Wijoyo Mukti milik pemkot setempat, di halaman air mancur kompleks Balai Kota Yogyakarta, Kamis (6/1).
Pelaksanaan "jamasan" tombak tersebut dilakukan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto dibantu sejumlah abdi dalem keprajan Pemerintah Kota Yogyakarta.
"Ini adalah ritual yang dilakukan setiap tahun setelah ritual "jamasan" yang dilakukan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat," kata Raden Rya Widya Hadinegara, abdi dalem keprajan yang memimpin ritual "jamasan" pusaka di Pemerintah Kota Yogyakarta.
Menurut dia, "jamasan" pusaka tersebut dilakukan untuk merawat pusaka agar tetap bersih dan dalam kondisi yang baik.
"Dan kebetulan, ini adalah hari terakhir di bulan Muharram, meskipun "jamasan" pusaka ini tidak harus dilakukan di bulan Muharram," lanjutnya.
Pusaka tombak Kyai Wijoyo Mukti tersebut adalah pemberian dari Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pada 2000. "Ibarat benda, maka pusaka ini harus dirawat dan dijaga agar selalu bersih," lanjutnya.
"Jamasan" pusaka tersebut dilakukan dengan menggunakan jeruk nipis untuk membersihkan karat yang menempel di mata tombak, namun apabila karat yang menempel sudah terlalu banyak, maka harus direndam semalam dengan air kelapa muda.
Setelah dibersihkan dengan jeruk nipis, mata tombak tersebut dikeringkan dengan kawul atau serutan bambu kemudian diangin-anginkan, diberi warangan dan dijemur lagi untuk kemudian diolesi dengan minyak agar harum dan awet.
"Asalkan, minyak tidak diberikan dalam jumlah yang terlalu banyak karena nanti justru tidak baik untuk kerisnya," ucapnya.
Selain melakukan "jamasan" untuk pusaka milik Pemerintah Kota Yogyakarta, sebanyak 25 pusaka milik pegawai pemerintah yang berbentuk keris, mata tombak atau tongkat komando juga ikut dijamas.
Salah seorang pegawai yang mengikuti jamasdan pusaka tersebut adalah Kepala Kantor Penanggulangan Kebakaran Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Yogyakarta Sudarsono.
"Ini adalah keris warisan dari orang tua, biasanya memang selalu dibersihkan setiap tahun agar tetap baik dan awet," katanya. (Redaksi HASMI/media indonesia)