“Al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran Islam, maka sudah seharusnya kita sadar bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah satu kebutuhan penting bagi manusia, yang akan menghantarkannya kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.” Tutur Ustadz Asep Zaid Iskandar S.Th.I kepada hasmi.org saat ditemui di kantor Pusat HASMI, pada Selasa 15/04/2014, ketika ditanyakan tentang kebutuhan manusia dalam mempelajari Al-Qur’an.
Zaman modern kini sangat miris, banyak kalangan muda penerus Islam yang enggan mempelajari Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an adalah kalamulloh, sebagai jalan hidup yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
“Untuk mempelajarinya saja tidak mau, apalagi membacanya?” Tegas Ustadz Zaid.
“Tapi perlu diingat, tidak ada kata terlambat. Kita bisa menggunakan sisa umur kita untuk berbuat kebaikan. Seperti membaca, mempelajari, dan mendakwahkan Al-Qur’anul Karim kepada keluarga dan yang lainnya.” Tambah beliau.
Berinteraksi dengan al-Qur’an adalah sebaik-baik perbuatan, sedangkan mempelajari dan mengajarkannya adalah sebaik-baik manusia, maka dengan kedudukan ini banyak di antara kaum muslimin berlomba-lomba untuk mempelajari al-Qur’an, memahami ilmu yang berkaitan dengannya serta menghafalnya dengan harapan bisa memperoleh kedudukannya yang dijanjikan Allah [swt] dan Rosul-Nya [saw].
“Terlebih setiap kita (Muslim) adalah da’i, maka kita sudah mesti harus bisa baca Qur’an.” Jelasnya
Bagi ikhwah yang belum bisa baca Qur’an. Jangan lah malu. Sebagaimana yang disampaikan Ketua Majelis Pecinta Qur’an (MPQ) dalam wawancara ini:
“Klo belum bisa, ya.. Belajar. Jangan malu untuk belajar!”
“Dua karakter orang yang tidak akan mendapat ilmu, orang yang malu-malu dan orang yang sombong. Jadi dalam hal belajar ilmu syar’i, kita jangan lah malu-malu.” Pungkasnya sembari menyebutkan hadits sahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Imam Ibn Abdil Bar tentang malu dalam belajar ilmu syar’i tersebut.
Pantaslah kalau generasi pendahulu kita meraih prestasi kemuliaan dari Allah. Karena interaksi mereka dengan al-Qur’an demikian intim dan kehidupan mereka disibukkan mengejar dan mengamalkan al-qur’an. Lalu dimana kedudukan kita dengan mereka? Sampai dimana kesemangatan kita dalam mempelajari dan mengajarkan al-qur’an di saat hampir mayoritas saudara kita meninggalkan al-Qur’an?
“Semoga kita senantiasa semangat dan istiqomah dalam menuntut ilmu.” Doanya seraya mengakhiri wawancara nya dengan hasmi.org
(Red-HASMI/Husin Nasution S.Ud)