Mar’atush Shalihah

Mar’atush ShalihahLatar Belakang Pembahasan:

Pentingnya pembentukan jati diri seorang muslimah yang shalihah di saat mayoritas kaum muslimah tidak lagi mengindahkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya. Hal itu tidak terlepas dari makar-makar orang kafir yang tidak pernah ridha terhadap agama Islam dan menginginkan agar kaum muslimin dan muslimah semakin jauh dari agamanya. Upaya yang mereka lancarkan sangat beragam, mulai dari tayangan-tayangan TV sampai dengan eksploitasi besar-besaran dengan slogan emansipasi wanita, agar kaum muslimah keluar dari rumahnya dan menjalani kehidupan sebagaimana orang-orang barat. Sehingga terjadilah ikhtilath antara kaum muslimin dengan kaum muslimah dalam instansi-instansi, sekolah-sekolah (SD sampai dengan Perguruan Tinggi), perusahaan-perusahaan, dll.

 Di sisi yang lain, sosialisasi pentingnya menjadi mar’atush shalihah terlalu minim. Jarang sekali di sekolah-sekolah yang menyajikan pendidikan tentang ini. Apalagi di tengah-tengah masyarakat kita hampir tidak ada program resmi yang bersinggungan dengan mar’atu shshalihah. Maka tidak heran jika akhlak anak-anak sekolah dan kaum muslimah di masyarakat kita menjadi jauh dari akhlakul karimah wanita shalihah. Mulai dari perpakaian sampai dengan cara bergaul dan bertutur kata. Cara berpakaian sebagian bersar kaum muslimah tidak sangat menunjukkan bahwa mereka adalah kaum muslimah. Begitu juga cara bergaul dan bertuturkata mereka tidak menunjukan bahwa mereka adalah kaum muslimah yang shalihah.

  Pentingnya membentuk keluarga yang Islami dan mewujudkan pendidikan Islami di dalam lingkungan keluarga sehingga kelak akan melahirkan generasi-generasi muslim dan muslimah yang tangguh dari sisi Agamanya. Karena seorang wanita/seorang ibu adalah madrasah pertama sebagai tempat mendidik anak-anak. Jika sang pendidik tidak berkualitas, maka dapat dipastikan hasil dari didikannya pun tidak berkualitas. Bukankah para ulama yang telah ada adalah hasil dari buah tangan para pendidik yang berkualitas? Mereka terlahir dari tangan-tangan seorang ibu yang shalihah dan penyabar dalam mendidik buah hatinya.

PEMBAHASAN

Definisi Al Mar’atush Shalihah:

Al Mar’atu berarti wanita, perempuan. Sedangkan shalihah adalah orang yang taat beragama.

Kedudukan Mar’atush Shalihah dalam Pandangan Islam.

  • Wanita memiliki kedudukan yang sama dengan lelaki yaitu bahwa wanita yang beriman akan mendapat kesempatan untuk meraih surga sebagaimana lelaki.

Allah  berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٩٧)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)

Allah  berfirman:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (٣٥)

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab [33]: 35)

Tafsir Ibnu Katsir:

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Ummu Salamah, isteri Nabi , ia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi , “Mengapa kami (komunitas wanita) tidak pernah disebut dalam al Qur’an sebagaimana disebutkannya laki-laki?” Beliau tidak menjawab hal itu melainkan pada suatu hari beliau berseru di atas mimbar. Ummu Salamah berkata: “Saat itu aku sedang mengurai rambutku, kemudian aku gulung rambutku dan aku menuju kamar rumahku. Akupun memusatkan pendengaranku di dekat pelepah daun kurma. Ternyata di atas mimbar beliau bersabda:

يَاأيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ يَقُولُ: إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (٣٥)

Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah berfirman; ‘Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”

Allah  tidak akan menyia-nyiakan amal para wanita.

Allah  berfirman:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ (١٩٥)

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain..” (QS. Ali Imran [3]: 195)

Tafsir Ibnu Katsir:

Said bin Manshur meriwayatkan dari Salamah, seseorang dari keluarga Ummu Salamah, ia mengatakan bahwa Ummu Salamah pernah berkata: “Wahai Rasulullah , kami belum pernah mendengar Allah menyebut kaum wanita sedikit pun dalam perkara hijrah.” Maka Allah  menurunkan ayat:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى (١٩٥)

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan” Hingga akhir ayat. Kaum Anshar mengatakan bahwa Ummu Salamah adalah wanita pertama yang datang kepada kami. (Sa’id bin Manshur [III/1136], semakna dengannya diriwayatkan oleh Tirmidzi [No. 3023], dishahihkan oleh Syaikh al Albani .)

Firman Allah: لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى  أَنِّي  Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan.” Penggalan ayat ini merupakan penafsiran dari pengabulan do’a tersebut. Artinya, Allah  mengabarkan kepada mereka bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal seorangpun dari kalian. Sebaliknya, Allah akan menyempurnakan balasan bagi masing-masing orang, baik laki-laki dan perempuan sesuai dengan amal perbuatannya.

Firman Allah: بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ  “(Karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” Artinya, di hadapan-Ku, perolehan pahala kalian (antara laki-laki dan wanita) adalah sama.

Allah  berfirman:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ (١٨)

“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul- Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS. Al Hadid [57]: 18)

 

  • Mar’atsuh Shalihah adalah ketentraman bagi keluarganya. Allah  berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٢١)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. ar-Rum [30]: 21)

  • Mar’atush Shalihah adalah penyejuk mata dan penyenang suami. Allah  berfirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (٧٤)

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan [25]: 74)

  • Mar’atush Shalihah adalah sebaik-baik perhiasan.

وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال :الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة

INDIKATOR AL MAR’ATUSH SHALIHAH

  1. Bertaqwa kepada Allah .

         Umar bin Al-Khaththab  : bertanya kepada Ubay bin Ka’ab   tentang taqwa

Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal dari kata al wiqaayah (penjagaan).

Dikatakan bahwa ‘Umar bin al-Khoththob pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab  mengenai takwa. Lalu Ubay bertanya kepadanya, “Apakah engkau pernah melewati jalan berduri?” Umar menjawab, “Ya.” Ubay bertanya lagi: “Lalu apa yang engkau lakukan?” ‘Umar menjawab, “Aku akan berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk menghindarinya.” Lalu Ubay mengatakan: “Itulah Taqwa.” (*Tafsir al Baghawi [I/59], Jami’ul ‘Ulum wal Hikam [I/160])

         Ali bin Abi Thalib  :

الخَوْف عَنِ الجَلِيْلِ وعَمَلُ بِ التَّنْزِيْلِ وَالقَنَعَةُ بِ القَلِيْلِ وَالإِسْتِعْدَادُ بِ يَوْمِ الرَّخِيْل

  • Dengan sifat taqwa ini Allah   menghendaki segala kebaikan untuk hamba-hamba-Nya.

1. Taqwa adalah wasiat Allah  , Rasul-Nya dan para shahabat serta orang-orang shalih pada zaman dahulu.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ (١٣١(

Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (QS. An-Nisa: 131)

Rasulullah   bersabda:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَلسَّمْعِ وَالطَّعَةِ

“Aku berwasiat kepadamu untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat..”

اتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

2. Taqwa merupakan pakaian paling indah yang dengannya seorang hamba berhias. Allah   berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ (٢٦)

“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik.” (QS. Al-A’raf: 26)

3. Taqwa merupakan sebaik-baik bekal yang dibawa oleh seorang hamba. Allah   berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ (١٩٧)

“Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197).

4. Taqwa adalah barometer kemuliaan bagi seorang hamba di sisi Allah  . Allah   berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat: 13)

5. Taqwa adalah sebab mendapatkan kenikmatan surga.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (٥٤)فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ (٥٥(

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ (٣١(

“(yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang bertakwa,” (QS. An-Nahl: 31)

  1. Memiliki akidah dan manhaj (metode dalam memahami Islam) yang benar.

Akidah dan manhaj yang benar adalah akidah dan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Selain Ahlussunnah wal jama’ah (baik itu syi’ah, suffi, mu’tazilah, murji’ah, khowarij, dll) mereka semua menyimpangan/tersesat. Dan besarnya ketersesatan mereka tergantung dari beratnya penyimpangan yang ada dalam tubuh mereka. Jadi mar’atush shalihah adalah wanita yang berpegang teguh dengan akidah dan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah.

Siapakah Ahlussunnah wal Jama’ah tersebut? Mereka adalah kaum muslimin yang mengikuti jejak Rasulullah  dan para shahabatnya dalam menempuh Islam. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah  dalam haditsnya:

(( لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ. قِيْلَ:
يَا رَسُوْلَ الله،ِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: اَلجَمَاعَةُ ))

“Sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 golongan. Satu golongan di dalam surga dan 72 golongan di dalam neraka. Ditanyakan kepada beliau: ‘Siapakah mereka (yang satu golongan) itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: ‘al-Jama’ah.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Abi ‘Ashim dan al Lalika’i)

(( وَإِنَّ بَنِىْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلىَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي ))

“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 kelompok keagamaan, dan umatku akan berpecah-belah menjadi 73 kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok. Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Siapakah satu kelompok itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: ‘Mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para sahabatku.” (HR. Tirmidzi, Hakim dan al Lalika’i)

Adapun prinsip-prinsip global Ahlussunnah wal Jama’ah adalah sebagai berikut:

  1. Bertauhid kepada Allah . Yaitu mengesakan Allah  dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma dan sifat-Nya.
  2. Mencontoh atau meneladani Rasulullah  dalam mengamalkan ajaran Islam (Muttaba’ah).
  3. Menjadikan al Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dalam menjalankan Agama Islam.
  4. Memahami sumber-sumber hukum tersebut dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para shahabat .

  1. Wanita yang apabila mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya, mereka tunduk seraya mengatakan sami’na wa atha’na.

Allah  berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (٢٤)

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal: 24)

 

Allah  berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا (٣٦)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab [33]: 36)

Allah  berfirman:

سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (٢٨٥)

“Kami dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al Baqarah: 285)

  1. Wanita yang tidak mengikuti nafsu syahwatnya yang buruk, karena nafsu akan memerintahkan kepada yang buruk. Allah  berfirman:

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Qs Yusuf: 53)

  1. Tidak mengekor kepada para musuh Allah  dalam adat istiadat, cara pakaian dan membaur dengan laki-laki asing.

Rasulullah  bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنهُمْ

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka. (HR. Abu Daud)

ANUGERAH BAGI AL MAR’ATUSH SHALIHAH

  • Anugerah di dunia

1)      Akan diberikan pasangan yang baik (shalih). Allah  berfirman:

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ (٢٦)

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)..” (QS. An-Nur: 26)

2)      Akan diberikan kesucian dan keamanan dari kejahatan para lelaki yang tidak bertanggung jawab. Allah  berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٥٩)

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Ahzab: 59)

Rasulullah  bersabda:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ نَزَعَتْ ثِيَابَهَا فِي غَيْرِ بَيْتِهَا، خَرَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا سِتْرَهُ

“Siapa saja di antara wanita yang menanggalkan pakaiannya selain di rumahnya, maka Allah telah mengoyak perlindungan-Nya terhadap dirinya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Ath-Thabrani dan al Baihaqi dengan sanad shahih)

3)      Akan dianugerahi sifat qana’ah.

Rasulullah  bersabda:

قَدْأَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

Sungguh telah beruntung orang yang berserah diri kepada Alloh, lalu diberikan rizki yang cukup (tidak berlebihan), sedang hatinya dibuat qana’ah (rela dan menerima) terhadap apa yang telah diberikan Alloh” (Diriwayatkan juga oleh Muslim)

  • Anugerah di akhirat.

1)      Akan dimasukkan ke dalam Surga. Allah  berfirman:

وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (٤٠)

“Dan Barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (QS. Al Mu’minun [40]: 40)

2)      Di surga akan dipasangkan dengan suaminya tercinta ketika dahulu di dunia.

Rasulullah  bersabda:

الْمَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Wanita menjadi istri di surga bagi suaminya yang terakhir.” (Silsilah al Hadits ash-shahihah no. 1281)

Juga berdasarkan ucapan Hudzahifah bin Yaman  kepada istrinya:

“Bila engkau ingin menjadi istriku kelak di Surga, maka janganlah engkau menikah sepeninggalku. Sesungguhnya istri akan menjadi pasangan di surga bagi suami terakhirnya ketika di dunia. Oleh karena itu, Allah mengharamkan bagi istri para istri Nabi untuk menikah lagi sepeninggal Beliau, sebab mereka adalah para isteri beliau Beliau di surga.” (Silsilah al Hadits ash-Shahihah)

3)      Lebih mulia daripada bidadari surga.

Ummu Salamah  bertanya kepada Rasulullah  “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”

Check Also

Bahaya Fitnah Kecantikan Wanita

Tampil cantik, itulah yang diinginkan oleh setiap wanita. Tidak jarang untuk bisa tampil cantik sebagian …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *