Korban Perkosaan di Jateng Sebagian Besar Anak-Anak

SEMARANG – Berdasarkan Data Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Jawa Tengah mencatat bahwa sebagian besar dari total 202 kasus perkosaan adalah anak-anak. "Untuk perkosaan ada 202 kasus dengan korban sebanyak 229 orang dan 301 pelaku. 

Dari 229 korban tersebut, korban terbanyak adalah anak-anak yang berusia 6-18 tahun," kata staf Informasi dan Komunikasi LRC-KJHAM, Irene Koernia Arifajar, usai acara laporan tahunan kekerasan terhadap perempuan di Jateng pada 2010, di Semarang, Kamis (9/12). Dari total 202 kasus, katanya, 187 kasus di antaranya dengan korban anak-anak, sedangkan 129 pelaku yang paling banyak berusia 19-30 tahun.

"Modusnya biasanya melalui telepon seluler. Pelaku menelepon korban secara acak atau acak pesan singkat, kemudian pelaku berkenalan dengan korban dan diajak bertemu. Biasanya sebelum perkosaan, ada pesta minuman keras," katanya.

Daerah dengan kasus tertinggi di Kota Semarang dengan 33 kasus, kemudian Kabupaten Boyolali 15 kasus dan Wonogiri 12 kasus. Ia mengemukakan, penanganan kasus sebenarnya sudah ada perbaikan dalam hal tuntutan karena dari 202 kasus tersebut, 21 kasus sudah diputus dengan hukuman terendah 3,5 tahun dan paling lama hukuman seumur hidup.

Ia mengatakan, untuk menekan angka perkosaan tersebut upaya yang harus dilakukan dengan memberikan sanksi lebih berat, lebih mengefektifkan pusat pelayanan terpadu (PPT), dan aparat hukum tidak hanya memperhatikan pembuktian material.

"Seharusnya aparat hukum tidak hanya terpaku dengan bukti materiil, akan tetapi seharusnya juga memperhatikan masalah psikologis dan bisa memperkuat bukti yang ada," katanya.

Jumlah perkosaan di Jateng pada 2010 menurun dari sisi kasusnya jika dibandingkan dengan 2009. Pada 2009, kasus perkosaan sebanyak 207 kasus, 224 korban, 338 pelaku, dan lima korban meninggal dunia, sedangkan 2008 sebanyak 117 kasus, 153 korban, 206 pelaku, dan tiga orang korban meninggal dunia. (Redaksi HASMI/Republika)