KASUS pencucian otak oleh pihak-pihak yang dicurigai terkait Negara Islam Indonesia (NII) tidak hanya terjadi di Jakarta. Di Malang, Jawa Timur, sembilan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi korban aksi pencucian otak itu. Dua mahasiswa di antaranya masih hilang.
Mereka diberi pemahaman bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah kafir. Doktrin anti-NKRI itu diberikan melalui diskusi di sejumlah kafe dan mal di Malang.
Kasus itu terungkap setelah keluarga Mahatir Rizky, 19, mahasiswa UMM asal Bima, Nusa Tenggara Barat, mengaku telah kehilangan kontak sejak akhir Maret 2011 lalu. Mahatir menghilang setelah meminta uang Rp20 juta kepada orang tuanya.
Dengan ditemukannya korban indoktrinasi di Malang, berarti dalam dua pekan ditemukan dua kasus serupa. Pekan lalu, Laela Febriani alias Lian, 26, pegawai Kementerian Perhubungan, dilaporkan hilang dengan cara dihipnosis lalu diajak bepergian. Lian ditemukan di Masjid Atta’awun, Puncak, Bogor, Jumat (8/4).
Saat kasus Lian mencuat, seorang bernama Syaefudin melaporkan empat anaknya yang hilang sejak September 2008, yang ia sebut terpengaruh ajaran NII.
Data UMM menyebutkan kesembilan mahasiswa yang terkena doktrin itu adalah mahasiswa fakultas teknik dan fakultas ilmu kesehatan angkatan 2010. Mereka direkrut orang yang mengaku dari NII.
Berdasarkan pengakuan para korban, para pelaku itu Veriansyah alias Fikri alias Veri alias Dani, Muhayyin A Siddik, Najib, Desi, Ezra, dan Afkar. Pelaku berasal dari Solo, Bandung, dan Lampung.
“Korban mengikuti kegiatan NII sejak Maret 2011. Mereka mengenal pelaku di kafe-kafe, sedangkan ceramah dan doktrin biasanya dilakukan di tempat tertutup yakni di rumah kos dan kontrakan mahasiswa,” kata Kepala Humas UMM, Nasrullah, kemarin.
Grafik Rekruitmen NII
Baiat di Jakarta
Proses pendekatan pelaku terhadap mahasiswa dilakukan dengan memengaruhi pemikiran mahasiswa tentang ajaran agama Islam versi NII. Setelah korban tertarik, pelaku mengajak korban untuk mengikuti baiat (ikrar/janji) menjadi anggota NII di sebuah tempat di Jakarta.
Mereka diangkut menggunakan mobil dengan rute Surabaya, Yogyakarta, kemudian naik kereta api menuju Jakarta. Sesampai di Jakarta, pelaku menutup kepala korban hingga sampai di tempat pembaiatan.
Setelah dibaiat, mereka diberi nama baru dan dianjurkan merekrut anggota baru. “Syarat baiat harus membayar uang Rp10 juta sampai dengan Rp30 juta,” kata Nasrullah.
Itu sebabnya para mahasiswa harus membohongi orang tua demi mendapat uang. Ada yang berbohong untuk bayar uang kuliah, ada pula yang berbohong telah menghilangkan laptop milik temannya.
Salah seorang korban, Muhammad Hanif Ramdhani, mengaku berhasil keluar dari pengaruh Adam alias Muhayyin karena menolak mengikuti baiat di Jakarta. “Saya menilai ajaran itu menyimpang,” kata Hanif kepadaMedia Indonesia, kemarin.
Selain Hanif, korban lainnya ialah Agung Arif Perdana Putra, Mahatir Rizky, Reviana Efendi, Wahyoe Darmawan, M Rikcy Kurniawan, Rezza Yuniansyah Nuur Ilmi, dan Fitri Zakiyya.
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan meminta polisi sigap membongkar kasus indoktrinasi itu. Sebab, jumlah pengikut NII terus bertambah dan saat ini sekitar 200 ribu orang. (Redaksi HASMI/Media Indonesia)