Nama lengkap sosok panglima ini adalah Khalid bin Walid bin al-Mughiroh al-Qurasyi al-Makhzumi al-Makki. Dia adalah seorang lelaki yang berpostur kekar, berpundak lebar dan bertubuh kuat. Ia sangat menyerupai ‘Umar bin al-Khaththab dari segi perawakannya. Ia memeluk Islam pada tahun ke-7 H, setelah perjanjian gencatan senjata Hudaibiyah.
Rosululloh sangat bahagia dengan masuknya Khalid bin Walid ke dalam barisan Islam, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dengan perjuangan jihad. Dalam banyak peperangan, Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukkan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
Khalid bin Walid merupakan panglima perang yang belum terkalahkan. Kemenangan gemilang identik dengan dirinya. Seorang kesatria sejati dan pemberani. Pedangnya selalu terhunus untuk menebas urat nadi para pengikut iblis. Popularitasnya dalam kemiliteran Islam nyaris tak tertandingi. Ia sempurna di bidangnya sebagai ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan kharismatik di tengah prajuritnya. Seorang panglima perang Islam terkemuka dan unggulan di medan laga.
Di antara kisah kepahlawanannya adalah apa yang terjadi pada perang Mu’tah. Dengan strateginya yang sangat brilian ia berhasil menyelamatkan pasukan kaum Muslimin dari menderita kekalahan telak. Bahkan bisa dikatakan mereka memperoleh kemenangan karena jumlah korban musuh lebih besar dibandingkan jumlah korban kaum Muslimin. Padahal, saat itu pasukan Islam hanya berkekuatan 3000 personil saja melawan pasukan Romawi yang besar bak samudera nan luas berkekuatan 200.000 personil.
Setelah tiga panglima Islam yang ditunjuk Rosululloh syahid, diangkatlah Khalid bin Walid sebagai panglima perang. Ia pun segera memainkan peranannya. Ia mulai mengatur strategi dan memobilisasi formasi pasukannya. Front yang semula di depan dipindahkan ke belakang, front yang semula sayap kanan dipindahkan ke kiri, demikian sebaliknya. Dengan strategi ini pasukan musuh dihinggapi rasa takut karena beranggapan bahwa pasukan kaum Muslimin mendapat bantuan pasukan tambahan. Dengan strategi ini, sedikit demi sedikit Khalid menarik mundur pasukannya sambil tetap menjaga formasi sampai akhirnya mereka dapat selamat dari kekalahan dan sampai di Madinah tanpa ada pengejaran dari musuh.
Melihat prestasi Khalid yang gemilang dalam setiap peperangan, maka pada masa Khalifah Abu Bakar ia dipercaya untuk memimpin banyak peperangan. Ia memimpin perang Yamamah, yaitu peperangan melawan kaum murtad dengan nabi palsunya Musailamah al-Kadzdzab. Ia pun berhasil membebaskan seluruh wilayah Syam dalam ekspedisi pembebasan negeri-negeri. Ia memimpin perang Yarmuk, yaitu peperangan melawan kaum Romawi. Pada perang ini jumlah pasukan musuh tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Namun, dengan strategi yang cerdas Khalid berhasil memenangkan perang ini dengan izin Alloh .
Ketika perang Yarmuk sedang berkecamuk Khalid diberhentikan dari jabatannya sebagai panglima perang oleh ‘Umar bin al-Khaththab . Dengan jiwa besar dan hati yang bersih dari segala bentuk keinginan duniawi, Khalid menerima dan melaksanakan keputusan itu setelah ia menuntaskan tugasnya sebagai panglima pada perang Yarmuk.
Panglima Islam berjiwa mulia ini wafat di atas pembaringannya tahun 21 Hijriyyah di Himsh pada usia 52 tahun. Semoga Alloh merahmati Khalid sang pedang Alloh.