“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan–Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan menyimpangkan kalian dari jalan–Nya (yang lurus). Hal itu diperintahkan Alloh agar kalian bertakwa. (QS. al– An`am [6] : 153)
Tafsir Ayat :
Di dalam kitab “Zubdatut Tafsir An Fathil Qodir” dijelaskan :
“(Sesungguhnya inilah jalan–Ku yang lurus), yaitu jalan yang menyampaikan kepada keridoan-Ku, [Dienul Islam]. Lalu, Dia memerintahkan mereka untuk mengikuti jalan itu serta melarang mereka mengikuti berbagai (jalan-jalan lain), yaitu agama-agama yang saling berbeda ajaran prinsipnya. (karena jalan-jalan lain ini mentafarruqkan kalian) yaitu menyimpangkan kalian (dari jalan-Nya yang lurus itu) yaitu jalan Alloh yang lurus, dienul Islam. Jalan-jalan lain itu mencakup agama Yahudi, Nasroni, Majusi, tradisi-tradisi (selain Islam), bid`ah dan berbagai kesesatan yang berupa hawa nafsu dan berbagai sempalan. Ibnu Mas`ud berkata :
“Suatu saat Rosululloh menggaris suatu garis lurus dengan tangannya, kemudian bersabda : ini adalah jalan Alloh yang lurus. Kemudian beliau membuat beberapa garis di kanan dan kirinya, lalu bersabda : ini adalah jalan-jalan, di setiap jalan ini terdapat syaithon yang menyeru kepadanya. Kemudian beliau membaca ayat ini (Sesungguhnya ini adalah jalanKu….)”.[1]
Rosululloh bersabda :
ضَرَبَ اللهُ تَعَالَى مَثَلاً صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا وَعَلَى جَنْبَتَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ، فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى اْلأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاٌة، وَعَلَى الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُوْلُ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيْعًا وَلاَ تَعْوَجُّوْا، وَدَاعٍ يَدْعُوْ مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ اْلإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ اْلأَبْوَابِ قَالَ: وَيْحَكَ لاَ تَفْتَحْهُ، إِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، فَالصِّرَاطُ اْلإِسْلاَمُ، وَالسُّوْرَانِ حُدُوْدُ اللهِ تَعَالَى، وَاْلأَبْوَابُ المُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللهِ تَعَالَى، وَذَلِكَ الدَّاعِي كِتَابُ اللهِ، وَالدَّاعِي مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
“Alloh mengumpamakan sirotulmustaqim sebagai sebuah jalan yang di samping kanan dan kirinya terdapat pagar, pada masing-masing pagar terdapat pintu-pintu yang terbuka, pada pintu-pintu itu terdapat tirai yang terurai. Di pangkal sirot ada penyeru yang menyatakan: ‘Wahai manusia, masuklah kalian semua ke dalam sirot dan jangan membelok!’. (Disamping itu) ada pula penyeru (lain) dari atas sirot yang jika seseorang ingin membuka sesuatu dari pintu-pintu tersebut ia berkata:’ Celaka kamu, jangan engkau buka pintu-pintu itu, jika engkau membukanya, maka engkau akan masuk ke dalamnya!’. Sirot tersebut adalah Islam, dua pagar adalah hudud (larangan-larangan) Alloh, pintu-pintu terbuka adalah hal-hal yang diharamkan Alloh, yang menyeru di pangkal sirot adalah Kitabulloh, adapun penyeru dari atas sirot adalah peringatan Alloh yang ada pada hati setiap muslim.” [2]
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Tentang Firman Alloh (Qs. 6:153) yang diriwayatkan Ali bin Abi Tolhah yang berasal dari Ibnu `Abbas berkata :
أَمَرَ اللهُ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْجَمَاعَةِ وَنَهَاهُمْ عَنِ الإِخْتِلاَفِ وَالتَّفْرِقَةِ وَأَخْبَرَهُمْ أّنَّهُ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَهُمْ بَالْمِرَاءِ وَالْخُصُوْمَاتِ فِى دِيْنِ اللهِ
“Alloh memerintahkan kaum mu`minin untuk berjama`ah (bersatu) serta melarang mereka untuk berpecah belah dan berfurqoh. Diapun mengkhabarkan mereka bahwa binasanya orang-orang terdahulu sebelum mereka adalah disebabkan debat kusir dan omong kosong tentang agama Alloh”. [3]
Abu Nu`aim dengan sanadnya, meriwayatkan dari Mujahid tentang firman Alloh (Qs. 6:153) dia berkata,
“(Jalan-jalan lain yang akan mengecohkan kalian dari jalan-Nya yang lurus itu) adalah berbagai bid`ah dan syubhat (kebodohan) ”. [4]
Ibnu Mas`ud berkata :
إِنَّ اللهَ جَعَلَ طَرِيْقًا صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا طَرْفُهُ مُحَمَّدٌ وَشَرْعُهُ وَنِهَايَتُهُ أَلْجَنَّةُ وَتَتَشَعَّبُ مِنْهُ طُرُقٌ فَمَنْ سَلَكَ الْجَادَّةَ نَجَا وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تِلْكَ الطُّرُقِ أَفْضَتْ بِهِ إِلَى النَّارِ
“Sesungguhnya Alloh telah menjadikan satu jalan sebagai sirotul mustaqim (jalan yang lurus) di mana titik startnya adalah Muhammad dan syari`atnya, sedangkan finishnya adalah jannah dan ada pula jalan-jalan lain yang bercabang-cabang. Barangsiapa menempuh jalan yang lurus tadi, maka dia akan selamat. Barangsiapa yang keluar menuju jalan-jalan alternative lain, niscaya hal itu menghantarkannya ke dalam api neraka”. [5]
Beberapa Faidah dari Surat al-An’am [6]:153, :
- Alloh telah membentangkan hanya satu jalan untuk hamba-hambaNya dalam menempuh perjalanan ke surga (tempat keridhoan Alloh ), yaitu Islam, tauhid dan sunnah Rosululloh serta para sohabatnya.
- Pesan untuk hanya berittiba’ (mengikuti) kepada jalan yang hak satu-satunya dari Alloh itu.
- Jalan-jalan penyelewengan dari jalan Alloh yang lurus terlalu banyak dan beragam, dari mulai kemurtadan (keluar dari Islam), bid`ah (satu kaki di Islam sedangkan kaki yang lain di luar Islam) atau penolakan perintah dan pelaksanaan larangan Alloh . Semua ini dilarang Alloh untuk diittiba`(diikuti).
- Inilah perwujudan takwa yang hakiki : mewujudkan tauhid yang ikhlas dan akidah yang sohihah, membumikan sunnah Rosululloh serta para sohabatnya tanpa mencampurinya dengan bid`ah (jalan-jalan alternatif lain), serta menjunjung tinggi segala perintah dan menjauhi segala larangan syari`ah.
Wallohu Ta,ala ‘alam
[1] Dr. Muhammad Sulaiman Abdulloh Al-Asyqor, Zubdatut Tafsir Min Fathil Qodir : 189. Hadits Ibnu Mas`ud rodiyawlohu `anhu diriwayatkan oleh Imam Ahmad : 1/465 dan Al Hakim 2/318.
[2] (HR. Imam Ahmad : 1/182 dan al Hakim : 1/73 dia berkata : shohih menurut syarat Muslim serta disepakati oleh adz Dzahabi)
[3] Imaduddin Abul Fida Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur`an Al Adzim : 512
[4] Abu Nu`aim, Hilyatul Awliya : 3/293
[5] Muhamad Ibnu Athiyyah al Andalusi, Al Muharrir al Wajiz Fi Tafsiril Kitabil `Aziz : 677