IMAM AHMAD BIN HAMBAL Ulama Yang Tegar Di Zaman Fitnah

Ulama yang akan kita bicarakan sekarang ini, bukan sekedar Ulama yang berkiprah dalam bidang ilmu hadits semata, dan bukan pula sekedar Ulama fikih, akan tetapi ia adalah Imam sekaligus Qudwah bagi kaum muslimin dalam setiap perkara kebaikan.

                Apabila disebut kesabaran maka tidak ada orang yang paling sabar daripadanya, apabila disebut dunia tidak ada orang yang lebih zuhud daripadanya, apabila disebut tentang akhirat maka tidak ada orang paling takut daripadanya, dia adalah seorang Imam yang dicintai oleh lawan maupun kawan, satu-satunya Imam yang tegar dan kokoh dizaman fitnah, ketika semua Ulama pada zamannya menyerah dan tunduk terhadap fitnah "kemakhlukan al-Qur'an"

                Dialah satu-satunya orang yang menyadarkan umat dan membangkitkan mereka, ketika mereka semua terkena virus syubhat dari kaum mu'tazilah, Dialah sosok yang paling berani meneriakkan kebenaran dan membantah kebatilan didepan pemimpin-pemimpin dholim, tanpa ada rasa takut terhadap ancaman dan siksaaan dari mereka

                Cukuplah pujian dari Imam asy-Syafi'i sebagai bukti tentang keutamaannya. Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata, “Ahmad bin Hambal adalah seorang imam dalam delapan hal: Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”. (Tobaqot hanabilah : 1/10)

Nasab Imam Ahmad dan kelahirannya

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdilah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin Auf bin Qasath bin Mazin bin Syaiban, Kunyah nya adalah Abu Abdillah dan lebih dikenal dengan Nama Imam Ahmad bin Hambal as-Syaibani, sebagai penisbatan kepada kakeknya yang terakhir.

                Ibunya bernama Shofiyah binti Maimunah binti Abdul Malik as-Syaibani, mengandungnya di Morro, kemudian pergi ke Baghdad lalu melahirkan Imam Ahmad bin Hambal pada bulan Rabi'ul awal tahun 164 hijriyah.

Ia menikah dengan Muhammad bin hambal asy-syaibani, akan tetapi tidak lama setelah melahirkan Imam Ahmad suaminya meninggal dunia, kebiasan wanita arab pada zamannya ketika ditinggal mati oleh suaminya maka mereka menikah lagi, akan tetapi Ibu Imam Ahmad ingin memberikan seluruh waktunya untuk mendidik dan melayani Imam Ahmad agar ia menjadi seorang yang dibanggakan bagi Umat.

Keadaan fisik beliau

Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Ia senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Abdulloh (anaknya) berkata: "Ayahku mewarnai rambutnya dengan daun pacar ketika berumur enam puluh tiga tahun"

Al-Maimuny berkata: "Saya tidak pernah melihat pakaian yang paling bersih dan paling putih daripada pakaian Imam Ahmad. (Siyar11/317)

Awal mula Menuntut Ilmu

Imam Ahmad tumbuh dewasa sebagai seorang anak yatim. Ibunya yang sholehah, berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau. Untungnya, sang ayah meninggalkan untuk mereka dua buah rumah di kota Baghdad. Yang sebuah mereka tempati sendiri, sedangkan yang sebuah lagi mereka sewakan dengan harga yang sangat murah. Sebagai bekal bagi mereka berdua khususnya sebagai bekal menuntut ilmu.

Beliau sudah menghafal al-Qur'an ketika berumur lima belas  tahun, dan mulai menuntut ilmu ketika berumur enam belas tahun, Bahkan begitu semangatnya menuntut ilmu dia rela menunda waktu menikah hingga mencapai umur empat puluh tahun.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, ahli bahasa, dan sebagainya.

Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh semangat yang tinggi dan tidak mudah goyah. Sang ibu banyak membimbing dan memberi beliau dorongan semangat. Tidak lupa dia mengingatkan beliau agar tetap memperhatikan keadaan diri sendiri, terutama dalam masalah kesehatan. Tentang hal itu beliau pernah bercerita, “Terkadang aku ingin segera pergi pagi-pagi sekali mengambil (periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera mengambil pakaianku dan berkata, ‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai adzan berkumandang atau setelah orang-orang selesai shalat subuh.’

Perhatian beliau saat itu memang tengah tertuju kepada keinginan mengambil hadits dari para perawinya. Beliau mengatakan bahwa orang pertama yang darinya beliau mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah.

Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya dibaghdad, Husyaim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy dari tahun 179 Hijriyah hingga syaikhnya tersebut wafat tahun 183. Disebutkan oleh putra beliau bahwa beliau mengambil hadits dari Hasyim sekitar tiga ratus ribu hadits lebih. Dia senantisa berada di kota Baghdad mengambil hadits dari Ulama setempat hingga tahun 186 hijriyah kemudian ia memasuki kota kufah dan berguru kepada sufyan bin Uyainah.

Setelah itu ia melanjutkan perjalanan ke Mekkah pada tahun 187 untuk bertemu dengan Fudhoil bin Iyadh. Pada tahun itupun ia melakukan haji pertama kali. Dan pada tahun 194H ia pergi ke Bashroh untuk mendengar hadits dari Sulaiman bin Harb. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke sana'a Yaman pada tahun 197 hijriiyah untuk bertemu dengan Abdurrozaq ash-Shon'any.

Dan ketika ia menjadi Murid Abdurrozaq ash-shon'any ia berkata ; "Tidak ada diantara muridku yang lebih baik daripada Ahmad bin hambal.

                Dan ia pun berkata "Telah datang kepadaku empat orang pakar hadits dari negri Irak untuk mengambil hadits dariku: Orang yang paling kuat hafalannya adalah asy-syaduqi, dan orang yang paling mengetahui ikhtilaf (perselisihan) hadits adalah Ali bin Madini, dan yang paling cerdas dalam masalah nama-nama perawi hadits adalah Yahya bin ma'in, adapun Ahmad bin Hambal Menguasai semua ilmu yang mereka miliki" 

Dia telah menempuh perjalanan menuntut Ilmu ke berbagai Negara diantaranya Kufah, Bashroh, Hijaz, Mekkah, Madinah, Yaman, Maroko, al-Jazair, Syam, Persia dan lain sebagainya.

Kekuatan hafalan Imam Ahmad

Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim bin basyir meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.

Dan jumlah hadits yang telah diambil darinya  sebanyak  tiga ratus ribu hadits

Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang  matannya nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”.

Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin

Hambal hafal satu juta hadits”.

Suatu hari guru Imam Ahmad yang bernama Yazid bin Harun mendiktekan sebuah hadits dari hafalannya dihadapan semua muridnya, seraya berkata: "Haddatsana (telah mengabarkan kepada kami) Yahya bin Sa'id ia berkata :

"سَمِعْتُ سَا لِمًا يَقُوْلُ…"

"saya mendengar Salim bin Abdulloh berkata…" maka Imam Ahmad langsung memotong dan mengatakan : "lafadz sanad hadits ini bukan سَمِعْتُakan tetapi ""إنَّ سَالِمًا يَقُوْلُ  (Bahwasannya Salim berkata)maka Harun bin Yahya langsung mengambil kitab haditsnya dan melihatnya, kemudian berkata : "siapa yang tadi berbiicara?" Maka mereka semua menjawab "Ahmad bin hambal", kemudian ia berkata "Betulkan tulisan kalian sebagaimana yang ia ucapkan"

Maka setelah kejadian itu Yazid bin Harun setiap membuka majlisnya berkata : "Wahai Ahmad, duduklah kamu disampingku"

Kecerdasan Imam Ahmad dalam memahami hadits

Ishaq bin Rohawaih Rahimahullah berkata: "Saya duduk di majlis Ilmu bersama Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma'in, dan kami saling mempelajari Hadits dan aku berkata: "Bagaimana penjelasan dan fikih yang diambil dari hadits ini? Maka semuanya terdiam (tidak mengetahui jawabannya) kecuali Ahmad bin Hambal

Ibrohim bin al-Harbi berkata "Saya melihat Imam Ahmad, seolah-olah Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan baginya semua jenis Ilmu orang yang terdahulu dan orang yang ada pada zaman sekarang"

Hubaisy bin Mubasyir dan para ahli fikih berkata "Kami biasa berbantah-bantahan ketika kami berdiskusi dengan semua manusia, namun apabila datang Imam Ahmad maka kami semua terdiam"

Semangat Imam Ahmad dalam mengamalkan Hadits

Para Ulama salaf tidaklah mereka menuntut ilmu kecuali untuk diamalkan, ilmu mereka bukanlah sekedar wawasan atau tsaqofah kemudian tidak pernah diamalkan.

Abu-alQosim bin Mani' berkata "Saya ingin menemui Suwaid bin Said (untuk mengambil hadits) Wahai Imam Ahmad, tolong tuliskan suatu (Tazkiyah) untuk-ku kepadanya, maka iapun menulis "ini adalah seseorang yang menulis hadits" maka aku berkata "Wahai Abu Abdillah (bagaimana selama ini dengan) pelayananku dan mulazamahku kepadamu, bisakah kamu menulis "ini adalah seorang lelaki dari Ahli hadits" maka Imam Ahmad berkata "Ahli Hadits menurut kami  adalah orang yang mengamalkan hadits"

al-Maimuny berkata : "Kedua mataku belum pernah melihat orang yang lebih afdhol (utama) dari Imam Ahmad, dan akupun belum pernah melihat seorang ahli hadits yang lebih mengagungkan perintah Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan lebih ittiba' (mengikuti) terhadap hadits Rosululloh Shalallahualaihi wa Sallam daripadanya"

Imam Ahmad berkata, "Tidaklah aku menulis satu hadits pun melainkan sudah aku amalkan, suatu saat aku mendengar hadits "Bahwa Rosululloh Shalallahualaihi wa Sallam pernah dihijamah dan memberikan upah satu dinar kepada Abu toibah" (HR.at-Thobroni) maka akupun memberikan upah satu dinar ke tukang hijamah.

Ibrohim bin hani berkata: "Imam Ahmad bersembunyi dirumahku selama tiga hari kemudian berkata: "Carikan untuk ku tempat yang lain" Maka aku berkata: "Saya khawatir dengan keselamatanmu"  ia menjawab: "kerjakanlah, apabila kamu mengerjakannya maka saya akan memberikan satu faidah kepadamu" lalu saya mencari tempat baru, setelah keluar dari rumahku ia berkata: "Rosululloh Shalallahualaihi wa Sallam bersembunyi di gua hiro selama tiga hari  kemudian berpindah tempat"

Muhammad bin Ibrohim al-Busanji  berkata, "Tidaklah aku melihat Imam Ahmad duduk melainkan ia sedang duduk qurfusho kecuali ketika sholat, dan sifat duduk seperti ini sebagaimana yang diriwayatkan Qoilah binti makhromah dalam haditsnya "Saya melihat Rosulululloh Shalallahualaihi wa Sallam duduk qurfusho dalam keadaan khusyu, maka Imam Ahmad memilih duduk Qurfusho karena sifat duduk seperti ini lebih dekat kepada khusyu"

Qurfusho; Adalah sifat duduk dengan cara melingkarkan kedua tangan ke kedua lutut, dan mendekatkan kedua paha ke perut

Humaid bin Abdurohman ar-Ruwasy berkata : "Ada yang mengatakan bahwa, tidak ada sahabat yang paling mirip dengan Rosululloh Shalallahualaihi wa Sallam dalam adabnya, akhlaknya, dan perbuatannya daripada Abdulloh bin mas'ud Rahimahullah , dan orang yang paling mirip dengan Ibnu Mas'ud adalah al-Qomah bin Qois, dan orang yang paling mirip dengan al-Qomah adalah Ibrohim an-Nakho'i, dan yang paling mirip dengan Ibrohim adalah Manshur bin al-Mu'tamar, dan orang yang paling mirip dengan Mansur adalah sufyan ats-tsaury, dan orang yang paling mirip dengan Sufyan adalah waki' bin Jaroh (gurunya Imam asy-syafi'i). Maka Muhammad bin Yunus berkata : "Orang yang paling mirip dengan Waki' bin al-Jaroh adalah Imam Ahmad bin Hambal.

Murid-murid Beliau

Murid beliau sangat banyak sekali jumlahnya, diantara mereka ada yang menjadi Ahli hadits terkenal seperti Imam Bukhori dan Imam Muslim, dan ada yang menjadi ahli fiqh, ahli tafsir dan yang lainnya.

Dari Husain bin Ismail dari ayahnya, ia berkata: "Murid yang berkumpul dalam majlis Imam Ahmad sebanyak 5500 (lima ribu lima ratus) orang atau lebih, diantara mereka ada yang menulis hadits dan yang lainnya mempelajari adab dan tatakrama yang baik. (siyar :11/316)

Abu Bakar al-Muthowi berkata : "Saya sering masuk ke majlis Imam Ahmad selama dua belas tahun, dan ia sedang membacakan al-Musnad kepada Anak-anaknya, akupun tidak pernah menulis hadits, akan tetapi melihat kepada kebiasaannya, adab dan akhlaknya.

Pada Umumnya orang yang menjadi guru Imam Ahmad di kemudian hari menjadi murid beliau dan meriwayatkan hadits darinya, Diantara Murid-muridnya yang paling terkenal adalah :

1    Muhammad bin Ismail  al-Bukhari Rahimahulloh ( 256 H)

2    Muslim bin Hajaj  (261 H) keduanya terkenal dengan kitab Sohihnya yaitu Sohih Bukhori dan Muslim

3   Abu Daud Sulaiman bin al-Asy'ats  (275 H)  

4   Nasai

5   Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi (279 H)

6   Ibnu Majah (275 H)

7   Putranya, Shalih dan Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal

8   Keponakannya, Hambal bin Ishaq

al-Mizzi menyebutkan dalam Tahdzibul kamal, bahwa terdapat 88 (delapan puluh delapan) orang  diantara murid Imam Ahmad bin Hambal yang merupakan guru-gurunya, yaitu Muhammad bin Idris asy-Syafi'i, waqi' bin al-Jarrah, Yahya bin Adam, Yazid bin Harun, Abdurrozaq ash-Shon'ani dan lainnya.

Masa Fitnah

Pemahaman Mu'tazilah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Harun Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan HarunAr-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah beliau wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyerukan manusia kepada kesesatan ini.

Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang Mu'tazilah berhasil menjadikan paham Mu'tazilah sebagai ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya. Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.

Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya kecuali Imam Ahmad bin Hambal dan sahabatnya Muhammad bin Nuh. Banyak yang membisikan Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits khobbab “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian, ada yang digergaji kepalanya namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. (HR. Bukhari 12/281) lalu beliau menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja, dan aku tidak takut dengan pedang, tetapi aku takut dengan cambukan yang membuatku mengatakan al-Qur'an adalah makhluk, maka temannya yang dipenjara berkata: "Tidak usah khawatir wahai Abu Abdillah, Karena cambukan itu hanyalah sekali atau dua kali kemudian kamu pingsan , tidak merasakan apa-apa, maka hati ku menjadi lebih tenang”.

Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.(Siyar a'lam an-Nubala: 11/240)

Ia mengatakan “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan daripada kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui yang bernama Jabir bin 'Amir ia berkata kepadaku, “Wahai Imam, sesungguhnya engkau adalah qudwah bagi manusia, maka janganlah engkau membawa keburukan bagi mereka, jangan sampai engkau penuhi ajakan mereka yang mengatakan al-Qur'an itu makhluk, sehingga engkau membawa dosamu dan dosa-dosa manusia pada hari kiamat, jika engkau mencintai Alloh Subhanahu wa Ta'ala , maka bersabarlah karena tidak ada yang mengahalangi dirimu dengan surga kecuali engkau terbunuh, walaupun engkau tidak mati hari ini engkau pasti akan mati, dan jika engkau selamat maka engkau akan hidup mulia”. Maka nasehatnya membuat hatiku bertambah kuat”.

Ketika imam Ahmad bin Hambal dan Muhamad Nuh diseret untuk menghadapi Kholifah al-Makmun. Dia telah menghunus pedang yang sangat tajam dan mengasahnya, kemudian bersumpah akan membunuh Imam Ahmad jika tidak mengikuti ajakannya. Maka Imam Ahmad mengangkat kedua tangannya dan berdo'a ; "Ya, Alloh jika memang al-Qur'an ini Kalam-Mu dan bukan makhluk, lindungilah kami dari kejahatan orang dholim ini." Kemudian terdengar berita bahwa al-Makmun meninggal dunia pada saat sepertiga malam terkakhir .  (al-Bidayah wa an-Nihayah: 10/782)

Wafat beliau

Setelah sakit sembilan hari, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun.

Abu bakar al- kholal berkata : "Aku mendengar abdul Wahhab alwaroq berkata: "Kami belum pernah tahu ada kumpulan manusia sebanyak ini, baik dimasa jahiliyah maupun setelah masa Islam. Semua tempat penuh dengan Manusia. Jumlah mereka yang mengiringi Jenazahnya mencapai sekitar satu juta orang, turut hadir ketika hari jenazahnya perempuan sekitar enam puluh ribu orang. Dan Manusia membuka pintu-pintu rumah mereka seraya berkata: siapa yang hendak berwudhu?(siyar;11/339)

Ishaq bin Hani berkata: "ketika Abu Abdillah wafat tidak meninggalkan sesuatu apapun kecuali enam potong pakaian senilai sepertiga dirham" (Siyar 11/306)

Mimpi-mimpi para ulama setelah Imam Ahmad wafat

Bundar berkata: "Saya melihat Ahmad bin Hambal dalam tidurku, seperti orang yang marah, maka saya berkata: "Kenapa kamu terlihat seperti orang marah?"

 

Bagaimana aku tidak marah: "Munkar dan Nakir datang menemuiku dan bertanya : "Siapa Robbmu?", maka saya menjawab: "Apakah orang semisalku masih ditanya seperti ini" maka mereka berdua berkata: "Kamu benar wahai Abu Abdillah, akan tetapi beginilah kami diperintah"

Karya Tulis

Beliau menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan beliau dan sebaik baik penelitian Hadits. Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadits.

Diantara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari ceramah (kajian-kajian) – kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Shalat dan Kitab as-Sunnah.

Mutiara hikmah dari Imam Ahmad bin hambal

 

1         Dunia adalah ladang untuk beramal, sedangkan ahirat adalah hari pembalasan, barangsiapa yang tidak beramal disini (dunia) maka ia akan menyesal disana (akhirat).

2         Makanan itu sebaiknya disantap dengan toga golongan, dengan saudaramu sambil gembira ria, dengan orang-orang fakir sambil itsar (lebih mendahulukan mereka), dengan orang pecinta dunia sambil menjaga muruah (kesopanan)

3         Manusia butuh kepada Ilmu seperti ia butuh kepada air dan roti

4         Keuntungan apa yang kamu peroleh, apabila ada seorang Muslim disiksa karena disebabkan kamu.

5         Imam Ahmad berkata kepada Abdul malik al-Maimuny ; "Wahai Abu Hasan, hati-hati kamu berbicara tentang suatu permasalahan, dan kamu tidak memiliki Imam (yang kamu ikuti)"

6         Disebutkan Dunia disisi Imam Ahmad maka ia berkata "Sedikit dari dunia itu akan mencukupi, dan banyaknya dunia tidak akan pernah cukup" dan disebutkan kefakiran disisinya maka ia menjawab "Kefakiran akan bersama kebaikan"

7         Imam Ahmad pernah ditanya tentang "Keberanian" maka ia menjawab "Meninggalkan hawa nafsu karena Takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala "

8         Setiap segala suatu yang kebaikan, maka Bersegeralah sebelum ada suatu yang menghalangimu.

9         Bukanlah orang yang bertakwa, apabila ia tidak menngetahui apa saja yang harus ia jauhi.

10     Mencari sanad (hadits) yang tertinggi adalah Sunnah dari para salaf.

11     Menikahlah dengan seorang perawan, dan usahakan semampumu mencari wanita yang tidak memiliki ibu.

12     Sesungguhnya Dunia adalah penyakit, dan seorang raja adalah penyakit, sedangkan seorang Ulama adalah Dokter, apabila kamu melihat ada dokter mencari-cari penyakit untuk dirinya maka berhati-hatilah.

 

Demikianlah untaian kisah dari Imam Ahmad bin Hambal yang penuh dengan berbagai ibroh dan pelajarah berharga bagi kita, yang patut kita contoh dan teladani.

       Sungguh mereka adalah sebaik-baiknya kaum, dan Sungguh Umat kita sekarang ini Butuh kepada Rijal-Rijal seperti Imam Ahmad, yang rela mengorabankan jiwa, harta, waktu dan tenaganya untuk kejayaan Islam, kalau bukan anda siapa lagi? Jadilah Imam Ahmad pada abad ini.

wassalam

Check Also

Setangguh Nabi Ayyub

Setangguh Nabi Ayyub Nabi Ayyub ‘alaihissalam adalah salah seorang nabi Alloh subhanahu wata’ala yang diutus ke muka …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot