BERHENTI SEJENAK BERSAMA FIRMAN ALLAH TA’ALA (Oleh: Tim Redaksi HASMI)

BERHENTI SEJENAK BERSAMA FIRMAN ALLAH TA’ALA

Oleh: Tim Redaksi HASMI

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاء

Dalam ayat mulia ini tampak hikmah Allah ‘Azza wa Jalla. Bisa jadi orang yang engkau curigai memang berniat untuk mengkhianatimu, bahkan telah menampakkan tanda-tanda awal menuju hal itu. Namun Allah memberi hidayah kepadanya, sehingga ia mundur dan memperbarui perjanjiannya dengan dirinya sendiri.

Ayat ini sesungguhnya membentuk karakter seorang muslim. Selama ia beriman kepada Islam, maka ia adalah representasi dari nilai-nilai Islam. Karakter utama seorang muslim adalah jujur, transparan, dan cinta damai dengan semua orang, baik dengan sesama muslim maupun non-muslim. Ia tidak boleh berkhianat, berbohong, apalagi menipu dengan kepura-puraan dan kemunafikan dalam hubungan sosial. Justru ia harus jelas, lugas, dan tegas dalam bersikap.

Allah Ta‘ala berfirman:

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاء إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ

(Dan jika engkau khawatir akan adanya pengkhianatan dari suatu kaum, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat). [al-Anfâl: 58]

🔹 Makna Khianat

Khianat itu terjadi hanya ketika ada perjanjian. Tanpa adanya perjanjian, maka tidak ada istilah khianat. Bila dikatakan ada pengkhianatan, maka pasti salah satu pihak telah merusak janji yang telah diikat.

وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً

Maksudnya: bisa jadi engkau pernah membuat perjanjian dengan seseorang, baik muslim maupun non-muslim, lalu muncul tanda-tanda bahwa ia akan melanggar perjanjian itu dan berkhianat kepadamu. Dalam kondisi ini engkau tentu berhati-hati, bahkan menganggap perjanjian itu sudah tidak lagi kokoh.

Kadang tanda-tanda itu sangat jelas, seakan ia benar-benar akan menikammu dari belakang. Maka, jangan sampai engkau tergesa-gesa mendahuluinya dengan serangan agar ia jera. Inilah poin penting yang ditegaskan ayat ini: engkau tidak boleh melakukan hal itu, sebab berarti engkau sendiri yang lebih dulu mengkhianati perjanjian yang masih berlaku. Islam tidak membenarkanmu menodai kehormatanmu dengan perilaku khianat.

فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاء

Artinya: bila ada dugaan kuat bahwa ia akan melanggar perjanjian, maka putuskanlah secara terbuka. Beritahu dia dengan jelas bahwa perjanjian tersebut telah berakhir dan tidak berlaku lagi, seolah-olah tidak pernah ada.

Kata “فانبذ” (fanbidh) sangat dalam maknanya. Menolak atau melempar sesuatu berarti memperlihatkan sikap penolakan yang jelas sehingga pihak lain mengerti bahwa perilakunya tidak bisa diterima. Seorang khianat diperlakukan sebagai pihak yang ditolak karena tindakannya, agar ia sadar dan memperbaiki dirinya.

Dengan cara itu, engkau menunjukkan bahwa engkau tahu akan niat busuknya, namun tidak menjebaknya dengan cara licik. Sebab bila engkau menunggunya untuk jatuh ke dalam jebakanmu, engkau sama saja menjadi pengkhianat seperti dia.

Karenanya, kata “خوف” (khauf) dalam ayat ini bermakna kewaspadaan penuh terhadap pengkhianat. Ia sosok berbahaya, bisa berbuat kejam tanpa peduli norma. Maka, jika engkau merasa khawatir dikhianati, Allah memberi petunjuk agar engkau menghadapi situasi sensitif ini dengan adil: umumkan pembatalan perjanjian secara terbuka, bukan dengan tipu daya.

عَلَى سَوَاء

Yakni, sama-sama tahu, transparan, dan adil. Tidak boleh engkau menzaliminya dengan cara sepihak.

إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ

Jika engkau ragu atau bimbang, Allah menutup ayat ini dengan ancaman moral: Allah tidak menyukai para pengkhianat. Maka jalan satu-satunya untuk tetap dalam kasih sayang-Nya adalah menjaga kejujuran dan menepati perjanjian, baik dengan muslim maupun non-muslim, bahkan dalam kondisi perang sekalipun.

🔹 Contoh dari Sunnah

Nabi ﷺ memberikan teladan melalui Perjanjian Hudaibiyah. Saat itu Abu Jandal datang kepada beliau meminta perlindungan, namun ayahnya (Suhail bin ‘Amr) menuntut agar ia dikembalikan sesuai isi perjanjian. Walau menyakitkan, Nabi ﷺ tetap menepati janji dengan berkata:

“Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah pahala dari Allah. Allah pasti akan memberi jalan keluar bagimu dan orang-orang yang tertindas bersamamu. Sesungguhnya kami telah mengikat perjanjian dengan mereka, dan kami tidak akan berkhianat.”[1]

Demikian pula Ja‘far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di hadapan Raja Najasyi. Ia menjelaskan bahwa Islam datang mengajarkan kejujuran, amanah, akhlak mulia, menolak kezhaliman, dan menegakkan ibadah kepada Allah semata. [2][3]

🔹 Hikmah Ilahi

Hikmah lain dari ayat ini adalah: bisa jadi orang yang engkau sangka akan berkhianat sebenarnya tidak demikian. Mungkin ia hanya salah paham, atau ada pihak ketiga yang sengaja memprovokasi. Jika engkau buru-buru menyerangnya, engkau justru menjadi pengkhianat. Tapi bila engkau jelaskan alasanmu membatalkan perjanjian, bisa jadi ia jujur menceritakan keadaannya dan masalah pun selesai.

Bahkan, kejujuranmu itu bisa menjadi sebab ia kembali kepada kebenaran.

🔹 Makna Luas dari Khianat

Pengkhianatan tidak hanya pada perjanjian politik atau militer. Ia juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Bila seseorang menitipkan rahasia lalu engkau membocorkannya, engkau telah berkhianat.
  2. Bila seseorang menitipkan harta lalu engkau mengingkarinya, itu pun khianat.
  3. Bila seseorang menerima engkau di rumahnya lalu engkau memandang keluarganya dengan pandangan haram, engkau telah berkhianat.

Allah Ta‘ala berfirman:

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

(Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam dada). [Ghâfir: 19]

Di zaman ini, muncul bentuk-bentuk khianat baru seperti khianat digital: menyadap percakapan, menyimpan foto atau pesan tanpa izin, atau berpura-pura menjadi teman untuk memata-matai. Termasuk pula membuka speaker ketika sedang berbicara lewat telepon tanpa izin lawan bicara. Semua itu bentuk pengkhianatan.
Banyak orang yang tertimpa musibah, ditangkap, atau bahkan kehilangan nyawanya gara-gara khianat model ini.

🔹 Penutup

Pengkhianat adalah sosok yang hina dan dibenci. Jika Allah tidak menyukainya, maka orang beriman pun tidak akan menyukainya. Bahkan teman-temannya sesama pengkhianat pun tidak tulus kepadanya, karena masing-masing siap mengkhianati yang lain kapan saja.

Bahkan keluarga dekatnya pun tidak merasa aman darinya. Itulah sifat buruk pengkhianat. Allah telah menegaskan:

إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ

Inilah agama yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, yang Allah sendiri memujinya:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

(Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang agung) [al-Qalam: 4].

Seorang muslim sejati adalah yang benar-benar mengamalkan nilai-nilai luhur ini dan menjadi representasi terbaik agamanya.

________________________________________
📚 Catatan:
[1] Lajja: artinya wajib. Lihat An-Nihâyah fî Gharîb al-Atsar, jilid 4, hlm. 440.
[2] Ar-Raudh al-Unuf karya As-Suhaili, tahqiq Al-Wakil, jilid 6, hlm. 463. Al-Bidâyah wa an-Nihâyah karya Ibnu Katsir, tahqiq At-Turki, jilid 6, hlm. 218.
[3] Diriwayatkan oleh Ahmad (1740), Ibnu Khuzaimah (2260), dan Abu Nu‘aim dalam Hilyat al-Awliyâ’ (1/115). Al-Albani berkata dalam Fiqh as-Sîrah (hlm. 115): “Sanadnya sahih.”

Check Also

TUNTUTAN ILMU ADALAH AMAL (Oleh: Tim Redaksi HASMI)

TUNTUTAN ILMU ADALAH AMAL Oleh: Tim Redaksi HASMI Sesungguhnya dengan mengamalkan ilmu, para ulama diangkat …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot
situs slot