RUWATAN UPACARA PENYEMBAHAN SYAITAN (Oleh: Dr. H. Abu Abdissalam, M.H.I.)

RUWATAN UPACARA PENYEMBAHAN SYAITAN

Oleh: Dr. H. Abu Abdissalam, M.H.I.

Ruwatan merupakan salah satu budaya yang sangat marak di negeri ini. Ruwatan sendiri pada asalnya adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian, atas dosa/kesalahan seseorang atau masyarakat yang diperkirakan bisa berdampak kesialan di dalam hidupnya.

Dalam tradisi jawa orang yang keberadaannya mengalami nandang sukerto/berada dalam dosa, maka untuk mensucikan kembali, perlu mengadakan ritual tersebut. Menurut ceriteranya, orang yang manandang sukerto ini, diyakini akan menjadi mangsanya Batara Kala. Tokoh ini adalah anak Batara Guru (dalam cerita wayang) yang lahir karena nafsu yang tidak bisa dikendalikannya atas diri Dewi Uma, yang kemudian sepermannya jatuh ketengah laut, akhirnya menjelma menjadi raksasa, yang dalam tradisi pewayangan disebut Kama salah kendang gumulung.

Ketika raksasa ini menghadap ayahnya (Batara guru) untuk meminta makan, oleh Batara guru diberitahukan agar memakan manusia yang berdosa atau sukerta. Atas dasar inilah yang kemudian dicarikan solusi, agar tak termakan Sang Batara Kala ini diperlukan ritual ruwatan. Kata Murwakala/purwakala berasal dari kata purwa (asal muasal manusia), dan pada lakon ini, yang menjadi titik pandangnya adalah kesadaran: atas ketidaksempurnanya diri manusia, yang selalu terlibat dalam kesalahan serta bisa berdampak timbulnya bencana (salah kedaden).

Ritual ruwatan dimulai dengan sungkemkan (salaman dengan mencium tangan) lalu dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit dengan judul cerita Murwakala. Setelah selesai pagelaran dilanjutkan dengan ritual potong rambut. Dalam ritual ini seluruh peserta satu persatu dimandikan dengan air kembang. Selanjutnya acara puncak yaitu larungan (mengantarkan persembahan ke tengah sungai).

Ruwatan merupakan satu praktek kesyirikan yang berasal dari agama Hindu atau Budha. Ritual ini sangat bertentangan dengan prinsip tauhid. Menurut Islam, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa acara ruwatan adalah acara meminta perlindungan kepada selain Alloh ﷻ, yaitu permintaan perlindungan kepada syaitan dan Iblis, entah dengan nama batara guru, nyi roro kidul dan nama-nama lainnya. Kesyirikan budaya inilah yang juga telah menjadi budaya besar di zaman Jahiliyyah.

Alloh ﷻ berfirman:

“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin [72]:6)

“Dulu bangsa Arab di zaman Jahiliyyah, jika singgah di suatu lembah tertentu mereka meminta perlindungan kepada jin, tokoh batara guru yang menghuni tempat tersebut agar tidak terkena kesialan. Ketika, Jin tersebut melihat bahwa manusia meminta perlindungannya karena takut, Jin itupun bertambah sombong dan lacur serta menjadi semakin melampaui batas kepada manusia”. (Aysar at Tafasir, As’ad Humad: 1/5331)

Sebuah syirik besar yang menghantarkan para pelakunya ke neraka Jahannam, kekal selamalamanya. Na’udzu billah.

Alloh ﷻ berfirman:

“Dan (ingatlah) hari di waktu Alloh mengumpulkan mereka semuanya, (dan Alloh berfirman): “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kalian telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Robb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Alloh berfirman: “Neraka itulah tempat diam kalian, sedang kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Alloh menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Robbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An’am [6]:128)

Maksud Firman Alloh ﷻ tentang perkataan wali-wali syaitan “sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain)” memiliki 3 arti, di antara arti tersebut adalah:

Manusia mendapatkan kesenangan dari Jin adalah saat mereka musafir, lalu singgah di suatu lembah dan hendak menginap, seseorang di antara mereka akan berkata: aku berlindung kepada batara guru lembah ini dari keburukan penghuni lembah ini. Sedangkan jin yang mendapatkan kesenangan dari manusia adalah saat mereka membanggakan dirinya di kalangan kaumnya dengan mengatakan: kami telah berhasil menguasai manusia hingga mereka meminta perlindungan kepada kami. Itulah yang diriwayatkan oleh Abu Sholih dari Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma, itu pula yang dikatakan oleh Muqotil dan al-Farra.. (Zadut Tafsir : 4/112)

Para ulama telah berjima’ (bersepakat penuh) bahwa meminta perlindungan kepada selain Alloh ﷻ adalah kesyirikan dan tidak diperbolehkan di dalam Islam.

Mula Ali Qori al Hanafi dengan tegas mengatakan: “Tidak boleh meminta perlindungan kepada Jin, karena sesungguhnya Alloh ﷻ mencerca orang-orang kafir yang telah melakukan yang demikian itu”… Kemudian beliau menyebutkan Qs. 72: 6. (Fathul Majid: 141)

Islam adalah tauhid, memerintahkan dan membentuk manusia yang hanya mengabdi dan beribadah hanya kepada Alloh ﷻ, tidak boleh sedikitpun mempersekutukan-Nya dengan apapun juga. Salah satu ajaran tauhid yang diajarkan Islam adalah bahwa meminta perlindungan hanya kepada Alloh ﷻ. Khoulah binti Hakim rodhiyallohu’anhuma berkata bahwa Rosululloh ﷺ bersabda:

“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, lalu berdo’a : A’udzu bi Kalimatillahil Taammah Min Syarri maa Kholaq (Aku berlindung dengan Kalimat-kalimat Alloh Yang Sempurna dari keburukan apa saja Yang Dia ciptakan). Niscaya tidak ada satu apapun yang dapat membahayakannya sampai dia berangkat kembali dari tempat persinggahannya tersebut”. (HR. Muslim)

Tak ada yang dapat menyelamatkan kita dari segala marabahaya kecuali Alloh ﷻ. Maka dengan bertauhid dan melaksanakan segala konsekuensinya merupakan hisn (benteng) yang amat kokoh untuk menjaga diri dan masyarakat kita semuanya dari berbagai bencana.

Sebaliknya, acara ruwatan dan yang sejenisnya justru merupakan bencana besar yang juga menjadi sebab muncul bencana-bencana lain yang akan menimpa diri dan masyarakat secara umum, karena kesyirikan adalah kedzaliman yang amat besar. Alloh ﷻ berfirman yang menceritakan tentang nasehat seorang manusia bijak, Luqman kepada puteranya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh, sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman [31]: 13)

Marilah kita jaga diri-diri kita, anak-anak kita, keluarga kita dan masyarakat kita dari berbagai budaya syirik yang akan menghantarkan manusia ke dalam neraka..!!

Sumber : Materi Majalah INTISARI HASMI Vol. 0007 Rubrik Budaya-Budaya Munkar di Indonesia

Check Also

KHUTBAH JUM’AT KE-9 (Oleh: Supendi, S.Sy.)

ALLOH MAHA KAYA (Oleh: Supendi, S.Sy.) KHUTBAH PERTAMA إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot
situs slot