KHUTBAH JUM’AT KE-5
(Oleh: Dr. Muhammad Sarbini, M.H.I.)
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Ketika diperintahkan Alloh Swt sujud kepada Nabi Adam as, Iblis menolak melaksanakan perintah ini. Akibatnya, ia diusir, dimasukkan ke dalam jajaran makhluk terkutuk dan diancam masuk neraka. Iblis tidak hanya mendengar perintah pengusiran dirinya, tapi dengan sikap pongah, yang malah menunjukkan kebusukan dan kebobrokannya, ia berjanji akan menyesatkan anak keturunan Adam as yang menurutnya menjadi biang keladi pengusirannya dari surga. Iblis berkata:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)
“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (Sirotulmustaqim). Kemudian aku mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kirimereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. (Qs. Al-A`rof: 16-17)
Di sini, Iblis membuka hakikat penting yang tidak diketahui banyak orang, yaitu mayoritas besar manusia tidak bersyukur kepada Alloh swt dan orang yang selamat di antara mereka adalah orang yang bersyukur.
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Apakah Syukur itu sebenarnya?
Kalimat شكرت الدابة artinya unta itu gemuk. Unta itu dikatakan gemuk jika terlihat pedanya tanda-tanda makanan yang telah dimakannya. Unta dikatakan bersyukur jika terlihat padanya kegemukan melebihi kadar porsi makanan yang telah dimakannya.
Di dalam al-Qur`an surat Saba ayat 13, Alloh swt tidak mengatakan kepada Nabi Daud as “ucapkanlah syukur kepada Allah”, قولوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا.Namun berfirman:“ lakukanlah syukur kepadanamun berfirman: “lakukanlah syukur kepada Allah” اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا .
Ini menandaskan syukur tidak terealisir kecuali dengan mengamalkan perintah Alloh swt dan menjauhi larangan-Nya. Jadi syukur ialah realisasi ibadah itu sendiri. Ini tidak seperti difahami sebagian kita bahwa syukur itu memuji Alloh Ta`ala dengan lidah atau komat-kamit setelah sholat, atau setelah makan kenyang.
Aisyah rda merasa heran dengan qiyamul lail Rosululloh saw. Beliau melakukannya hingga kedua kaki beliau bengkak. Dengan nada takjub dan penuh tanda tanya, Aisyah rda berkata, “Engkau masih berbuat seperti ini, padahal Alloh telah mengampuni dosadosa silammu dan dosa-dosamu pada masa mendatang?.”
Rosululloh saw bersabda,
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
Rosululloh saw tidak memahami syukur sebatas pujian dengan lisan. Menurut beliau, syukur ialah upaya seluruh organ tubuh untuk mengerjakan apa saja yang diridoi pemberi nikmat (yaitu Alloh Swt).
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Seluruh makna syukur ini dirangkum Ibnu Qayyim rhm dengan perkataannya, “Syukur ialah terlihatnya tanda-tanda nikmat Alloh pada lisan hamba-Nya dalam bentuk pujian, di hatinya dalam bentuk cinta kepada-Nya, dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk.
Bentuk konkrit syukur ialah lidah tidak menyanjung selain Alloh Ta`ala dan di hati tidak ada kekasih kecuali Dia. Kalaupun seseorang mencintai orang lain, ia mencintainya karena Alloh. Lalu, cinta ini dialihkan ke organ tubuh, kemudian seluruh organ tubuh mengerjakan apa saja yang diperintahkan sang kekasih (yaitu Alloh) dan menjauhi apa saja yang Dia larang. Itulah figur orang syukur sejati.
Alloh Swt berfirman dalam al-Qur`an surat ad-Dhuha ayat 11:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11)
Nikmat-nikmat Alloh-lah yang hendaknya engkau sebut-sebut. Yang dimaksud dengan menyebut-nyebut pada ayat itu adalah menyebutkan atau mengingat-ingat nikmat Alloh ta’ala pada dirinya sendiri. Misalnya, dengan mengatakan, “Alloh memberiku nikmat ini dan itu.” Atau makna lainnya ialah berdakwah (membimbing orang) ke jalan Alloh ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan mengajar umat. Semua makna yang dijelaskan mencakup semua pengertian tentang menyebut-nyebut nikmat Alloh swt. Seseorang perlu ingat saat dirinya berada dalam kesesatan dan jahiliyah, lalu bagaimana Alloh ta’ala menyelamatkannya dari kegelapan pekat itu kepada cahaya terang. Ini seperti yang diriwayatkan dari kalangan sahabat yang bercerita saat jahiliyahnya di mana dia ingat saat dirinya berkubang jahiliyah dan makan “Tuhannya” dari kurma. Ia pun tersenyum bahagia atas hidayah yang dia terima jika dia ingat ingat masa lalunya yang sangat “lucu” itu. Setelah menjadi kaya, orang Muslim harus ingat bagaimana kondisi dirinya saat miskin. Ia mesti ingat hari-hari saat ia berada dalam ujian dan ruang geraknya dibatasi sebelum pindah ke tempat lain, atau sebelum situasi berubah. la ingat bagaimana badai ujian berlalu, lantas Alloh ta’ala menyelamatkannya dari badai itu. Demikianlah, ia ingat nikmat-nikmat seperti itu, lalu ditindaklanjuti dengan berdakwah (membimbing atau mengajak orang lain) ke jalan Alloh Swt.
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Setelah penjelasan-penjelasan itu, maka menjadi jelas bagi kita bahwa syukur terbagi ke dalam dua jenis; syukur umum dan syukur khusus.
Syukur umum terkait dengan dunia. Misalnya, bersyukur atas nikmat seperti pakaian, makanan, harta, kesehatan, dan kendaraan. Sedang syukur khusus terkait dengan akhirat. Misalnya, bersyukur atas nikmat iman, tauhid, hidayah, bimbingan hingga bisa beribadah, istri sholihah, anak-anak sholih, dan urusan akhirat lainnya. Tragisnya, sebagian besar kita hanya perhatian mengerjakan syukur umum, karena menurut mayoritas rasa kita, manfaatnya bisa dirasakan secara langsung. itulah memang watak manusia
Kita banyak lupa tentang syukur khusus, yaitu bersyukur atas nikmat hidayah dan iman. Padahal kalau kita mau merenungkan nikmat yang satu ini, akan rugi besar jika kita tidak pandai mensyukurinya.
Ingatlah… Keprihatinan mendalam dirasakan Rosululloh yang ingin mengislamkan pamannya. Namun, Alloh SWT tak mem berikan hidayah kepada pamannya itu.
Tidakkah kita melihat perjuangan Nabi Nuh AS yang berdakwah sekian lama demi mengajak umatnya beriman kepada Alloh? Namun, hingga usianya hampir seribu tahun (950 tahun), hanya sedikit kaumnya yang beriman kepada Alloh SWT. Bahkan, anak dan istri yang disayanginya juga tidak mengindahkan seruan Nabi Nuh AS untuk beriman kepada Alloh SWT.
Kisah lainnya seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Hidup di tengah-tengah orang yang menyembah berhala dan menyekutukan Alloh SWT, Nabi Ibrahim AS yang kokoh mengimani Alloh SWT tak kuasa mengajak orang tuanya untuk mengikuti ajaran yang dibawanya.
Dengan menyadari bahwa kita yang bukan siapa-siapa ini diberikan hidayah oleh Alloh untuk mengenal keagungan-Nya, maka sudah selayaknya kita banyak bersyukur atas hal tersebut. Selain itu, kita juga harus terus menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya agar nikmat keimanan itu tak lepas dari diri kita.
Betapa sengsara dan celakanya bila Alloh telah mencabut hidayah itu dari diri kita sebagaimana Alloh mencabut hidayah-Nya dari orang-orang yang suka berbuat durhaka dan aniaya. Hidayah itu begitu mahal karena ia akan mengantarkan seseorang pada kasih sayang Alloh dan surganya.
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Ibnu Al-Qayyim rhm berkata, “Syukur seseorang akan sempurna jika ia memenuhi tiga syarat dan ia dikatakan orang bersyukur jika melengkapi ketiga syarat itu. Ketiga syarat tersebut adalah sebagai berikut:1. Ia mengakui nikmat Alloh pada dirinya. 2. Ia memuja dan memuji Alloh atas nikmat itu.3. Ia menggunakan nikmat itu untuk mendapat kan keridoan-Nya.”
Mengakui nikmat Alloh ta’ala pada diri kita bisa dilakukan dengan cara kita tidak mengklaim nikmat itu kita peroleh murni karena keahlian, atau pengalaman, atau usaha, atau jabatan, atau status sosial, atau kekuatan kita. Tapi, kita nyatakan nikmat itu murni berasal dari Alloh ta’ala. Qarun mengklaim nikmat pada dirinya itu murni ia peroleh karena keilmuannya. Karena itu, Alloh ta’ala menenggelamkannya beserta istananya ke dalam bumi.
Jika seseorang mengakui nikmat pada dirinya berasal dari Alloh ta’ala, otomatis ia menyanjung-Nya atas nikmat-nikmat itu. Jika seseorang meyakini Alloh ta’ala pemberi nikmat dan menyanjungNya, maka sangat tidak pantas dia menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya. Misalnya, ia mengembangkan hartanya secara ribawi, atau seseorang diberi kesehatan tapi ia menzalimi orang lain atau malas beribadah kepada-Nya.
Jika kita melengkapi ketiga syarat syukur itu, maka Alloh ta’ala pasti menambah nikmat-Nya pada kita dan memberkahi nikmat-Nya pada kita, karena Dia berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (7)
Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, tetapi jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. (Qs.Ibrohim: 7)
أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم, فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنك
سميع الدعاء
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
ربَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
HASMI :: Sebuah Gerakan Kebangkitan Himpunan Ahlussunnah Untuk Masyarakat Islami