TUJUH ADAB MENGGAPAI INDAHNYA MALAM PERTAMA

ramadhan2Malam pertama adalah tonggak sejarah dalam mendayung bahtera keluarga. Itulah momen yang menjadi sebuah klise di kehidupan seseorang dalam berumah tangga. Bagaimana tidak, disaat dosa besar yang tadinya diharamkan diwaktu lajangnya dengan menikah berubahlah menjadi ladang cinta yang penuh pahala.

Malam pertama memang malam yang begitu dinanti setiap pengantin dengan pasangannya. Malam yang mendebarkan bagi dua cinta yang berpadu dalam ranjang mesra. Ketika sejuta rasa bercampur dalam dada. Antara bahagia dan lega, perasaan malu bercampur mau, canggung diiringi grogi, serta sikap serba salah bagaimana harus memulai malam pertama dengan pasangannya. Sejuta rasa tersebut seolah bergemuruh di dalam dada. Menyambar-nyambar bagai halilintar yang berkilatan di langit jiwa.

Begitulah sekilas mahligai malam pertama yang berhias cinta.

ADAB-ADAB MALAM PERTAMA

Agar malam pertama benilai ibadah dan menjadi ladang pahala. Maka hendaknya setiap mempelai memperhatikan adab-adabnya. Kalau kita kaji ada beberapa adab yang seharusnya di lazimi kedua mempelai sebelum melaksanakan hubungan intim suami istri. Diantara adab-adab tersebut adalah;

  1. Meniatkan semua karena Alloh  dan dalam rangka ketaatan kepada-Nya.

Malam pertama  hendaklah diniatkan dalam rangka ketaatan kepada Alloh  bukan sekedar memenuhi hasrat biologis.  Banyak sekali di kalangan orang awam tidak faham bahwasanya hubungan intim suami istri merupakan bentuk ketaatan pada Alloh . Bahkan di dalam islam hubungan intim suami istri merupakan suatu sedekah suami pada istrinya. Rosululloh  bersabda.“…dan bersetubuh dengan istri juga merupakan shodaqoh. Mereka bertanya (para sahabat), wahai Rasululloh apakah jika diantara kami menyalurkan hasrat biologisnya (berhubungan intim dengan istrinya) juga mendapatkan pahala? Beliau  menjawab, “Bukankah jika ia menyalurkan pada yang haram itu berdosa? Maka demikian pula apabila ia menyalurkannya pada yang halal, maka ia juga akan mendapatkan pahala.  (HR. Muslim no 2376)

  1. Mendoakan mempelai wanita di ubun-ubun kepalanya.

Setelah keduanya berada di kamar pengantin, disunahkan bagi sang  suami sebelum berjima’ untuk memberikan sentuhan mesra di ubun-ubun istrinya tercinta seraya berdoa untuk keberkahannya. Doa tersebut adalah.

اللهم إني أسألك خيرها وخير ما جبلتها عليه وأعوذ بك من شرها وشر ماجبلتها عليه

”Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan wanita ini dan kebaikan yang menjadi tabiat dasarnya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan wanita ini dan keburukan yang menjadi tabiat dasarnya.” (HR. Abu Dawud)

  1. Sholat sunnah dua rekaat bersama

Setelah sang suami mendoakan pasangannya maka hendaknya jangan langsung menggaulinya. Masih ada sunnah Rosululloh saw yang semestinya  dilaksanakannya yaitu sholat sunnah dua rekaat bersama.

Sholat ini bukanlah suatu amalan yang bid’ah melainkan ada sandaran hukumnya. Salah satunya yaitu dalilnya adalah Atsar Abu Sa’id Maula Abu Usaid yang mana Ia diajari oleh sahabat senior mereka adalah Ibnu Mas’ud, Abu Dzar al Ghifari, Hudzaifah ibnu Yaman rodhiyallohu anhum ketika sholat bersama mereka di hari pernikahannya , maka ia diajarkan untuk sholat dua rekaat bersama istri nya sebelum menggaulinya.(Mushonnaf Ibnu Abi syaibah juz 7,Mushonnaf Abdurrozaq juz 6, Sanadnya sohih sampai Abu Sa’id)

  1. Berhias dan Bercumbu Rayu

Sudah semestinya bagi kedua mempelai untuk berhias sebelum menjalani malam pertama. Memakai pakaian terindah dan wangi-wangian yang di sukai. Selain keindahan disukai oleh Alloh  berdandan mampu membangkitkan gairah antara pasutri. Sehingga lebih memuaskan keduanya.

Asma’ binti Yazid bin Sakan di hari pernikahan Rosululloh  dengan Aisyah  menceritakan; “ Aku menghias Aisyah untuk rosululloh . Lalu aku datang kepadanya. Kemudian aku memanggil beliau supaya memandang Aisyah secara jelas. Kemudian beliau datang disampingnya. Setelah itu di datangkan wadah besar yang berisi susu. Baliau  pun meminumnya. Lalu nabi memberikannya pada Aisyah. Pada saat itu Aisyah menundukkan kepalanya dan merasa malu. Maka saya menegurnya dan berkata kepadanya. “Ambillah dari tangan Rosululloh  !” Akhirnya Aisyah pun mengambilnya dan meminumnya sedikit. Kemudian Rosululloh bersabda kepadanya, ‘Berilah temanmu itu.(HR, Ahmad dan Ibnu Hibban)

Hadis tersebut selain memberikan tuntunan berhias bagi mempelai terutama wanita juga anjuran untuk membuka malam pertama dengan makanan atau minuman yang membangkitkan gairah tubuh seperti susu dan semisalnya.

Adapun berkaitan dengan cumbu rayu seolah memang terasa hambar jika malam pertama tanpa di awali dengan cumbu rayu. Selain semakin menghangatkan suasana bisa  menghilangkan perasaan canggung ,grogi dan serba salah tingkah. Pada fase ini hendaklah sang mempelai terutama laki-laki tidak tergesa-gesa. Seringkali rasa malu menghantui mempelai wanita. Dan  hal itu sangatlah wajar selama tidak terlalu berlebihan. Untuk memecahkan suasana hendaknya sang suami mengamalkan hadits Rosululloh  berikut ini.

“Janganlah ada seorang dari kalian yang mengumpuli istrinya seperti binatang mengumpuli lawan jenisnya. Tetapi hendaknya ada utusan antara keduanya. Maka di tanyakan kepada Nabi, ”Apakah yang di maksudkan dengan utusan itu?” Beliau  menjawab, ”Mencium dan bercanda” (HR. ad Dailmi)

Dalam Hadis ini memberi pelajaran hendaknya seorang suami memberi pembukaan sebelum dia berhubungan dengan istrinya.

  1. Berdoa Sebelum Bersenggama

Walaupun keinginan telah membara dan hasrat semakin bergelora. Sebelum keduanya saling membuka aurat jangan sampai kedua mempelai lupa membaca doa yang di ajarkan Nabi .

بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا .

“Dengan  menyebut nama Alloh, Ya Alloh jauhkanlah kami dari  setan dan jauhkanlah setan dari anak yang akan Engkau rezekikan kepada kami” (HR. Muslim)

  1. Tidak Berjima’ Pada Lubang Dubur dan di Waktu Haidh.

Dalam berhubungan suami istri di bolehkan bagi suami bersenang-senang dengan istrinya sesuai dengan kehendaknya. Hal ini berdasarkan ke umuman firman Alloh  .

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Alloh dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ayat dia atas berkaitan dengan kaum yahudi yang mengatakan kepada kaum muslimin bahwa barang siapa yang menggauli istrinya dari belakang maka anaknya kelak akan menjadi seorang yang juling. Kemudian Alloh pun menurunkan ayat tersebut sebagai bantahan keyakinan kaum yahudi yang sekedar mitos.

Namun demikian ada hadis nabi yang memberikan kekhususan dari ayat diatas. Yaitu tentang menggauli istri dalam keadaan haidh dan pada lubang duburnya. Rosululloh  bersabda.”Barang siapa yang menjima’i istrinya yang sedang dalam keadaan haidh atau menjima’i duburnya, maka sesungguhnya ia telah kufur kepada Muhammad  .”(HR. at Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad). Selain hadis diatas terdapat ayat dalam al Quran yang menjelaskan tentang larangan menggauli istri di waktu haidh. Alloh berfirman. “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Alloh kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. al Baqoroh[2]:222)

Dibolehkan menggauli istri dari belakang asalkan bukan pada duburnya melainkan pada kemaluannya. Hal ini berdasarkan Sabda nabi ,” (Boleh) dari arah depan atau belakang, Asalkan di dalam kemaluannya.” (HR. al Bukhori dan Muslim)

  1. Bersuci Sebelum Mengulang Persenggamaan atau Sebelum Tidur

Terkadang setelah berhubungan masih tersisa gairah untuk mengulangi hubungan intim kembali. Bagi suami di sunahkan mencuci kemaluan dan berwudhu sebagaimana halnya wudhu sholat. Rosululloh  bersabda yang artinya.” JIka salah seorang di antara kalian menyetubuhi istri, kemudian berkeinginan untuk mengulangi persetubuhan itu, maka hendaklah ia berwudhu diantara dua persetubuhan tersebut.” Bahwa  Dalam riwayat lain di katakan bahwa tata cara wudhunya tersebut sebagaimana wudhu hendak sholat.” (HR. Muslim)

Imam Qodhi Iyadh berkata,”Mencuci kemaluan sesudah bersenggama dapat menambah kekuatan dan semangat untuk mengulanginya.”

Demikian tujuh adab tersebut hendaknya benar-benar diperhatikan bagi para mempelai yang ingin menjadikan malam pertamanya indah dan berpahala.

Jauhkan Budaya to the point dan bersu’udzon pada Pasangan

Dalam hal ini hendaknya mempelai terutama laki-laki tidak bersikap to the point atau slonong boy. Betapa banyak kebencian bersemi dari malam pertama yang di lakukan tidak dalam rangka beribadah dan mengikuti sunnah. Begitu juga hendaknya bersikap husnudzon terhadap istri jika terbukti di malam pertama tidak terdapat darah keperawanan karena pecahnya selaput dara. Mitos yang menyebar di masyarakat ketika tidak di didapati darah tersebut maka sang istri dimungkinkan istri bukanlah seorang perawan lagi. Padahal mitos ini tidaklah benar dan dunia medis membatah akan hal tersebut.

Insya Alloh tujuh hal tersebut akan mengantarkan anda menggapai indahnya malam pertama.Semoga bermanfaat. Selamat bermalam pertama ! Wollohu a’lam bishowab.

Check Also

Hak-Hak Anak Setelah Kelahiran (Secara Umum)

Hak-Hak Anak Setelah Kelahiran Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur urusan manusia secara detail. …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *