“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS. Al-Baqoroh: 102)
Ayat di atas mempertegas tentang kufurnya orang yang mengerjakan sihir, akan tetapi kita dapati masih, dan bahkan banyak sekali setiap harinya manusia yang datang kepada tukang sihir untuk meminta disembuhkan dari penyakit, dimudahkan jodoh, membuat berantakan kehidupan keluarga si fulan, diramalkan masa depannya dan lain sebagainya. Yang pada intinya, mereka meyakini keluarbiasaan yang bisa dilakukan oleh tukang sihir dengan melakukan sesuatu yang di luar adat manusia.
Ya memang, pada kenyataannya sihir memiliki pengaruh yang dapat dilihat atau dirasakan oleh manusia. Akan tetapi, yang tidak disadari oleh manusia bahwa pada hakikatnya pengaruh tersebut hanyalah tipuan setan belaka yang ditunjukkan oleh tukang sihir sebagai mitra “bisnis”nya. Dan ketidaksadaran itulah yang sebenarnya dikehandaki setan agar manusia jatuh tersungkur di lembah kesyirikan. Karena biasanya, jika seseorang meminta sesuatu kepada tukang sihir, maka tukang sihir itu akan meminta sesuatu terlebih dahulu agar si peminta melakukan ini dan itu sesuai yang dikehendaki oleh setan sebagai bentuk persembahan kepadanya. Maka, perkara ini jelas-jelas merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang menyalahi ketauhidan seorang muslim. Oleh karena itulah Rosululloh menyatakan dengan tegas, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, membenarkan apa yang diucapkannya maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.” (HR. Al-Hakim)
Namun, sekalipun telah banyak penjelasan dari Rosululloh akan bahaya sihir ini, tetap saja banyak di antara manusia yang terpedaya olehnya. Mengapa? Karena setan dengan berbagai tipu dayanya senantiasa mengkamuflase bentuk-bentuk sihir sehingga tampak di mata manusia sebagai sesuatu yang tidak mengapa dan boleh dilakukan. Maka, bagaimana mereka akan melihat itu adalah sebuah sihir jika yang melakukannya adalah seorang yang dipanggil Kyai atau ustadz?
Nah… dari sinilah kita harus menyadari akan bahaya sihir ini dengan berbagai macam tipu dayanya. Karena sesungguhnya setan menghendaki agar sihir ini menjadi poros terbesar yang dapat memalingkan manusia dari jalur sirotol mustaqim.
Kita bisa melihat bahwa sihir merupakan poros setan yang utama melalui keberadaannya yang sejak zaman dahulu masih tetap eksis hingga saat ini. Dan bahkan, kalau kita melihat sejarah, sihir telah menjadi alat utama para raja paganis untuk mempertahankan kekuasaannya. Sebutlah Fir’aun (Ramses II) di masa Nabi Musa . Bagaimana setiap bayi laki-laki yang lahir kala itu dibunuh, melainkan dari ahli sihir Fir’aun yang mengawalinya. Dan kini, sihir telah menjelma menjadi berbagai bentuk hitam dan putih, yang pada hakikatnya kedua-duanya itu sama saja. Yang hitam mungkin hanya segelintir orang saja yang terpedaya olehnya, tetapi yang putih, dengan sorban melilit di atas kepala dan tasbih melingkar di antara jari-jemarinya, tidak hanya satu-dua, bahkan ribuan orang setiap harinya antri berjejalan di depan rumahnya. La haula wa la quwwata illa billah.
Sungguh peran setan di dalam menjerumuskan manusia ke dalam lembah-lembah jahannam begitu besar. Tiada henti. Di sinilah peran kita dituntut. Dengan hanya berdzikir pagi-petang dan senantiasa meminta perlindungan dari berbagai tipu daya setan memang dituntut. Tetapi itu tidak cukup. Karena masih banyak di antara saudara kita kaum Muslimin yang telah terjerumus dalam praktek-praktek sihir yang tidak mereka sadari, yang pada hakikatnya mereka sedang menanti uluran tangan kita agar diangkat dari lembah ketidaksadaran itu.