Salah satu bid’ah terbesar zaman ini adalah faham sekularisme yang melanda kaum Muslimin dalam memahami dan menerapkan dinul Islam. Secara terminologis berbagai kamus mendefinisikan “sekularisme” sebagai faham yang memisahkan antara agama dengan Negara/kehidupan atau ( فَصْلُ الدِّيْنِ عَنِ الْحَيَاةِ أَو الدَّوْلَةِ )(. (Lihat : ‘Aly Juraisyah, “al–Ittijahat al–Fikriyyah al–Mu’ashiroh,” darul Wafa’, Kairo, cet I,1086, hal 83).
Dalam konteks definisi ini berarti segala urusan agama harus dipisahkan dengan segala urusan Negara. Dengan demikian menurut faham ini bahwa penyelenggaraan Negara tidak boleh dicampuri dengan urusan agama sedikitpun. Epistemologi inilah yang akhirnya menggelinding di berbagai Negara Islam bagai bola salju yang melahap setiap bidang kehidupan yang di laluinya.
Sejarah Kelam Sekularisme
Sekularisme lahir di tengah carut marut peradaban barat yang tenggelam dalam lumpur kejahiliyyahan. Pada abad pertengahan Eropa mengalami keterpurukan yang begitu dahsyat. Semua pakar sejarah mengakui dan menulis akan fakta tersebut. Doktrin-doktrin kepalsuan dari pihak gereja yang menyetir pemerintahan di je-jalkan pada masyarakat. Selama ratusan tahun kepalsuan itu mengakar kuat dalam masyarakat Eropa.
Tidak sekedar itu, berbagai riset sainspun tidak boleh bertentangan dengan kebijakan gereja. Jika hipo-tesis ilmuwan mereka bertentangan maka balasannya penyiksaan berat bah-kan hukuman mati di mahkamah inkuisisi rezim gereja. Galileo Galilei dan Giordano Bruno adalah tokoh zaman itu yang harus berhadapan dengan rezim bengis dan pembantai gereja Roma. Pada saat itu korban penganiayaan dari rezim pembantai tersebut mencapai 300.000 jiwa bahkan 32.000 diantaranya mati di bakar.
Dari kondisi yang mencekam itu muncullah gerakan “anti religion” (anti agama) sebagai reaksi dari kebiadaban salibis yang selama ratusan tahun berkuasa. Gerakan perlawanan melepaskan hegemoni agama dari pemerintahan gereja itulah yang menjadi cikal bakal gerakan sekularisme di Eropa yang di usung oleh Marthin Luther, Volter, De Kart dan para tokoh kafir lainnya.
Gelombang Sekularisme di Dunia Islam
Gerakan sekularisme yang dilatar belakangi doktrin kepalsuan agama tersebut akhirnya menjadi faham yang mengakar kuat di Negara Barat. Sampai pada titik kulminasi kesim-pulan bahwa kemajuan akan diraih dengan memisahkan agama dari segala bidang kehidupan. Dalam benak pengusung sekularisme doktrin agama adalah indikator dan faktor utama penghambat kemajuan peradaban barat. Oleh karena itu barat adalah Negara yang traumatik dengan agama. Hal tersebut memang dilatar belakangi dari pengalaman pahit hidup ratusan tahun dalam kepalsuan agama.
Mungkin kita bertanya mengapa gelombang sekularisme menghembas dunia Islam? Ada beberapa pintu gerbang sekularisme menjamah dunia Islam.
1. Kolonialisme (penjajahan). Kolonialisme mempunyai andil besar dalam penyebaran sekularisme di Negara Islam. Karena setiap penjajah selalu mewariskan faham sesat. Pihak yang kalah dan terjajah tentunya akan menjadi lahan tumbuhnya ideologi sang penjajah.
2. Orientalisme. Orientalis ibarat sebuah studi kritis mempelajari seluk beluk Islam tapi bukan untuk meninggikan Islam namun menghan-curkan Islam dari dalam (disebutkan oleh Dr. Daud Rosyid dalam bukunya “Melawan Sekularisme”, Usamah Press, Jakarta,2009, hal 31-36).
3. Misionarisme. Ada hubungan erat antara orientalisme dan misionarisme. Misionarisme adalah gerakan kristenisasi yang bertujuan memurtadkan umat Islam atau paling tidak membuat umat Islam asing dan aneh terhadap ajaran agamanya sendiri (disebutkan oleh Dr. Daud Rosyid dalam bukunya “Melawan Sekularisme”, Usamah Press, Jakarta,2009, hal 31-36).
4. Sarjana Muslim yang belajar ke barat. (disebutkan oleh Dr. Daud Rosyid dalam bukunya “Melawan Sekularisme”, Usamah Press, Jakarta,2009, hal 31-36.).
5. Buku-buku sekulerisme baik yang terjemahan maupun bukan.
Sebagai contohnya adalah buku “Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme” yang ditulis oleh Budhy Munawar Rachman yang diterbitkan Grasindo: Jakarta, 2010. Diawal buku dia menulis, dipersem-bahkan untuk dua guru besar Islam saya Prof. Dr. Nurcholish Madjid dan Prof. Dr.M. Dawam Rahardjo. Yang telah mengajarkan saya betapa pentingnya mengembangkan pemi-kiran sekularisme, liberalisme dan pluralisme untuk pembaruan Islam di Indonesia.
6. Teknologi Informasi.
Dari pintu gerbang utama tersebut akhirnya sekularisme men-jalar di dunia Islam. Sekularisme benar-benar menolak kemurnian Islam. Konsep dienul Islam yang kaffah diplintir dan dimentahkan para sekularis untuk di terapkan bahkan dipisahkan dari kehidupan.
Sejarah telah membuktikan uni-versitas al-Azhar lumpuh menjadi ujung tombak peradaban keilmuan Islam setelah tersekulerkan para kolonial barat. Lantas bagaimana universitas Islam di negeri kita? Tentunya semua tahu, Universitas Islam mana yang tidak diajarkan faham sekularisme? Kampus UIN, STAIN, IAIN yang seharusnya men-jadi garda terdepan membangun peradaban Islam di Indonesia telah “digagahi” para doktor dan profesor sekuler. Maka tak jarang universitas Islam dinegeri ini telah mandul melahirkan para pendidik robbani. Coba hitung berapa ribu sarjana Islam yang lulus dari universitas Islam? Namun sudahkan kebangkitan Islam yang murni disuarakan? Kebanyakan hanyalah kepalsuan dibalik “intelek-tualitas” semu.
Waspadalah dengan Para Dai Penyeru Kepada Pintu Jahannam
Ahibbatii fillah… Suatu hari para sahabat bertanya tentang kebaikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan Hudzaifah Ibnu Yaman Radiyallahu ‘anhu bertanya tentang keburukan akhir zaman dengan tujuan untuk mengetahui dan berlindung padanya. Di antara sekian banyak keburukan tersebut dan yang paling berbahaya yaitu:
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Para da’i yang menyeru kepada pintu jahannam. Siapa yang meme-nuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.” Aku bertanya, “wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tolong beritahu-kanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi menjawab, “mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara dengan bahasa kita.” Saya bertanya, “lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “hendaklah kamu selalu bersama jama’ah kaum Muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “kalau pada waktu itu tidak ada jama’ah kaum Muslimin dan imam bagaimana?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “hendaklah kamu jauhi seluruh firqoh (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu.” (HR. Bukhori no. 7084 dan Muslim no. 1847).
Kami yakin orang yang fitrohnya masih terjaga pasti tahu siapakah mereka. Bukan orang asing tapi mereka dari negeri kita sendiri. Oleh karena itu hati-hati dan waspadalah!. (Admin-HASMI).
.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.