Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153)
“Besar juangmu, Besar citamu.
Besar tekadmu, Besar Amanahmu.
Tinggi derajatmu, Tinggi amalmu.
Tinggi fikirmu, Tinggi idemu.
Juangkan citamu, Tekadkan amanahmu.
Tinggikan derajat amalmu, Tinggikan ide cemerlangmu.”
Bismillahirrahmaanirrahiim,,,,,
Menjadi sabar adalah menjadi kuat dan berani.
Sabar memiliki arti menahan (al-habs), yaitu upaya dalam menahan diri dari melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah (QS ar-Ra’d: 22).
Islam senantiasa mengajarkan pada umatnya untuk selalu bersabar. Kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi dalam setiap fase kehidupan kita. Musibah atau kemalangan pasti akan kita temui, maka dengan jalan itulah hendaknya kita mampu untuk bersabar dan bertawakal dalam menghadapinya. Tetaplah ridha dengan apa yang sudah Allah gariskan pada kita, karena ridha dengan segala ketetapannya, baik suka cita maupun duka cita, adalah bagian dari keimanan. Rasululloh Shallallohu ;alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh menakjubkan keadaan orang mu`min, seluruh keadaanya adalah baik, dan hal tersebut tidaklah dimiliki kecuali bagi orang mu`min. Jika ditimpa kegembiraan kemudian ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa kesulitan kemudian ia bersabar, maka itu pun menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Sifat sabar bisa membentuk jiwa dan mental yang kuat dan juga berani bagi pemiliknya ketika menghadapi segala cobaan dan musibah yang bisa jadi cobaan-cobaan tersebut bisa melemahkan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah SWT. Maka kesabaran bisa menjadi perisai untuk tetap memperkuat keimanan kita. Allah berfirman dalam KitabNya :
“Hai orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah waspada dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200).
Sabarmu bersama Juangmu.
Bersabar dan berjuang adalah dua kata kerja yang tak bisa dipisahkan. Ketika kita berjuang, maka disitulah letak kesabaran akan muncul. Korelasi kesabaran dan perjuangan berkaitan erat dengan kehidupan. Benar apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang bahwa Hidup itu adalah perjuangan. Hidup memang penuh dengan perjuangan, dan perjuangan seringkali menemui halang rintang dan onak duri, terutama bagi orang-orang yang mempunyai cita-cita besar, baik itu berupa cita-cita pribadi ataupun cita-cita dalam berdakwah. Rintangan-rintangan itu bisa datang dari faktor internal ataupun dari faktor eksternal. Faktor internal bisa berupa futur (rasa malas) atau isti’jal (terburu-buru atas keinginan merubah realitas yang terjadi dikalangan masyarakat). Faktor eksternal bisa berupa cemoohan atau hinaan, tekanan, atau bahkan ancaman dari orang-orang yang tak menyenangi jalan dakwah tersebut. Tapi dengan bersemayamnya kesabaran, mereka tidak perlu takut akan rintangan dan cobaan itu karena akan selalu ada Allah yang senantiasa menyertai.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (al-Baqarah: 153).
Ini menunjukkan bahwa allah senang bersama hamba-hambaNya yang Amar ma’ruf nahi munkar dan pantang menyerah dalam berdakwah.
Kesabaran dan perjuangan yang melahirkan kekuatan telah dibuktikan oleh teladan utama kita dalam menapaki dakwah mulianya, Muhammad Shallallohu ‘alaihi wa sallam. Beliau telah mengajarkan pada kita betapa berpengaruh dan pentingnya sebuah kesabaran dalam berdakwah. Sejak dalam kandungan beliau telah ditinggal wafat oleh ayahnya dan pada usia 6 tahun ditinggal wafat pula oleh ibunya. Belum selesai sampai disana, ketika beliau mendapat amanah mulia langsung dari Sang Khaliq untuk mengajak kaum arab jahiliyah supaya mengesakan Allah, beliau dihadapkan dengan orang-orang yang amat membencinya. Hinaan demi hinaan kaum jahiliyah tidak pernah membuat Rasulullah menjadi gentar, justru dengan jalan itu, beliau semakin kuat dan tangguh dalam memperjuangkan diin yang mulia ini, sehingga sampailah pada kita ajaran-ajarnnya. Meskipun syi’arnya terjadi dalam kurun tempo yang amat singkat (23 tahun) namun ajaran-ajarannya mampu tersebar dengan sempurna.
Masih banyak lagi kisah-kisah yang menghubungkan pada kesabaran dan perjuangan. salah satunya dari kalangan sahabat, kita mengenal Bilal bin Rabah. Kita tahu bagaimana sabarnya Bilal Bin Rabah ketika menghadapi siksaan dari kafir Quraisy terhadap dirinya dan keluarganya, akan tetapi dia tetap berpegang teguh pada diin ini dengan seruan “ahad,,ahad,,ahad”. Kemudian dari kalangan sahabiyah, kita mengenal Al-khansa, seorang ibu yang amat sabar saat megetahui keempat anaknya gugur dimedan perang.
Bercermin dari kisah Rasulullah dan para sahabat, maka sudah sepatutnyalah kita mampu mengaplikasikan unsur juang dan sabar tersebut. Tak ada perjuangan yang dilalui tanpa kesabaran. Itulah jargon yang selalu diteriakan bagi para pelaku dakwah. Berjuang dalam menapaki dakwah mulia ini adalah sebuah kewajiban, karena berdakwah itu sendiri telah Allah perintahkan dalam ayat sucinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ”(QS. An-Nahl: 125).