Bagi orang-orang beriman, menikah merupakan sunnah Rosululloh yang demikian agung. Dengan menikah, taburan kegelisahan dan ketidaktenangan yang menyelimuti hampir seluruh permukaan hati akan beterbangan dan berganti dengan panorama sakinah, mawaddah wa rahmah yang jernih bercahaya. Kesendirian akan segera menemui titik klimaksnya. Hal yang semulanya haram akan menjadi halal.
Keberkahan yang berlimpah akan membuncah menghamburi kehidupan yang telah lama diangan-angankan. Barakah menikah akan menjadikan hidup semakin hidup, bahkan terasa semakin nikmat.
Dengan menikah, ada secercah harapan akan segera hadirnya makhluk mungil yang begitu menggemaskan, yang tangan imutnya menggapai-gapai dan bibirnya bergerak-gerak lembut melontarkan panggilan kepada kita.
Maka, jika telah terbetik keinginan dalam diri seseorang untuk menikah dan memiliki kemampuan untuk melakukannya, tidak ada alasan lagi baginya untuk menunda-nunda pernikahan.
Rosululloh bersabda:
(( يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ))
“Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena menikah lebih bisa menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu sebagai tameng baginya.” (HR. al-Bukhari)
Sabda tersebut menjelaskan secara gamblang kekuatan dahsyat menikah dalam menjaga kesucian manusia. Menikah memiliki dwifungsi yang agung terkait dengan masalah tazkiyah nafs, penyucian jiwa manusia. Yaitu menjinakkan pandangan mata yang liar dan menundukkan hawa nafsu untuk menjaga kemaluan.
Bahkan, dari tazkiyyah nafs itulah akan terwujud pula tazkiyyah dzunub (penyucian dosa). Dan hal itu akan membawa implikasi hebat dalam agenda agung perbaikan kondisi masyarakat. Sehingga, dari manfaat yang bersifat personal itulah akhirnya menikah juga memiliki manfaat yang bersifat sosial.
Tak terbayangkan, seandainya tidak ada syariat menikah dalam Islam, padahal manusia terlahir ke dunia ini dengan membawa nafsu biologisnya. Bukankah yang akan terjadi adalah munculnya binatang-binatang bertubuh manusia yang memperturutkan nafsunya secara sembarangan? Selanjutnya dunia ini tentu akan dipenuhi dengan berbagai kekejian, kemaksiatan, kriminalitas, bahkan wabah-wabah penyakit yang mematikan. Duhai, betapa agungnya syariat menikah itu. Betapa pengasihnya Alloh terhadap hamba-hamba-Nya.
Tak ayal lagi, pernikahan merupakan gelanggang kehidupan yang senantiasa dimeriahkan dengan berjuta asa dan cita-cita. Setiap insan di dunia ini pasti memendam berbagai mimpi indah yang ingin ia wujudkan dalam bahtera rumah tangganya.
Salah satu impian yang seringkali memadati benak pemuda pemudi yang sholeh adalah terbangunnya sebuah rumah tangga bahagia di bawah pancaran petunjuk Alloh . Sebuah keluarga yang ditaburi sifat kasih sayang. Dihiasi dengan pesona akhlak penuh keteladanan serta disirami dengan ketaatan penyubur benih-benih keimanan.
Rosululloh telah menunjukkan jalan kepada keluarga yang ingin menikmati panorama indah nan asri di dalam keluarga sakinah ini. Yakni, dengan adanya kekompakan antara suami istri untuk senantiasa merunduk di bawah pancaran hidayah Alloh .
Rosululloh bersabda:
“Alloh merahmati seorang laki-laki yang bangun di malam hari untuk sholat dan membangunkan istrinya yang kemudian ia pun sholat. Apabila istrinya enggan, ia memerciki air pada wajahnya. Alloh juga merahmati seorang wanita yang bangun di malam hari untuk sholat dan membangunkan suaminya yang kemudian ia pun sholat. Apabila suaminya enggan, ia memerciki air pada wajahnya.” (HR. an-Nasa’i)
Rahmat Alloh akan terpancar kepada sebuah keluarga yang bahu membahu dalam ketaatan kepada-Nya. Perasaan tenteram yang terpendam dalam ketaatan kepada Alloh itu akan menyeruak memancar meliputi sebuah keluarga, sehingga berbagai kebaikan pun akan meliputi para penghuninya. Maka alangkah indahnya hal tersebut. Bukankah hal tersebut merupakan anugerah yang agung dari Alloh ? Tidakkah hal tersebut menggiurkan para pendamba kelezatan yang hakiki?
Impian membangun keluarga sakinah merupakan langkah awal yang baik. Namun, jangan sampai impian tersebut hanya menjadi “mimpi di siang bolong” belaka yang tak kunjung menjadi nyata. Pasangan suami istri harus berpikir dan berupaya sekuat tenaga agar impiannya bisa terbumikan ke alam realita. Melambungkan impian yang tinggi hingga menembus langit pun merupakan perkara mudah. Tetapi melahirkan impian ke alam nyata, itulah perkara yang memerlukan kesungguhan usaha.
Keduaya harus menyatukan kekuatan dan pikiran bagaimana mengatur bahtera rumah tangga agar mampu berkelok-kelok dalam mengarungi badai gelombang hingga bisa mendarat bersama semua awak kapal untuk berlabuh di pulau harapan, yaitu surga. Keduanya harus paham taktik menembus badai, menerjang ombak, menelikungi batu-batu karang dan pusaran air yang akan mengaramkan bahtera rumah tangga ke dasar samudra kehancuran.
Ketika membangun keluarga sakinah telah menjadi impian, maka mempelajari ilmu berumah tangga yang berporoskan teladan Rosululloh merupakan syarat mutlak tercapainya impian tersebut. Karena ilmu akan menjadi dasar bagi setiap perkataan dan perbuatan. Ilmu akan menghiasi pemiliknya dengan sifat furqon, yakni mampu membedakan jalan kebaikan dan jalan keburukan. Mampu membedakan mana yang merupakan haknya dan mana yang menjadi kewajibannya. Sehingga seorang suami memahami posisinya sebagai pemimpin dan istri memahami posisinya sebagai yang dipimpin.
Berapa banyak bahtera keluarga yang karam terhempas angin prahara perceraian karena suami istri tidak mengilmui hak dan kewajibannya dalam rumah tangga. Mereka acuh tak acuh terhadap ilmu itu bahkan melemparkannya ke balik punggung mereka.
Saudaraku…
Jika ilmu telah menjadi bekal dalam pelayaranmu, maka terangilah samudra kehidupan yang gelap gulita dengan cahaya keimanan. Ya, menerangi rumah tangga dengan cahaya iman merupakan pilihan tepat untuk senantiasa menciptakan kedamaian dan kelancaran pelayaran keluarga. Apabila cahaya iman yang menyeruak masuk memenuhi segenap rumah, maka rahmat Alloh yang begitu luas akan menggiring para penghuninya untuk menggapai hidup bahagia di bawah naungan ridha-Nya. Karena, iman merupakan perkara utama yang menjadi sebab kebahagiaan.
Jadikanlah rumah sebagai tempat ibadah dan dzikrulloh. Hiasilah keheningannya dengan lantunan al-Qur’an dan kajian ilmu syar’i.
Namun, jika gumpalan awan hitam kemaksiatan yang menyesaki seisi rumah, maka kepekatan hati para penghuninya akan menjadikan hidup senantiasa terjajah oleh hawa nafsu dan setan, yang akan menyeret kepada kesengsaraan. Imbas dari hal ini adalah akan tercabutnya ketentraman dalam keluarga kita. Dari hari ke hari bahtera rumah tangga terus melaju menuju pulau nafsu. Sehingga yang nampak hanyalah pelalaian akan kewajiban, pelanggaran syariat, perselisihan, kata-kata kasar, dan bentakan dahsyat yang menyayat hati.
Jika hal tersebut yang terjadi, maka pernikahannya benar-benar tak akan seindah impian. Bahkan, bisa memuncratkan sejuta derita. Ketika itu, pelayaran bahtera rumah tangga bagaikan neraka bagi penumpangnya.
Wahai para pendamba kebahagiaan rumah tangga, raihlah kebahagiaan itu dengan ilmu yang mumpuni. Wahai para pencari ketentraman dalam keluarganya, sinarilah tiap sudut rumah yang gelap dengan cahaya keimanan yang berbinar. Kemudian, jangan sekali-kali mengalpakan doa kepada pemilik kebahagiaan dan ketentraman, Alloh . Ya, awali setiap langkah dan harapan kita dengan doa, bahkan iringi dan akhiri dengannya.
Jika tidak, maka kepada siapa lagi kita akan menggantungkan impian dan harapan?
Semoga Alloh mencurahi rumah tangga kita dengan keberkahan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin. Wallohu a’lam.