Tarbiyah atau pendidikan merupakan nyawa dari sebuah generasi atau peradaban agar dia bisa tetap eksis dalam jangka waktu yang lama. Tanpa tarbiyah, maka bisa dikatakan mustahil ideologi suatu umat atau peradaban akan bertahan dalam jangka waktu yang begitu lama. Musuh-musuh Islam memahami betul bagian ini sehingga mereka membuat berbagai macam produk pendidikan yang tujuannya adalah untuk memalingkan umat Islam ini dari tarbiyah yang Islami kependidikan menurut cara mereka sehingga nantinya bisa sesuai dengan apa yang mereka harapkan dikemudian hari.
Kita harus memahami bahwa yang perlu menjadi perhatian para da’i dalam menjawab tantangan masa depan umat ini yaitu, bahwa musuh-musuh Islam ini bukan menyerang pemikiran kita bukan hanya dari sistem pendidikannya saja akan tetapi inti dari pendidikannya juga. Maka solusi dari itu semua kita bukan hanya membuat tandingan-tandingan pendidikan seperti yang telah mereka buat dengan mempolesnya dengan label Islami saja, tetapi solusi yang syar’i adalah bahwa kita harus mengkader generasi Islam dengan pendidikan berdasarkan manhaj Rosululloh [saw].
Kurikulum Berbasis Karakter Bukan Solusi
Kita mungkin sudah mengetahui bahwa pendidikan kita itu diatur oleh kurikulum. Kurikulum menjadikan acuan tentang apa saja yang perlu diangkat untuk dijadikan pembahasan para peserta didik di suatu lembaga pendidikan dan apa saja yang tidak perlu dibahas, sehingga dengan kurikulum ini seorang guru disekolah tidak dapat leluasa mengajarkan anak didiknya sesuai dengan ilmu yang dia pahami karena dia harus mengikuti kurikulum yang ada.
Disinilah peran dari musuh-musuh Islam yang bermain-main dengan pendidikan. Mereka dengan seenaknya merubah kurikulum sesuai dengan kepentingan yang menguntungkan pihak mereka. Kita tahu bahwa pendidikan yang ada sekarang ini terlalu menyiksa anak didik kita dengan begitu banyaknya pelajaran yang harus mereka terima dan belum tentu pelajaran itu akan bermanfaat dikehidupan yang sebenarnya. Belum lagi sistem penjenjangan yang mengkotak-kotakan strata seseorang diukur dari tingkat pendidikannya maksudnya sekolahnya.
Kita harus mengakui bahwa arti dari pendidikan itu sendiri pada zaman sekarang ini mengalami penyempitan makna. Pendidikan yang sebelumnya memiliki arti membina, mengajarkan adab dan tingkah laku dalam kehidupan, berubah arti menjadi sekolah, sehingga ada anggapan bahwa, yang tidak sekolah itu berarti dia tidak berpendidikan. Sehingga orang bebondong-bondong ingin sekolah atau menyekolahkan anak-anaknya. Akan tetapi apa yang didapatkan dari hasil sekolah tersebut? Kita dapati bahwa anak-anak yang katanya mereka mengenyam pendidikan, mayoritasnya (artinya: tidak semua) menjadi hamba materi, mereka disekolahan dijejali teori-teori sesat dan tidak diajarkan akidah Islam yang benar, sehingga para siswa lebih mempercayai teori-teori yang diajarkan di bangku sekolahannya dan mereka tidak beriman secara benar kepada Alloh [swt] bahwa Alloh-lah Yang Memberikan rejeki, Yang Menyembuhkan berbagai macam penyakit, Yang Menurunkan hujan dan Menyuburkan tanaman-tanaman, Yang Menciptakan langit dan bumi, Yang Menciptakan manusia dari tanah. Keyakinan-keyakinan itu terhapuskan oleh teori-teori fisika, kimia, biologi yang di dalamnya hampir tidak berlandaskan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi , karena memang sang pembuat teori tersebut adalah orang–orang yang kufur kepada Alloh [saw].
Dampak dari itu semua bisa kita lihat bahwa generasi yang katanya berpendidikan dan lebih banyak mengenyam ilmu itu tidak memiliki rasa takut lagi terhadap Robb langit dan bumi, segala sesuatu dilihat dari materi, cinta dunia semakin menjadi-jadi dan tentunya takut akan mati menjadi hal yang menjangkiti kalangan masyarkat. Mereka tidak diajarkan bagaimana cara bersabar dan memohon pertolongan kepada Alloh [swt]. Mereka lebih yakin meminta pertolongan kepada makhluk yang faqir, lemah dan tidak berdaya, dan manusia menjadi ragu, keimanan semakin menipis sehingga akidah pun tergadaikan dengan pendidikan model sekarang. Padahal hakikat dari suatu ilmu itu benar adalah apabila ilmu itu menambah ketakutan kita terhadap Alloh [saw].
Solusi Pendidikan Adalah Kembali ke Manhaj Nabi
Tidak ada metode pendidikan yang bisa menyelamatkan generasi ini bagi orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kiamat melainkan dengan kembali kepada apa yang telah Rosululloh [saw] ajarkan dan contohkan tentang bagaimana dalam mendidik generasi Robbani yaitu para sahabat. Sehingga mereka menjadi kader-kader Islam yang militan, pemberani, dan mampu menjadi kholifah yang utama dimuka bumi. Kita harus mengetahui dan mengamalkan cara pendidikan Rosululloh [saw] kepada para sahabatnya sampai para sahabat bisa menjadi sebaik-baik ummat, karena apapun solusi yang ditawarkan mengenai berbagai macam cara untuk membangkitkan pendidikan ini, tidak akan pernah berhasil kalau tidak sesuai dengan metode yang telah diajarkan oleh Nabi kepada para sahabatnya. Alloh [swt] berfirman:
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Alloh akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]: 137)
Kemudian Rosululloh bersabda: “ Ikutilah sunnahku dan sunnah al-Khulafaa ar-Rosyidiin sepeninggalku.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Alloh [swt] telah menjamin apabila kita tidak ingin tersesat di dunia ini dalam hal apa saja termasuk dalam hal pendidikan adalah dengan mengikuti cara Nabi Muhammad [saw], Nabi bersabda: “Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara, dengan keduanya kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnahku…” (HR. al-Hakim )
Al-Imam Malik berkata, “tidak akan baik urusan generasi umat ini melainkan dengan mengikuti apa yang menyebabkan umat sebelumnya menjadi baik.”
Wahai saudaraku kaum Muslimin , dari pemaparan di atas bukan berarti sekolah yang ada dari dahulu sampai sekarang yang kita juga dibesarkan oleh lembaga sekolah tersebut, tidak ada kebaikannya sama sekali, tentu juga ada kebaikannya, akan tetapi dampak dari keburukannya tak bisa terhindarkan dari kita, karena substansi dari pendidikan tersebut hilang alias tidak ada ruhnya, hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan sesudah itu pendidikannya pun beres. Untuk para orang tua, janganlah hanya menyerahkan pendidikan ini kepada lembaga sekolah, sampai-sampai ada orang tua yang merasa lega karena telah bisa menyekolahkan anaknya dengan anggapan dia telah memberikan pendidikan yang terbaik buat anaknya. Tidak wahai saudaraku, sesungguhnya pendidikan itu pertama kali dibebankan kepada kedua orang tuanya. Orang tuanyalah yang bertanggung jawab akan keberlangsungan anaknya, mau dijadikan apakah dia dimasa depan? Orang tua haruslah sadar akan perannya sebagai orang tua, bahwa dia diperintahkan untuk menjaga keluarganya dari api neraka. Maka janganlah para orang tua terburu-buru dalam menyerahkan anaknya ke suatu lembaga yang bernama sekolah karena dialah yang pertama kali bertanggungjawab akan putra-putrinya. Sekolah hanyalah bagian terkecil dari suatu pendidikan, dan pendidikan itu bukan hanya disekolah saja, sedang hakikat dari pendidikan itu sendiri adalah ilmu yang bisa menghantarkan kita mengenal Alloh [swt] sehingga kita takut kepada-Nya. Akhirnya marilah kita bertakwa kepada Alloh [swt] dengan sebenar-benarnya takwa. Nastaghfirulloh, wa natuubu ilaik
(Red-HASMI)