Hanya Alloh-lah Pemilik `izzah yang tak pernah pudar. Dia takkan bisa dikalahkan, bahkan Dia-lah Yang menentukan semuanya. Al-‘Aziiz diartikan oleh para ulama dengan :
“Dzat Yang tak dapat dikalahkan dan dihalangi (kehendak-Nya), bahkan Dia-lah Yang menundukan segala sesuatu, semuanya tunduk dan merendah kepada-Nya”
Maha suci Alloh [swt] yang semua ubun-ubun hambanya-hamba-Nya ada dalam genggaman-Nya. Maha suci Alloh Yang Maha perkasa lagi maha wibawa. Hanya kepada-Mu-lah kami ruku`dan sujud hanya kepada-Mu-lah kami merendah dan menghinakan diri. Kami semua adalah hamba-Mu
Al-‘Aziiz adalah satu dari sekian asma Alloh yang menunjukkan kepada pengertian Maha kuat, dan Maha mengendalikan. Perhatikan bait syair berikut:
“Engkau-lah Yang Maha Perkasa tak ada yang lain. Semua mahluk meminta ridho-Mu”.
Ibnul Qoyyim juga berkata dalam Nuuniyyahnya:
“Dia Yang Maha Perkasa, tidak akan menggalami kemusnahan. Bagaimana akan musnah Dzat Yang Mempunyai kerajaan. Dia Yang Maha Perkasa, Maha berkuasa, dan Yang maha kuat pengaruhnya, tak ada yang dapat mempengaruhi-Nya. Ya, dua sifat ini. Dia Maha Perkasa dengan kekuatan-Nya, itulah penjelasan tentang-Nya Keperkasaan yang terhimpun pada tiga makna yang saling melengkapi, tanpa ada kekurangan.”
Al-‘Aziiz juga bermakna Yang Maha Perkasa, artinya tidak pernah menemui kesulitan dalam mewujudkan semua kehendak-Nya. Oleh kerena itu, ketika nabi Ibrahim memohon kepada Alloh [swt] agar menunjukkan kepadanya bukti kekuasaan-Nya dalam menghidupkan orang-orang yang telah mati, maka Alloh [swt] berfirman kepadanya agar mengambil empat ekor burung lalu disembelih dan dicingcang, kemudian diletakan setiap bagian dari burung-burung yang telah dicingcang tersebut di atas bukit-bukit.
Sebagai mana firman Alloh:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrohim berkata,`Ya Robbku, perlihatkanalah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang telah mati,”Alloh berfirman:”Apakah engkau belum yakin (wahai Ibrohim)?.”Ibrohim menjawab:”Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku bertambah tenang”. Alloh berfirman “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semua olehmu, lalu letakan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah mereka,niscaya mereka dating kepadamu dengan segera” (QS. al-Baqarah [2]: 260)
Kemudian Alloh [swt] menutup firman-Nya tersebut dengan kata-katanya-Nya:
“Dan ketahuilah sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. al-Baqoroh [2]: 260)
Demikian pula halnya dalam masalah persatuan hati (ta`liiful qulub). Ini adalah suatu perkara yang sangat sulit, bahkan mustahil dilakukan oleh manusia. Akan tetapi bagi Alloh, itu bukan perkara yang sulit. Alloh [swt] berfirman:
“Dan Dia-lah Yang mempersatukan hati-hati mereka (orang-orang yang beriman) Walapun kamu membelanjakan semua kekayaan yang ada di atas bumi, niscaya kamu tidak akan dapat mempersatukan hati-hati mereka, akan tetapi Alloh-lah yang mempersatukan hati-hati mereka, Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal:63)
Begitu pula dalam soal peperangan tidak sulit bagi Alloh [swt] untuk memenangkan pasukan yang kecil dalam menghadapi pasukan yang besar dan kuat sebagai mana hal itu pernah terjadi pada perang Badar. Alloh [swt] berfirman:
“(ingatlah), ketika kalian memohon pertolongan kepada Rabb kalian, lalu diperkenankan-nya bagi kalian, “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang beturut- turut. Dan Alloh tidak menjadikan hal itu (mengirim bala bantuan), melainkan sebagai kabar gembira agar hati kalian menjadi tentram kerenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh.Sesungguhnya Alloh Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Anfaal [8]: 10)
Termasuk dalam kandungan makna Al-‘Aziiz ialah Dia Maha berkuasa untuk menjatuhkan hukuman kepada siapa yang berhak menerimanya, oleh kerena itu Alloh [swt] berfirman :
Tetapi jika kalian menyimpang (dari jalan Alloh) sesudah datang kepada kalian bukti-bukti kebenaran maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. al-Baqoroh [2]: 209), yakni, Alloh mampu menghukum dan Maha bijaksana. Di antara kebijaksanaan-Nya ialah menghukum siapa yang berhak menerima hukuman. Oleh karennya, Alloh mengiringkan nama al-‘Aziiz dengan al-Hakim
Dalam al-Qur`an, penyebutan nama al-‘Aziiz sering kali disertai dengan nama al-Hakiim (Yang Maha bijaksana). Pada sebagian ayat-ayat yang telah kita kutipkan di atas, hal itu kita dapati. Alloh juga berfirman kepada Nabi Musa :
“Hai Musa, sesungguhnya, Aku-lah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.An-Naml [27]:9)
Nash-nash lain yang menjelaskan hal ini sangat banyak sekali. Penyertaan kedua nama ini hikmahnya ialah untuk menunjukan bahwa keperkasaan, kekuatan dan kemuliaan Alloh itu diimbangi dengan kebijaksanaan-Nya. Yakni, Alloh Maha perkasa lagi Maha kuat, akan tetapi Dia tidak pernah berbuat semena-mena. Hal ini jauh berbeda dengan sifat makhluk atau kaum yang selalu terjadi ialah jika suatu kaum itu kuat dan perkasa, pasti ia akan berbuat zhalim dan sewenang-wenang. Sikap seperti itu sangat jauh dari Alloh [swt]. Di beberapa tempat dalam al-Qur`an, Alloh [swt] mengiringkan sifat keperkasaan-Nya itu dengan sifat rahmat (kasih sayang)-Nya, seperti dalam firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Robbmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syu`aro [26]`:9)
Dalam surat asy-Syu`aro` ayat tersebut diulang tujuh kali dalam beberapa tempat.
Demikian juga firman-Nya
“Yang demikian itulah Robb yang mengetahui perkara ghaib dan nyata,Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. as-Sajdah [32]:6).
Pengaitan ini bertujuan untuk menunjukan bahwa Alloh Maha Pengasih di samping Maha Perkasa. Jika tidak demikian, yakni jika keperkasaan-Nya itu tidak dibarengi dengan kasih sayang niscaya hal itu akan menjadi kekurangan bagi Alloh. Maha suci Alloh dari semua sifat kekurangan.
Buah mengimani Nama Alloh
Seorang mukmin yang meyakini bahwa Alloh menyandang nama al-‘Aziiz (Yang Maha Perkasa lagi Maha mulia), maka keyakinan tersebut akan membuahkan beberapa sifat-sifat mulia berikut:
1. Tunduk dan merendah kepada Alloh [swt]. Karena dia meyakini bahwa Alloh Maha perkasa dan tidak ada sesuatu kekuatan yang bisa menghalangi kehendak-Nya maka ia akan menyadari posisi dirinya yang sangat lemah dan hina di hadapan Robbnya. Lalu hal itu membuatnya tunduk dan merendah (tadhorru’) kepada Alloh . sifat ini adalah kebalikan dari takabbur atau congkak.
2. Memohon ‘izzah (kemuliaan dan kekuatan) hanya kepada Alloh [swt] semata. Sebab, hanya Alloh-lah sumber ‘izzah. Milik-Nya-lah semua kemuliaan dan kekuatan. Alloh [swt] mencela suatu kaum yang berkawan akrab dan loyal terhadap orang-orang kafir karena menginginkan ‘izzah dari mereka.
Alloh berfirman:
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai penolong-penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. apakah mereka mencari kekuatan (‘izzah) di sisi orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan (‘izzah) itu adalah milik Alloh .”(QS. An-Nisaa’: 138-139)
3. Senantiasa ta’at kepada Alloh dan berpegang teguh dengan agama-Nya. Sebab, hanya dengan itulah akan diraih ‘izzah di dunia dan akhirat. Barangsiapa mencari ‘izzah di luar Islam maka ia akan terhina. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Khottob [ranhu]:
“Kami adalah kaum yang dimuliakan oleh Alloh dengan Islam. Maka jika kita mencari kemuliaan (‘izzah) di luar Islam, niscaya Alloh hinakan kita.”
4. Tidak silau atau terpukau dengan kemegahan dan kebesaran Negara-negara kafir atau tokoh-tokoh kafir. Semua yang menentang Alloh dan Rosul-Nya pasti akan terhinakan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab, Alloh [swt] telah berfirman:
Sesungguhnya orang-rang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Alloh telah menetapkan, “Aku dan rosul-rosul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”(QS. Mujaadilah[58]: 20-21)
5. Menghindarkan diri dari sebab-sebab kemurkaan Alloh [swt]. Seorang mukmin yang yakin bahwa Alloh Maha perkasa dan mampu menghukum siapa saja, maka ia tidak akan meremehkan larangan-Nya. Ia akan menghindar sejauh-jauhnya dari setiap dosa dan kemaksiatan. Jika ia tergelincir dalam suatu dosa, segera ia bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.
Demikianlah sebagian dari buah-buah manis yang akan diperoleh oleh seorang hamba yang telah mengenal nama Alloh al-‘Aziz. Wallohu A’lam…
(Red-HASMI/germis/Ust. Ibrohim Bafadhol, S.H.I)