Minimnya Jam Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah

Minimnya Jam Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah

Menanggapi realita masyarakat yang sangat membutuhkan pendidikan, penyelenggara pendidikan pun berlomba-lomba untuk membuat lembaga yang unggul dan berkompeten dalam membina peserta didik, baik yang difasilitasi oleh pemerintah ataupun swasta.

Sebenarnya merupakan fenomena yang bagus ketika manusia sudah menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi generasi penerus yang akan menjadi harapan di masa depan. Namun ada yang perlu kita soroti mengenai realita pendidikan di negeri kita yaitu betapa pendidikan yang berlembaga ini (sekolah), minim sekali diajarkan pendidikan agama Islam, padahal mayoritas penduduk kita adalah Muslim. Mengapa ini bisa terjadi ?

Untuk memahami pertanyaan tersebut, ada dua aspek yang perlu di ketahui:

Pertama, pelajaran yang diajrakan di sekolah tersebut diatur oleh kurikulum. Setiap sekolah, baik itu milik negara ataupun swasta harus mengikuti peraturan dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ketika tidak sesuai maka itu akan menjadi permasalahan dan dianggap menyalahi aturan.

Kedua, minimnya jam pelajaran di sekolah. Hal ini bisa dilakukan dengan merubah kurikulum agar ditambahkan jam pelajaran PAI. Akan tetapi pekerjaan merubah kurikulum pendidikan nasional itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Biasanya sistem itu selalu berubah dan mengikuti kebijakan penguasa yang memerintah di masanya guna memenuhi kepentingan politiknya. Setiap ganti pemimpin, maka kebijakan juga berubah. Belum lagi ketika akan merumuskan sebuah undang-undang prosesnya berbelit-belit yang di dalamnya terjadi pro kontra dan tentu saja yang akan menang adalah suara terbanyak. Parahnya lagi apabila yang mendominasi dari pembuat peraturan itu adalah orang-orang yang rusak akidah dan akhlaknya, maka peraturannya pun akan jauh lebih rusak. Demikianlah ketika sebuah sistem buatan manusia dipakai dengan menggantikan sistem yang sempurna yakni syariat Islam, maka yang akan terjadi adalah pengamputasian sedikit demi sedikit ajaran agama yang mulia ini dan salah satu yang terkena dampaknya adalah sistem pendidikan yang tidak berpihak kepada ajaran agama Islam.

Kalau jika ditinjau dari sejarah pendidikan nasional, sejak awal kemerdekaan sampai dengan orde reformasi, pelajaran agama Islam memang kurang mendapat tempat di sekolah-sekolah, terutama sekolah-sekolah pemerintah. Bahkan disaat awal kemerdekaan, pendidikan agama Islam ini tidak diajarkan di sekolah-sekolah karena adanya dikotomi pendidikan, yakni pemisahan antara ilmu keduniawian dan keukhrawian. Dengan terjadinya pengkotakan tersebut, maka terjadilah pola pikir sekuler yang memisahkan antara perkara dunia dengan perkara akhirat. Apabila pola pikir sudah seperti itu, maka rusaklah kehidupan dimuka bumi ini. Manusia sudah tidak takut terhadap ancaman Alloh [swt], bencana silih berganti menimpa umat manusia, kerusakan moral, pelanggaran kehormatan dan jiwa, semua terus terjadi dan akan terus terjadi ketika manusia memisahkan antara perkara dunia dan akhirat. Padahal Alloh [swt] telah memerintahkan manusia untuk berhukum dengan hukum yang telah Alloh [swt] turunkan kepada Rosululloh  baik dalam perkara duniawi ataupun perkara ukhrawi, karena semua perkara tersebut telah diatur dalam Islam mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.

Solusi untuk Mengatasi Minimnya Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Disamping kita berharap akan adanya perubahan dalam kurikulum pendidikan sekolah, para orang tua juga harus menyadari tanggung jawab sebagai pendidik di rumah karena tugas orang tua tidak hanya menafkahi secara lahiriyahnya saja, akan tetapi juga harus mendidik anak-anaknya agar sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Para orang tua harus menyadari bahwa dirinya juga berperan sebagai pendidik, bahkan sebelum anak tersebut mengenyam ilmu di luar, orang tualah yang harus mengajarkan dan mendidik anak-anaknya terlebih dahulu. Orang tualah yang harus membentengi anak-anaknya dengan tilawah al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya. Pendidikan yang paling berpengaruh di usia dini adalah keteladanan dari orang-orang sekitar. Seorang anak ketika dia disekolah diajarkan tentang ilmu-ilmu agama, akan tetapi dirumahnya tidak ada tarbiyah dari orang tua, maka apa yang mereka harapkan akan keberhasilan anak-anaknya akan susah terwujud karena tidak adanya tarbiyah di rumah dan tidak memberikan teladan yang baik.

Setelah keluarga, maka lingkungan menjadi tempat pendidikan berikutnya yang akan mempengaruhi perkembangan anak. Ketika lingkungan tidak mendukung akan kesolehan karakter anak, maka pelajaran-pelajaran agama di sekolah akan terkalahkan dengan pergaulan lingkungan sekitar. Terlebih lagi apabila dikeluarganya juga tidak ada tarbiyah, maka ini sangat berbahaya sekali. Ketika anak pulang dari sekolah dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan yang tidak Islami, maka yang akan mendominasi adalah keluarga dan lingkungan tersebut.

Oleh karena itu, disaat kita memadang bahwa pelajaran PAI minim diajarkan disekolah-sekolah umum, janganlah kita hanya memandang bagaimana caranya merubah kurikulum tersebut karena tidak semua orang bisa berusaha kearah sana. Solusi yang sangat mungkin untuk dilakukan oleh setiap orang adalah mengIslamisasikan keluarga dan lingkungan kita, yang mana itu akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perkembangan anak dan anak akan menyerap jauh lebih banyak dari pengaruh interaksi dirumah dan lingkungannya.

Alloh [swt] berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari siksa Neraka…” (QS. At-Tahrim [66]: 6)

Jadikanlah rumah dan lingkungan kita madrasah bagi anak-anak kita. Wallohu’alam 

(Red-HASMI/IH/Ade Eris)

Check Also

ADA SEBUAH KONSPIRASI

Saat kita menyaksikan sebuah kejadian besar perpolitikan atau sosial kemasyarakatan, sering kita dengar sebuah ungkapan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *