Dalam sebuah hadits yang shohih Rosululloh [saw] bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ
“Seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh dari pada seorang Mukmin yang lemah, pada setiap keduanya ada kebaikan” (HR. Muslim)
Kuat yang dimaksud dalam hadits di atas mencakup kekuatan fisik dan iman. Namun orang Mukmin yang kuat fisiknya lebih Alloh [swt] cintai dari pada orang Mukmin yang lemah fisiknya, akan tetapi orang Mukmin yang lemah pun masih berada dalam suatu kebaikan karena keimannaya.
Keberanian Rosululloh [saw]
Rosul [saw] adalah sosok manusia tangguh dan pemberani. Cukuplah sebagai bukti keberaniannya bahwa beliau tidak pernah lari dari satu medan pertempuran, tidak pernah mundur dari peperangan dan tidak pernah surut dari perang tanding. Bahkan apabila keadaan telah memanas, peperangan memuncak, darah mulai mengalir, kepala berjatuhan di ujung pedang dan tombak-tombak mulai memecahkan batok-batok kepala, saat itu anda akan menjumpai sosok agung ini Rosululloh [saw] dalam keadaan tegar semangatnya dan tenang jiwanya. Beliau memiliki ketenangan dan kepercayaan kepada tuhannya di medan peperangan melebihi apa yang dimiliki para sahabatnya.
Dikisahkan bahwa ketika Rosul berada dalam gua bersama sahabat dekatnya Abu Bakar As-Siddiq [ranhu], sedang gua saat itu sedang dikepung oleh orang-orang kafir Quraisy dengan pedang mereka yang terhunus dan hati yang penuh dengan rasa marah dan dengki. Mereka ingin nyawa Rosululloh dengan harga apapun, padahal beliau dan sahabatnya itu tidak bersenjata. Ketika Nabi [saw] melihat Abu Bakar [ranhu] dikecam oleh ketakutan, beliau tampil sebagai sosok pemberani dan bersabda:
“Hai Abu Bakar, bagaimana pendapatmu dengan dua orang, sedang yang ketiganya adalah Alloh?” (HR. Bukhari dan Muslim)[1]
Alloh [swt] pun telah mengabadikan peristiwa agung ini dalam al-Qur`an, Alloh [swt] berfirman:
“Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia (Muhammad) berkata kepada temannya (Abu Bakar): “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Alloh beserta kita.” (QS At-Taubah: 40)
Dan diantara hal yang menunjukkan keberanian dan kuatnya rasa yakinnya kepada yang Maha Perkasa adalah beliau tidak menugaskan para sahabatnya untuk senantiasa mengawasi dan mengamankan istana beliau yang sangat sederhana itu padahal beliau seorang panglima dan pemimpin umat . Berbeda dengan para pemimpin saat ini yang disetiap pintunya istana megahnya diawasi oleh pengawas lengkap dengan senjata. Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang membuktikan keberanian dan ketegaran Rosululloh .
Mengajarkan Anak Keberanian
Banyak cara atau metode yang bisa ditempuh dalam mengajarkan anak tentang keberanian, yang saat ini semakin pudar dan nyaris menghilang dari diri sebagian anak kaum Muslimin . Berikut ini akan dijelaskan beberapa tips yang mungkin dilakukan antara lain;
1. Ceritakan kepadanya kisah-kisah para pemberani
Senantiasa kisah menjadi metode jitu yang sering ditempuh oleh Rosululloh dalam mengajarkan para sahabatnya yang mulia. Tentu seorang bapak atau ibu bisa menceritakan kepada mereka kisah-kisah kebaranian Rosululloh dan para sahabatnya, kisah tentang para panglima kaum Muslimin yang nama-nama mereka harum dan tercatat dalam lembaran-lembaran sejarah kejayaan Islam.
2. Berteman dengan anak-anak yang mempunyai sifat pemberani
Sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa teman seseorang akan memberi pengaruh pada diri anak, jika temannya berakhlak buruk maka anakpun akan terpengaruhi dengannya, jika anak berteman dengan temannya yang penakut, maka akan tumbuh pada diri anak sikap penakut dan sebaliknya. Oleh sebab itu, orang tua harus ikut andil dalam pemilihan teman-teman bagi anak, jangan sampai si anak berteman dengan penakut atau memiliki akhlak buruk lainnya, sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
3. Beritahu anak tentang arti keberanian sejati.
Dalam realita di masyarakat kita dapati banyak terjadi kesalahpahaman tentang arti yang sebenarnya dari keberanian itu, sehingga sering terjadi praktek-praktek yang berseberangan dengan makna keberanian itu sendiri. Misalnya, anak-anak yang tidak mau ikut tawuran dicap sebagai penakut, tidak jantan. Anak-anak yang tidak mau bolos sekolah disebut tidak berani atau tidak gaul atau sebutan-sebutan buruk lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan kesalahan informasi yang mereka serap atau karena ketidaktahuan mereka tentang makna dari keberanian tersebut.
4. Tampakkan pada anak bahwa anda sang pemberani
Si anak memiliki semangat meniru apa yang dia lihat. Ia tidak membedakan perihal objek yang ia tiru. Maka, janganlah Anda bersikap penakut dihadapan anak dan berusahalah untuk menampakkan padanya sikap berani. Bersikaplah sebagai orang tua yang pemberani dan berilah contoh kepada anak bahwa Anda orang yang pemberani.
5. Jangan menakut-nakuti anak dengan yang aneh-aneh
Sebagian orang tua sering menakut-nakuti si anak dengan sesuatu yang aneh, agar si anak mau menuruti perintah sang orang tua. Misalnya,”Nak, jangan keluar rumah! Ada orang gila di luar, nanti dikejar lho.” atau kalimat seperti ini: “Kalau gak nurut apa kata ibu, ibu panggil badut ya.” Kata-kata seperti ini akan terekam dalam memori anak sehingga membuatnya penakut, akhirnya si anak tidak berani keluar rumah atau ke kamar kecil sendirian karena takut ada orang gila atau badut.
6. Jangan mengurungnya di kamar gelap atau di WC ketika ia melakukan kebandelan.
Seorang anak tiba-tiba menjadi phobia kegelapan, sehingga ia tidak berani memasuki ruangan yang tidak menyala lampunya. keherananpun muncul di benak para keluarga. Ternyata, sang ibu sering mengurungnya di kamar mandi karena tidak sanggup menghadapi kebandelan si anak. Hal tersebut amatlah tidak terpuji dan tidak mendidik. Rosululloh tak pernah menghukum anak dengan cara seperti itu. Rosululloh amat penyayang pada anak-anak. Contohlah beliau , dengan begitu, kita akan menjadi orang tua yang diridhai oleh Alloh . WAllohu A’alam
[1] “Visualisasi Kepribadian Muhammad ,” karya;Dr. ‘Aidh bin ‘Abdillah Al-Qarni