Mengagungkan Perintah Dan Larangan Allah

أجمل كلمة

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

 أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin rahimakumullah….

Termasuk dari mengagungkan Allah  adalah mengagungkan perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Di antara perintah Allah  yang wajib diagungkan adalah shalat. Hal ini karena Rasulullah   bersabda:  “Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia telah kafir.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Abdullah bin Syaqiq  seorang ulama tabi’in berkata, “Para sahabat Nabi  berpendapat bahwa tidak ada satu amal pun yang bila ditinggalkan menyebabkan kekafiran selain shalat.”

Di antara bentuk pengagungan terhadap shalat adalah bersegera melaksanakannya apabila telah tiba waktunya, dan tidak bermalas-malas atau menunda-nundanya. Satu hal yang sangat menyedihkan ialah masih banyak di antara kita yang apabila mendengar adzan telah dikumandangkan dari masjid sementara ia berada di toko, kantor atau rumahnya lalu ia tidak bergegas untuk melaksanakan shalat, tetapi berkata, nanti saja saya akan shalat satu jam lagi. Bahkan sebagian mereka sampai mengakhirkan shalat hingga keluar dari waktunya. Mereka ini terancam dengan firman Allah :

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. al-Ma’un [107]: 4-5)

Imam Ibnu Katsir  menjelaskan tentang maksud orang-orang  yang lalai dari shalatnya, yaitu: mereka yang suka mengakhirkan shalat hingga keluar dari waktunya, juga mencakup mereka yang menunda-nunda shalat dari waktunya yang pertama hingga tiba waktu yang akhir. Sebagaimana sabda Rasulullah  : “Itu adalah shalatnya orang munafik, dia duduk-duduk mengamati matahari, hingga apabila matahari telah berada di antara dua tanduk setan (yakni hampir terbenam), ia segera shalat empat rakaat dengan cepat sekali, dia tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (HR. Muslim)

Bandingkanlah dengan keadaan salafush shaleh yang sangat mengagung-kan shalat. Inilah Umar bin Khathab , suatu hari dia terlambat mendatangi shalat Ashar karena kesibukan di kebun kurmanya. Ketika sampai di masjid dia melihat jama’ah shalat Ashar sudah selesai. Lantas ia berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Aku terlambat karena kebunku, maka saksi-kanlah oleh kalian bahwa kebun aku sedekahkan kepada para fakir miskin.”

Kaum muslimin rahimakumullah….

Termasuk dari mengagungkan Allah adalah mengagungkan larangan-Nya agar jangan sampai dilanggar. Ini adalah bagian dari ketakwaan kepada Allah. Seorang tabi’in, Thalaq bin Habib  berkata, “Taqwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya (ilmu) dari Allah, karena mengharap rahmat Allah. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah, di atas cahaya (ilmu) dari Allah, karena takut akan azab Allah.”

Di antara perkara yang dilarang oleh Allah  adalah tabarruj (keluarnya kaum wanita dengan menyingkap auratnya). Akan tetapi lihatlah keadaan kaum wanita  muslimah sekarang ini. Betapa antusiasnya mereka dalam meni-ru-niru wanita Barat yang Kristen. Padahal, Rasulullah   telah memperingatkan umatnya akan bahayanya hal ini.

Lihatlah pada rasa malu dan menjaga kesucian diri yang menghiasi salafunas shaleh. Rasulullah   pernah melarang manusia menjulurkan pakaiannya hingga menyentuh tanah. Lalu, Ummu Salamah  bertanya, “Bagaimana dengan kaum wanita?” maka beliau bersabda:  “Mereka boleh menjulurkannya satu jengkal (di bawah telapak kaki).” Ummu Salamah berkata lagi, “Kalau begitu akan tersingkap nanti telapak-telapak kaki mereka.” Maka beliau  bersabda, “Mereka boleh menjulurkannya satu hasta dan tidak boleh lebih dari itu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i; Tirmidzi berkata, hadits hasan shahih)

Banyak manusia sekarang yang menganggap ringan hal ini padahal Rasulullah  telah bersabda:  “Ada dua golongan dari penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: satu kaum yang di tangan mereka ada cambuk-cambuk mirip ekor sapi, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi seperti telanjang, mereka menyimpang dan membuat orang lain menyimpang, kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula mencium baunya, padahal bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Hadits ini jelas mengancam kaum wanita yang tidak menutup auratnya secara syar’i bahwa mereka tidak akan masuk surga. Ini menunjukkan bahwa tabarruj adalah dosa besar namun dianggap sepele oleh banyak orang. Yang lebih memilukan lagi adalah tipisnya rasa cemburu di kalangan kaum laki-laki. Mereka membiarkan para isteri dan puteri mereka keluar rumah dengan menggunakan pakaian yang pendek, ketat dan dengan berdandan. Di manakah rasa cemburu mereka? Rasulullah  telah bersabda tentang hal ini,

“Ada tiga golongan yang Allah mengharamkan atas mereka surga: pecandu khamar, orang yang durhaka terhadap kedua orang tuanya, dan dayyuts yaitu orang yang membiarkan kekejian pada keluarganya.” (HR. Ahmad)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH II

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Kaum muslimin rahimakumullah….

Perkara lain yang juga dilarang oleh Allah  dan Rasul-Nya adalah mendengarkan lagu dan musik. Dalam hal ini Rasulullah   telah bersabda, “Sungguh akan ada nanti beberapa kaum dari umatku yang akan menghalalkan sutera, perzinaan, khamar dan alat-alat musik.” (HR. Bukhari)

Tetapi bagaimanakah yang kita lihat sekarang ini? Kita tidaklah mendatangi satu tempat baik pasar, rumah, kendaraan melainkan akan terdengar di situ lagu dan musik. Hal ini dianggap biasa dan ringan padahal sahabat Nabi  Abdullah bin Mas‘ud  pernah berkata, “Lagu-lagu itu akan menumbuhkan kemunafikan di dalam hati sebagaimana air akan menumbuhkan rerumputan.”

Ini hanyalah bahwa beberapa contoh dari perkara-perkara yang dilarang oleh Allah . Maka siapa saja yang menganggap ringan larangan-larangan Allah   tersebut maka dia belumlah mengagungkan Allah   sebagaimana mestinya. Seorang hamba yang mengagungkan Allah   dia akan merasa gentar jika melanggar larangan Allah . Salah seorang salafus shalih berkata,  “Seorang mukmin itu melihat kepada dosanya seolah-olah seperti seorang yang sedang duduk di samping sebuah gunung dan dia merasa takut jika gunung itu runtuh menimpanya. Sedangkan seorang yang fasik melihat kepada dosa-dosanya seakan-akan seperti seekor lalat yang lewat di samping hidungnya lalu dia halau begitu saja.”

Besarnya rasa pengagungan terhadap Allah   akan membuat seseorang menganggap besar larangan-larangan Allah, sebaliknya tipisnya rasa pengagung-an terhadap Allah   akan membuat seseorang menganggap remeh larangan-larangan Allah. Anas bin Malik  pernah berkata,“Kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang menurut pandangan kalian lebih halus daripada rambut sedangkan kami pada masa Rasulullah   menganggapnya termasuk dosa-dosa besar yang membinasakan.” (HR. Bukhari).

Demikianlah semoga Allah   menganugerah-kan kepada kita semua keima-nan yang sempurna, pengagungan kepada-Nya dan ketakwaan yang akan meng-antarkan kita kepada surga-Nya dan menghindarkan kita dari neraka-Nya.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot